Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Racun Sekularisme


Topswara.com -- Racun sekular telah mendarah daging pada mayoritas kaum muslimin. Hal tersebut nampak nyata saat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan himbauan kepada masyarakat mendekati tahun politik 2024 ini, agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah ummat dan menggunakan agama sebagai isu politik. 

Narasi yang selalu digulirkan adalah bahwa pemimpin yang membawa isu agama adalah pemimpin yang memecah belah, karena Indonesia merupakan negara multi etnis dan multi agama, sehingga membawa isu agama adalah tidak sesuai dengan adanya beragam perbedaan di wilayah nusantara.

Sekularisme telah berhasil meracuni mayoritas ummat Islam, dan membentuk pemahaman ditengah ummat,bahwa agama dan politik merupakan dua bagian yang terpisahkan dan tidak boleh disatukan. 

Agama digambarkan sebagai sisi yang berkonotasi bersih, baik, serta berkaitan dengan kehidupan akhirat sementara politik dikonotasikan sebagai sisi yang kotor dan penuh intrik dan bersifat duniawi.

Pemahaman yang menganggap bahwa agama harus dipisahkan dengan urusan negara (dunia) ini muncul dilatarbelakangi karena praktek di Eropa pada abad pertengahan. Dimasa kegelapan Eropa, dimana ketika para penguasa yang didukung pihak gereja melahirkan kebijakan-kebijakan yang justru menyengsarakan rakyat.

Sehingga kaum cendekiawan menganggap bahwa agama justru menindas rakyat, sehingga tidak layak aturan agama diterapkan untuk mengatur rakyat. 

Setelah perseteruan berabad-abad antara pihak cendekiawan dan gerejawan, akhirnya terjadilah kompromi untuk memisahkan urusan agama dan negara (kehidupan)

Saat ini, sekularisme telah menjadi racun yang mengakar dalam pemikiran kaum Muslimin. Memisahkan peran ulama (agamawan) dengan umara (negarawan) dalam kehidupan menjadi perkara yang diterapkan hari ini. 

Politik (berkaitan dengan kekuasaan) dianggap kotor, sehingga siapa saja yang memiliki kecenderungan terhadap agama, dilarang terjun pada dunia politik. Sebaliknya, siapa saja yang cenderung pada urusan politik (kekuasaan) dilarang membawa-bawa agama.

Hal ini tentu saja berbeda dengan Islam. Islam memandang bahwa agama dan politik adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan antara yang satu dan lainnya. 

Dalam dunia Islam seorang politikus justru dibutuhkan penguasaan ilmu keagamaannya, sehingga umara sekaligus sebagai ulama, atau ulama sekaligus umara. 

Sebagai contoh bagi kita warga Indonesia yang bisa kita mengindera bahwa ulama adalah sekaligus umara yaitu para walisongo. Walisongo adalah ulama- ulama pilihan yang memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing baik ilmu pemerintahan, maupun keahlian dibidang tertentu, seperti Sunan Gresik yang memiliki keahlian dibidang pertanian.

Dengan menyatukan agama dan politik (kekuasaan) maka Islam rahmatan lil'alamin yaitu Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam akan terwujud. 

Tanpa adanya kekuasaan yang dijalankan sesuai ajaran Islam, mustahil syariat Islam bisa diterapkan secara keseluruhan. Padahal untuk mewujudkan Islam rahmatan lil'alamin meniscayakan diterapkannya syariat Islam secara totalitas.

Sebagai contoh untuk meminimalisir adanya kasus kejahatan seperti pencurian, maka harus dipastikan rakyat tidak ada yang kelaparan, sehingga harus dipastikan seluruh rakyat khususnya laki-laki (kepala keluarga) memiliki penghasilan.

Maka negara harus menjalankan perannya menyediakan lapangan pekerjaan, menyelenggarakan pendidikan yang dibutuhkan rakyat sehingga rakyat memiliki keterampilan, serta paham hukum syarak sehingga konsep perwalian yang bertanggung jawab terkait penafkahan bisa berjalan, pun peran negara dalam memastikan semua kebutuhan pokok dasar, pangan sandang, papan serta kebutuhan pokok publik pendidikan, kesehatan, dan keamanan terpenuhi.

Dengan demikian, untuk mewujudkan Islam rahmatan lil'alamin meniscayakan keberadaan agama dan politik (kekuasaan) menjadi bagian yang tidak terpisahkan, dimana kondisi demikian hanya mungkin terjadi saat Islam diterapkan dalam sebuah institusi yang disebut negara, dan negara itulah yang disebut Daulah khilafah islamiah.


Oleh: Atiqah Muthi'ah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar