Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Benarkah Sudah Menjadi Tradisi, Kenaikan Harga Pangan Menjelang Ramadhan?

Topswara.com -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga komoditas pangan akan mengalami kenaikan pada bulan Ramadan mendatang. BPS melaporkan inflasi bulan Februari 2024 sebesar 0,37 persen secara bulanan. 

Sementara secara tahunan, inflasi Februari 2024 ini sebesar 2,75 persen dibanding Februari 2023. Dan secara year to date, inflasi pada Februari 2024 mencapai 0,41 persen. Menurut deputi badan statistik BPS Habibullah mengatakan kenaikan harga itu disebabkan permintaan yang meningkat pada bulan Ramadan. (Kumparan.com/1/3/2024)

Seolah menjadi tradisi yang harus dimaklumi, harga pangan naik setiap menjelang Ramadhan. Padahal semua itu bisa diantisipasi oleh pemerintah agar tidak mengalami kenaikan. Kondisi ini tentu memberatkan rakyat dan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini. 

Mau tidak mau mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan walaupun dengan harga mahal. Apalagi barang-barang yang mahal adalah bahan kebutuhan dasar sehari-hari yang tidak mungkin jika tidak dibeli. 

Di bulan Ramadhan yang mulia dan tempat kita meningkatkan amal ibadah nyatanya tidak dilakukan oleh sebagian masyarakat yang harus bekerja keras mencari dan mengais rezeki. Tidak sedikit umat islam yang meninggalkan ibadah wajib karena mencari rezeki. 

Tentunya ada banyak penyebab terjadinya kenaikan harga pangan dibulan Ramadhan, termasuk di antaranya memanfaatkan semangat bersedekah dan berbagi pada bulan suci. Sebagian pihak memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan yang lebih karena sudah dipastikan masyarakat akan tetap membeli nya walaupun dengan harga mahal. 

Belum lagi kesalahan pahaman yang terjadi pada masyarakat dengan konsumtif yang berlebihan saat Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini akan semakin dimanfaatkan oleh para pengusaha.

Tradisi kenaikan harga yang menjadi dimaklumi oleh masyarakat akibat sistem ekonomi kapitalisme. Kapitalisme menjadikan tolak ukur perbuatan adalah maslahat dan manfaat. Maka, momen Ramadhan ini dijadikan momen yang tepat untuk mendapatkan manfaat sebanyak-banyaknya. 

Negara seharusnya bisa memastikan dan mengantisipasi agar harga bahan pangan tetap stabil sehingga tidak menambah kesulitan rakyat. Namun hal ini tidak dilakukan dalam sistem kapitalisme, sebab negara hanya berperan sebagai regulator antara para pengusaha dengan rakyatnya. Padahal tugas negara adalah pelindung dan pengurus rakyat.

Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadhan dengan memperbaiki amal dan banyak ibadah bukan dengan berbuat konsumtif bahkan berlebihan. 

Selain itu, didalam Islam negara juga akan memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah Ramadhan, mensuasanakan semangat Ramadhan dengan nuansa ibadah dan mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih ridha Allah SWT dan merasakan nyaman menjalankan ibadah puasa tanpa memikirkan beban ekonomi yang sempit. Sehingga semangat masyarakat dalam beribadah terus meningkat.

Negara juga memberikan pendidikan terbaik pada masyarakat sehingga masyarakat memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadhan, termasuk pola konsumsinya agar tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Sebab Islam juga melarang makan dan minum secara berlebihan. 

Allah SWT berfirman : "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al-A’raf : 31]

Selain itu, negara Islam akan benar-benar memantay dan mengantisipasi jika ada sebab-sebab yang memungkinkan untuk menjadikan harga bahan pangan naik. Kalaupun karena faktor alam maka negara sudah mengantisipasi nya dari wilayah yang tidak terdampak bencana alam. 

Sehingga negara benar-benar bisa memastikan harga dan ketersediaan pangan aman dan distribusi nya juga sampai ke setiap individu.

Wallahua'lam Bisshawab.


Oleh: Alia Nurhasanah
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar