Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Peran Istri yang Kurang Ideal

Topswara.com -- Kehidupan yang tidak ideal di dalam sistem sekularisme kapitalisme saat ini, membuat peran suami dan istri tidak dapat dijalankan dengan baik. Sadar atau tidak, banyak istri yang sedikit keluar jalur dari peran utamanya. 

Demikian pula sebaliknya, banyak suami yang tidak mampu menjalankan perannya dengan baik (sudah pernah ditulis di edisi 353). Nah, kali ini memotret realitas peran istri yang tidak ideal, antara lain:
 
1. Istri Memimpin Rumah Tangga 
 
Tidak sedikit perempuan yang dominan jiwa kepemimpinannya, dan kemudian terbawa dalam kehidupan rumah tangga. Akibatnya, ia kurang bisa mendudukkan posisinya di hadapan suami. Kurang bisa menundukkan egonya. Tidak siap menjadi makmum untuk dipimpin sang imam. Ia bahkan begitu berkuasa dan mendominasi atas segala keputusan dalam rumah tangga, tanpa melibatkan suami.
 
Kebetulan, perempuan seperti ini juga berjodoh dengan laki-laki yang lemah kepemimpinannya. Sehingga, jika dikelola dengan baik, bisa saja saling melengkapi. Namun hati-hati, jika tidak bisa mendudukkan posisi diri sebagai istri yang tetap harus taat pada suami, bisa-bisa malah suami yang jadi takut istri.
 
Maka, janganlah kita menjadi istri-istri yang memicu kelemahan suami hingga mereka menjadi takut istri. Artinya, jika punya jiwa kepemimpinan yang dominan, seorang istri harus tetap menghargai suami. Misal dengan melibatkannya dalam mengambil keputusan. Mengajaknya diskusi dan meminta pertimbangan. 
 
2. Istri Pencari Nafkah Utama
 
Sejatinya, Islam tidak melarang istri bekerja atau berkarya yang menghasilkan uang. Khadijah istri Rasulullah SAW, punya perniagaan yang hasilnya untuk mendukung dakwah sang suami. Zainab, istri Rasulullah SAW yang lain di masanya, pintar menghasilkan karya dan menjualnya untuk kebutuhan keluarga. Adalah mulia jika istri beramal dengan harta untuk keluarganya.
 
Apalagi di tengah kehidupan ekonomi yang serba sulit saat ini, banyak suami yang lemah dalam mencari nafkah. Bahkan ada yang malah menggantungkan hidupnya pada penghasilan istri. Akibatnya, para istri lebih getol mencari uang dibanding suami. Di mana-mana banyak pemberdayaan perempuan agar bisa sukses berbisnis. Sukses mencari cuan. 
 
Namun, dewasa ini tujuan perempuan eksis mencari materi, sangat dipengaruhi sistem kehidupan yang materialistis dan hedonis. Tidak jarang, suami sudah mencukupi kebutuhan pokok. Namun istri ingin uang lebih untuk membeli gaya hidup. Memenuhi kebutuhan akan kesenangan pribadi. Seperti belanja fesyen, scin care, perawatan diri hingga rekreasi. 

Tidak sedikit istri yang jadi TKW, PNS, pebisnis, artis hingga content creator yang pendapatannya jauh melampaui suami. Akhirnya, dialah sebagai pencari nafkah utama.
 
3. Istri Pencetus Talak Suami 
 
Banyak istri yang tidak sabar dengan perangai suaminya yang tidak dia sukai. Banyak istri yang membayangkan laki-laki harapannya sebagus tayangan di drama-drama. Suami yang penuh perhatian, romantis, dan memberinya jaminan akan kehidupan yang sejahtera dan bahagia.

Gambaran di dunia nyata yang dia hadapi, tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu kecewa, dan melampiaskan kekesalannya dengan menggugat cerai sang suami. 
 
Padahal, Islam menjadikan hak talak di tangan suami. Artinya, secara fitrah, suamilah yang berhak memutuskan ikatan pernikahan. Allah Maha Tahu bahwa laki-laki masih bisa berpikir logis untuk mengambil sebuah keputusan besar berupa talak. 

Dibandingkan perempuan yang begitu mudah marah, mudah tersinggung dan mudah sakit hati. Hingga, kurang hati-hati dalam mengambil keputusan, karena tidak mengedepankan logika tapi perasaan.
 
Namun, hak talak itu kini ditaklukkan para istri. Suami-suami menjadi lemah, tunduk pada kehendak istri yang sedikit-sedikit minta pisah. Sedikit-sedikit minta cerai. Akibatnya, kini banyak rumah tangga di ujung tanduk dan bahkan tercerai-berai gara-gara para istri yang bermudah-mudah minta pisah, hingga memicu jatuhnya talak suami. Suami yang ingin mempertahankan rumah tangga, seolah tak berdaya menghadapi gugat istri. 

Sementara, suami belum menasihati istri. Belum mencari jalan keluar. Belum melakukan mediasi dan belum ikhtiar maksimal untuk melembutkan hati istri. Tersebab mereka juga bingung menghadapi tabiat istrinya. 
 
3. Belum Jadi Sahabat Suami dalam Taat
 
Saat ini tidak sedikit perempuan yang sudah menikah, tidak taat pada suami. Tidak menjadi sahabat suami dalam ketaatan kepada Allah SWT. Selain dirinya sendiri tidak taat pada suami, ia pun merongrong suami agar tidak taat pada Allah. Istri tidak berani mengingatkan suami yang maksiat. Istri yang tidak berperan sebagai sahabat dekat. Istri yang lebih takut pada suami, dibanding takut pada Allah SWT.
 
Semoga kita semua bisa menempatkan diri sebagai istri yang taat syariah, menjalankan peran sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT.


Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar