Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perang Sarung Marak, Cermin Generasi Rusak

Topswara.com -- Fenomena perang sarung kembali muncul selama bulan Ramadan ini di sejumlah daerah secara masif, di antaranya di Kabupaten Bekasi, Pangkalpinang, Lampung, Belitung, dan di beberapa daerah lainnya. 

Fenomena ini sering memfungsikan sarung dipakai sebagai media untuk membungkus batu. Padahal sarung semestinya digunakan sebagai sarana untuk beribadah. Mirisnya fenomena yang terjadi belakang ini terjadi hingga memakan korban jiwa.

Perang sarung yang terjadi sesama pelajar di Kabupaten Bekasi memakan korban. Satu orang dinyatakan tewas dalam aksi ini yang terjadi di jalan arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi (CNN Indonesia, 16/03/2024).

Berikutnya dikutip dari Antaranews.com (26/03/2024), Polres Lampung Selatan menetapkan dua orang tersangka dalam kasus kematian seorang remaja warga Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda yang merupakan korban penganiayaan akibat perang sarung pada Senin (18/3).

Berita di atas merupakan salah satu fakta yang menggambarkan bagaimana rusaknya generasi hari ini. Mereka seolah kehilangan jati diri sebagai generasi muda penerus peradaban. Fakta tersebut juga menggambarkan bahwa telah terjadi kemunduran berpikir dan kerusakan moral pada remaja saat ini.

Sangat disayangkan, ruh Ramadhan yang semestinya di dalamnya penuh kemuliaan, kini sudah tercerabut dari benak remaja. Bagaimana tidak, para remaja kini tidak mampu menahan emosi dan kendali pemikirannya. 

Mereka tidak mampu memenuhi dorongan naluri dengan cara yang benar. Remaja kehilangan aspek kemanusiaan, berbuat sadis, dan memandang teman sebagai lawan yang harus dilemahkan.

Maraknya Pelajar dan anak di bawah umur menjadi pelaku beragam kejahatan mencerminkan rusaknya generasi. Di sisi lain menjadi bukti bahwa kurikulum pendidikan gagal mencetak generasi yang berkualitas. 

Selain itu, lingkungan yang rusak juga berpengaruh dalam membentuk kepribadian generasi, termasuk maraknya tayangan dengan konten kekerasan dan seksual.

Sungguh miris, sedih, dan khawatir, semua berkumpul menjadi satu. Kasus maraknya pelajar dan anak di bawah umur menjadi pelaku beragam kejahatan mencerminkan bagaimana potret buram dari rusaknya generasi saat ini. 

Di sisi lain hal ini menjadi bukti bahwa kurikulum pendidikan saat ini gagal mencetak generasi yang berkualitas. Selain itu, lingkungan yang rusak juga berpengaruh dalam membentuk kepribadian generasi, termasuk maraknya tayangan dengan konten kekerasan dan seksual.

Begitulah ketika sistem kehidupan diatur menurut hawa nafsu manusia semata yaitu penerapan sistem kapitalis liberal yang berasaskan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Tentu ini sangat jauh berbeda dengan sistem Islam.

Dalam pandangan Islam, peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Islam memiliki sistem pendidikan yang kuat karena berasas akidah Islam. 

Pendidikan dalam Islam tentu akan menerapkan kurikulum pendidikan Islam dengan metode pengajaran talqiyyan fikriyyan akan mampu mencetak generasi yang beriman bertakwa. Dengan dukungan penerapan Islam dalam berbagai sistem kehidupan, termasuk dalam pendidikan maka akan membentuk generasi berkepribadian Islam yakni mempunyai pola pikir dan pola sikap yang Islami.

Dalam Islam, tujuan utama dari pembangunan manusia yaitu menciptakan generasi yang penuh ketakwaan, bertanggung jawab, memiliki profil yang mencerminkan keunggulan, dan memiliki kendali yang kuat karena dibangun oleh keimanan yang kokoh.

Tentu untuk mencapai tujuan ini diperlukan adanya sistem yang mendukung dan diterapkan secara menyeluruh. Dan satu-satunya sistem yang mampu mencapai tujuan tersebut dan melindungi generasi dari berbagai bentuk kerusakan hanyalah sistem Islam yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah. 

InsyaaAllah tujuan Islam dalam membentuk manusia yang unggul, berkualitas, dan menjamin kesejahteraan dalam masyarakat akan terwujud. 

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Asih Lestiani
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar