Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hardiknas: Kurikulum Merdeka dalam Genggaman Kapitalisme

Topswara.com -- Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengusung tema "Bergerak Bersama, Mengusung Merdeka Belajar". Berbagai program ditetapkan demi mencapai satu tujuan, yakni mencerdaskan anak negeri demi kehidupan yang lebih baik. Betulkah program ini mampu mencetak generasi unggulan?

Kurikulum Merdeka Belajar dalam Genggaman Sistem Kapitalisme

Prinsip merdeka belajar terus ditekankan dalam kurikulum pendidikan tahun ini. Harapannya agar anak didik mendapatkan kompleksitas disiplin ilmu dan memperkaya pemahamannya. Dari tahun ke tahun, peringatan Hardiknas seolah hanya tradisi yang bersifat seremoni. 

Faktanya, pendidikan saat ini tidak mampu menggembleng dan melahirkan generasi bertanggung jawab yang bermoral. Begitu banyak fakta kekerasan antar pelajar, tawuran, perundungan dan berbagai perilaku yang tidak pantas disandang generasi.

Berbagai kasus mengemuka. Perundungan misalnya. Tidak henti-hentinya kasus perundungan terus terungkap. Bahkan kini, perundungan telah merangsek masuk dalam pergaulan anak remaja SMP dan sekolah dasar. Beberapa diantaranya terjadi di Batam, Balikpapan, Indramayu hingga Cirebon (tribunnews.com, 8/3/2024). 

Aksi perundungan berupa penjambakan, pengeroyokan hingga menginjak-injak tubuh teman sekolah, menjadi hal yang dianggap biasa. Bahkan tidak sedikit yang menghilangkan nyawa. Sungguh, fakta yang tersaji makin tragis tanpa ada pemecahan masalah yang menuntaskan.

Penetapan kurikulum merdeka sebagai kurikulum nasional mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Salah satunya perhatian dari organisasi nirlaba Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik). Bajik menilai kurikulum merdeka perlu dievaluasi secara menyeluruh (detiknews.com, 26/4/2024). 

Pasalnya kurikulum merdeka masih compang-camping alias masih banyak kelemahan jika diterapkan sebagai kurikulum nasional. Demikian ungkap Direktur Eksekutif Bajik, Dhita Puti Sarasvati.

Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional 2024 dianggap masih belum memberi kejelasan sebagai kurikulum. Programnya dianggap masih belum layak diterapkan sebagai kurikulum nasional. Namun, faktanya kurikulum merdeka masih pincang dalam penerapannya.

Peserta didik hanya diarahkan pada kompetensi atau persaingan atas segala sesuatu yang berbau materi. Semua programnya menanggalkan pembinaan nilai agama dan aspek ruhiyah. 

Sehingga pembinaan adab, tata krama, dan nilai-nilai (norma) di tengah masyarakat masih belum jelas. Bahkan parahnya lagi, mayoritas anak didik masih belum mampu membedakan nilai benar dan salah berdasarkan standar nilai agama.

Faktanya saat ini makin membludak potret buram pendidikan yang ditampilkan langsung baik oleh pelajar maupun pengajar. Pendidikan yang hadir saat ini banyak menyajikan kemaksiatan, kejahatan dan berbagai pelanggaran hukum.

Jelaslah, kurikulum merdeka justru semakin menguatkan sekularisme dan kapitalisme dalam kehidupan. Konsep pemisahan agama yang mengaruskan segala nilai dan pandangan hanya pada nilai materi. Semua konsep ini melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya. 

Tidak hanya itu, generasi saat ini pun menjadi role model ala barat yang memiliki lifestyle yang bebas tanpa batasan yang merusak. Alhasil, watak dan kepribadian generasi tergadai sistem Barat yang menambah parah luka generasi. Generasi kian rusak karena terjajah budaya Barat yang destruktif akut.

Menyoal masalah carut marutnya sistem pendidikan, negara hanya bisa berpangku tangan. Regulasi yang ada hanya sebatas aturan yang tidak mampu menyelesaikan beragam masalah yang terjadi. Setiap solusi yang disajikan tidak mampu menyentuh akar masalah. Wajar saja, saat masalah pendidikan menjadi masalah yang terus membelit generasi.

Pendidikan dalam Sistem Islam

Pendidikan merupakan salah satu aspek strategis yang menentukan nasib generasi masa depan. Islam memiliki target yang jelas dalam mencapai pendidikan terintegrasi bagi seluruh generasi. 

Diantaranya, terbentuk generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi generasi yang mampu berperan sebagai problem solver, pemecah setiap masalah. 

Sistem Islam memiliki sistem pendidikan terbaik berbasis akidah Islam. Dan paradigma tersebut terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas yang menjadi agen perubahan yang membangun peradaban kuat, tangguh dan mulia. 

Negara adalah satu-satunya institusi yang mampu secara riil mewujudkannya. Dan konsep tersebut hanya mampu diwujudkan sistem Islam dalam wadah institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang amanah mengurusi setiap urusan rakyat. Dan menjadikan generasi sebagai ujung tombak peradaban. 

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari bahwa setiap pemimpin adalah ra'in, yaitu pengurus setiap urusan rakyatnya. Dalam hal ini, khilafah secara langsung menetapkan setiap kebijakan yang senantiasa berorientasi pada keselamatan, kecerdasan dan kemuliaan seluruh umat. 

Setiap generasi akan dididik secara berkesinambungan dalam sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang mengedepankan pola pikir berdasarkan syariat Islam. Sehingga mampu melahirkan proses berpikir dan penelaahan yang benar.

Penetapan standar nilai benar salah selalu diporoskan pada nilai akidah Islam. Sehingga pemikiran generasi selalu bermuara pada jalan yang shahih. Yakni pola sikap berkepribadian Islam (syakhsiah Islamiah).

Setiap warga negara khilafah akan mendapatkan layanan pendidikan terbaik yang merata, baik muslim ataupun non muslim melalui pembiayaan yang ditanggung sepenuhnya oleh khilafah melalui pos-pos Baitul Maal yang tangguh. Sehingga masalah dana pendidikan bukanlah masalah rumit seperti yang saat ini menjadi kendala yang menyulitkan. 

Dengan penerapan sistem Islam akan terlahir generasi-generasi kuat yang cerdas penuh iman dan takwa. Dan generasi cerdas inilah yang akan membawa kehidupan pada peradaban gemilang. Kehidupan mulia dalam genggaman syariat Islam yang terjaga. 

Wallahu'alam Bisshawab. 


Oleh: Yuke Octavianty 
Forum Literasi Muslimah Bogor 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar