Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengulik Penyebab Penolakan dan Pengusiran Muslim Rohingya dari Aceh


Topswara.com -- Sebelumnya Muslim Rohingya tinggal berdampingan di Rakhine Myanmar. Namun, kedengkian kaum Buddha Myanmar yang berkuasa dan menduduki pemerintahan Myanmar makin dalam. Yang dulunya bisa saling menghormati dan menghargai ras, budaya, dan agama Muslim Rohingya, telah berubah. Berubah menjadi kezaliman dan kebiadaban yang mereka lakukan terhadap kaum Muslim Rohingya. 

Etnis Rohingya secara fisik dan budaya, lebih mirip orang-orang Bangladesh dan India daripada Suku Bamar, etnis terbesar di Myanmar, tetapi hal itu tidak boleh menjadi penyebab rezim Myanmar menimpakan kezaliman terhadap mereka. Rezim Myanmar memiliki hubungan baik terhadap Israel dan mereka memiliki nafas kebencian yang sama terhadap kaum Muslim. Junta militer Myanmar tidak segan-segan memperkosa, membunuh, menganiaya, dan membakar desa etnis Rohingya. 

Inilah yang menyebabkan mereka harus pergi dari Myanmar. Namun, kedatangan mereka ke negara-negara tetangga pun menuai kontroversi, ada yang menolak dan akhirnya mereka menjadi bangsa yang tidak memiliki negara, puluhan tahun hidup di atas kapal, diusir di sana dan di sini. Sungguh kasihan sekali Muslim Rohingya.

Alasan mengapa pengungsi Rohingya ditolak di Aceh yaitu karena pengungsi Rohingya memberi kesan yang tidak baik ketika datang ke Aceh. Sebenarnya, tidak boleh dipukul rata, ketika ada sebagian yang tidak baik, cukup yang tidak baik tersebut ditertibkan dan ditegakkan hukum yang adil untuk mereka. Karena kenyataannya, mereka datang ke Indonesia, khususnya di Aceh karena ingin mendapatkan suaka terhadap Indonesia. 

Bagi mereka jika tetap di Myanmar mereka dizalimi bahkan diancam digenosida. Mereka ke Bangladesh pun juga sama, di mana-mana mereka ditolak, tidak punya negara dan diusir dari negaranya Myanmar karena kezaliman rezim Buddha Myanmar. Mereka membenci Muslim Rohingya hingga tega membunuh mereka, sehingga tidak ada pilihan lain, kecuali mereka hijrah dari Myanmar ke mana pun mereka pergi untuk mempertahankan hidupnya.

Ada beberapa alasan lain yang sering disebutkan terhadap penolakan kedatangan Muslim Rohingya. Pertama, membuang bantuan makanan ke laut. Sekalipun ada sikap yang tidak pantas dilakukan oleh Muslim Rohingya seperti membuang bantuan makanan ke laut, maka hal tersebut harus diklarifikasi dan ditegur. Mengapa bantuan yang diberikan malah dibuang ke laut. Sebenarnya mereka juga umat manusia yang membutuhkan edukasi agar bisa menjadi insan mulia karena keislamannya. Oleh karena itu, seharusnya mereka dibina bukan diusir dan binasa di tengah lautan. 

Kedua, kabur dari kamp pengungsian. Jika ada yang berperilaku demikian, maka mereka harus ditertibkan. Namun, kita perlu menyadari, betapa sengsaranya mereka hidup puluhan tahun sebagai pengungsi. Mereka tidak mendapatkan penghidupan yang layak, dari tempat tinggal maupun makanan yang didapatkan. Mereka tidak bisa hidup sebagaimana manusia pada umumnya. Oleh karena itu, soal kabur ini, perlu ditertibkan dan mereka harus mendapatkan edukasi Islam yang cukup sehingga mereka memiliki kepribadian Islam yang unggul.

Ketiga, tidak mematuhi adat istiadat setempat. Norma agama dan adat istiadat setempat memang perlu terus diedukasi terhadap mereka. Sekali lagi, tingkah laku oknum tersebut jangan dipukul rata untuk menolak pemberian suaka terhadap kaum Muslim Rohingya, karena memang mereka membutuhkan bantuan umat Muslim di seluruh dunia, terutama di Aceh pada saat ini. Keempat, melakukan tindakan kriminal hingga pemerkosaan. Hal-hal yang bersifat kriminal baik dilakukan oleh pengungsi atau warga negara Indonesia harus ditetapkan aparat penegak hukum. Sebenarnya masalahnya adalah bagaimana negara Indonesia melakukan edukasi dan penegakan hukum yang sesuai agar tindakan kriminal bisa dicegah dan dihukum sesuai ketentuan yang berlaku.

Kelima, Muslim Rohingya dituduh antek zionis dan penjajah Inggris yang akan melakukan penjajahan dan pendudukan di Indonesia. Sebenarnya ini tuduhan yang tidak berdasar. Mereka itu kaum Muslim Rohingya, bagaimana bisa disamakan dengan zionis Yahudi yang melakukan pendudukan di Palestina? Kita tahu zionis Yahudi bisa sekuat itu karena mereka didukung Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya untuk menjajah Palestina dan melakukan genosida di sana. Lantas apakah sama etnis Rohingya dengan etnis Yahudi? Sungguh berbeda. 

Justru yang telah berkolaborasi menjajah kaum Muslim adalah entitas Yahudi dan rezim Myanmar. Mereka kongkalikong untuk melakukan genosida terhadap kaum Muslim. Bagaimana bisa menuduh kaum yang dizalimi secara sistematis oleh rezim Myanmar sebagai etnis yang akan menjajah Indonesia? Mereka datang ke Aceh hanya berharap secerca kehidupan agar tetap bisa hidup sebagai Muslim sampai akhir hayat mereka. 

Oleh karena itu, sungguh tuduhan yang kejam jika menyamakan kaum Muslim Rohingya dengan kaum Yahudi laknatullah yang telah melakukan genosida terhadap Muslim Palestina. Sebenarnya nasib kaum Muslim Rohingya dan Palestina sama, sama-sama diusir dan digenosida di wilayah mereka hidup. Hanya saja, umat Islam Palestina masih bertahan di sana karena tuntutan akidah mereka untuk menjaga tanah suci Syam dari penjajah zionis Yahudi.[]

Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar