Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rupiah Melemah Konsekuensi Ekonomi Kapitalisme

Topswara.com -- Negeri kita sejauh ini masih terus mengalami kondisi buruk dari aspek ekonomi. Harga berbagai jenis barang di pasaran berpotensi meningkat seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, yang saat ini telah menembus level Rp 16.200 per dollar AS. 

Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika pelemahan nilai tukar rupiah terjadi dalam kurun waktu yang panjang, maka harga barang impor akan meningkat. Sementara itu, sebagian industri Tanah Air masih berkegantungan terhadap bahan baku impor. (kompas.com/19/4/2024)

Melemahnya rupiah dan makin menguatnya dolar adalah suatu keniscayaan terjadi dalam sistem kapitalisme saat ini. Masalah ini pun muncul karena dipengaruhi oleh banyak faktor. 

Namun yang paling utama adalah ketergantungan rupiah terhadap nilai dolar sebagai mata uang dunia. Inilah yang menjadi faktor utama nya. Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebab menguatnya harga dolar dan melemahnya harga rupiah adalah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran di Timur Tengah. 

Bila konflik berlarut-larut, sejumlah pakar khawatir akan muncul dampak berantai yang dapat mengguncang ekonomi Indonesia. (bbc.com/21/4/2024)

Selain dari faktor-faktor yang dianalisa oleh para pakar ekonomi, maka ada hal yang sangat penting untuk kita pahami bahwa kondisi ini terjadi karena saat ini dunia secara keseluruhan sedang berada dibawah imperialisme AS sehingga apapun yang terjadi pada AS akan berimbas pada seluruh sektor ekonomi dunia termasuk indonesia. 

Pada akhirnya, dampak pelemahan rupiah ini akan dirasakan berbagai pihak dan makin menyulitkan kondisi ekonomi rakyat. Mulai dari melonjaknya harga barang-barang impor hingga barang-barang kebutuhan sehari-hari. Jika harga barang-barang kebutuhan masyarakat melonjak naik maka daya beli masyarakat juga berkurang, sehingga akan makin menambah kesulitan rakyat. 

Inilah konsekuensi penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Sebuah sistem yang melahirkan aturan manusia untuk mengatur manusia lainya. Maka wajar, jika sistem kapitalisme yang diterapkan tidak akan membawa kebaikan bagi seluruh manusia. Apalagi sistem mata uang yang digunakan dalam ekonomi kapitalisme adalah adanya fiat money yang sama sekali tidak punya kekuatan secara zat nya. 
 
Berbeda dengan sistem Islam. Islam telah mempunyai ketetapan dalam sistem mata uang yang tahan terhadap krisis. Islam menetapkan sistem mata uang berbasis emas dan perak (dinar dan dirham). Syariat tersebut dapat kita lihat melalui kebijakan yang diterapkan Rasulullah SAW saat menjadi kepala negara di Madinah. 

Beliau menyetujui penggunaan mata uang dinar dan dirham sebagai mata uang resmi negara. Dinar dan dirham atau emas dan perak secara zat nya adalah barang berharga sehingga sistem mata uang yang berbasis emas dan perak akan stabil dan adil. 

Sehingga negara tidak mudah terguncang inflansi karena tingginya nilai emas dan perak. Rakyat pun tidak akan terkena dampak keburukan ekonomi dan sejahtera dalam kehidupan.

Tidak hanya berhenti pada masa Rasulullah SAW, penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang pun terus berlanjut hingga masa kejayaan Islam selanjutnya dalam naungan khilafah. Hal ini pun dikaui oleh dunia saat itu. Sepanjang penerapan sistem ekonomi Islam masyarakat sejahtera. 

Maka, penting bagi kita untuk mengambil dan menerapkan sistem ekonomi Islam. Menerapkan syariat islam secara kaffah dalam naungan khilafah agar dapat menerapkan sistem mata uang dinar dan dirham sehingga tidak tunduk pada mata uang asing. 

Serta mengganti sistem hidup kapitalisme yang menjadi biang permasalahan kehidupan umat saat ini dengan sistem khilafah yang terbukti membawa keberkahan dalam kehidupan umat.

Wallahua’lam Bisshawab.


Oleh: Alia Nurhasanah 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar