Topswara.com -- Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Lenny N Rosalin mengatakan bahwa selama 2023 perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga.
Menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif yang ditunjukkan dengan meningkatnya indeks pemberdayaan gender.
Selain itu, menurutnya perempuan berdaya akan menjadi landasan yang kuat dalam pembangunan bangsa, serta keterwakilan perempuan dalam lini-lini penting dan sektoral juga ikut mendorong kesetaraan gender di Indonesia yang semakin setara. (m.antaranews.com/6 Januari 2024/19:47WIB)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dengan memperhatikan ketimpangan gender.
IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Bila nilai IPG semakin tinggi maka semakin tinggi kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan.
Pembangunan sebuah bangsa sesungguhnya berkaitan erat dengan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Manusia-manusia yang berilmu dan berpengetahuan serta memiliki pandangan yang benar tentang kehidupan, akan mampu mengelola sumber daya alam tersebut untuk mewujudkan peradaban yang gemilang.
Sementara jika manusia-manusia yang ada memiliki taraf berpikir yang rendah mengenai kehidupan, maka sumber daya alam itu akan dikuasai pihak lain bahkan hingga terjadi penjajahan.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) sejatinya termasuk bagian dari pemikiran kapitalisme yang diterapkan agar hegemoni sistem ini tetap mencengkeram.
Dalam paradigma kapitalisme, gender hanya dipandang perbedaan secara fisik saja, sedangkan dalam segala bidang kehidupan baik dalam pemerintahan, ekonomi, dan lainnya laki-laki dan perempuan dituntut setara dengan memandang segala sesuatu diukur berdasarkan materi.
Di sisi lain, sebuah peradaban tidak lepas dari peran perempuan bernama ibu. Ibu merupakan sekolah yang pertama dan utama bagi anak-anak penerus generasi. Ini adalah fitrah. Di tangan seorang ibu yang bervisi misi mencetak peradaban emas insan-insan yang bertakwa akan menghancurkan peradaban kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan.
Hal ini tentu tidak diinginkan oleh kapitalisme itu sendiri. Karena itulah senantiasa dibentuk agenda-agenda untuk melalaikan para wanita (ibu) dengan kesibukan menambah pundi-pundi materi. Keberadaan IPG adalah salah satu dari sekian banyak agenda yang dibentuk.
Kini paradigma berpikir masyarakat mulai bergeser sesuai dengan arahan kapitalisme, yakni menjadi perempuan yang berdaya ala kapitalis. Pemikiran yang merasuki setiap orang bahwa untuk menjadi wanita yang berdaya harus bekerja, memiliki penghasilan sendiri, memiliki jabatan yang mentereng dalam pekerjaan, dan hal-hal lainnya yang tidak lepas dari sifat materialisme itu sendiri. Alhasil kapitalisme menjadikan para wanita semakin jauh dari fitrahnya.
Wallahua'lambishshawab.
Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si.
Aktivis Dakwah
0 Komentar