Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perlakuan Orang Tua terhadap Anak Bagaikan Mengukir di Atas Batu


Topswara.com -- Membicarakan tentang luka pengasuhan, pemerhati generasi dan keluarga, Ustazah Reta Fajriah, berpesan kepada para orang tua agar selalu memperhatikan sikap atau perlakuan mereka kepada anak, sebab kesannya tidak bisa hilang sebagaimana ukiran (pahatan) di atas batu.

“Nah, ini memang saya memesankan khusus kepada orang tua, agar mengingat setiap perlakuan kita kepada anak di masa kecil, itu sebagaimana kita mengukir di atas batu, memahat, itu sampai kapan pun tidak bisa hilang,” tuturnya pada rubrik Kuntum Khaira Ummah, dengan tema Empat Sifat yang Harus Dimiliki Orang Tua dalam Mendidik Anak, di YouTube Muslimah Media Center, pada Selasa (5/9/2023).

Ustazah Reta mengingatkan bahwa di usia kecil, seorang anak mampu menyerap kejadian yang dianggapnya berkesan. Terlepas dari kesan baik (menyenangkan) atau buruk (menyakitkan) yang dirasakan anak, semua akan tersimpan terus dan tidak bisa hilang.

“Makanya ada anak yang kalau mengingat masa kecil, dia masih ingat ditimang-timang sama orang tuanya, kemudian juga dinyanyikan lagu-lagu menjelang tidur atau diceritakan kisah-kisah heroik menjelang tidur. Itu enggak bisa hilang. Karena bagi dia, itu suatu hal yang menyenangkan, berkesan. Nah, termasuk juga perlakuan buruk, itu berkesan bagi dia. Berkesannya cuma buruk ya, menyakitkan begitu,“ ulasnya.

Ustazah menekankan kembali pentingnya orang tua berhati-hati dan menjaga sikap terhadap anak. Jangan sampai terucap perkataan yang menyakitkan kepada anak. Begitu juga dengan perbuatan, jangan sampai melukai secara fisik. 

“Nah, ini yang memang orang tua harus sangat hati-hati. Harus bisa menjaga sikap ya, menjaga perkataan. Tadi kan yang menyakitkan itu kan bentuk perkataan. Menjaga juga perbuatan ya, jangan sampai melukai juga secara fisik begitu. Karena memang resikonya ini panjang,” tegasnya. 

Diberikan contoh dalam pembahasan ini kasus yang viral, di mana seorang anak berusia 23 tahun membunuh ibu kandungnya dan menganiaya ayah kandungnya. Dari pemeriksaan polisi diketahui motifnya karena anak tersebut sakit hati terhadap kedua orang tuanya, atas perlakuan kedua orang tuanya sejak dia kecil dengan perkataan-perkataan yang menyakitkan.

“Bisa kita bayangkan ya, kejadian itu sejak masih kecil, dan itu terpendam. Rasa sakit hati itu tidak bisa hilang sampai memang tereksekusi di usia yang sudah dewasa, di mana di usia itu sebenarnya kan dari kemampuan berpikir itu sudah sempurna ya bagi seseorang. Sudah bisa membedakan baik dan buruk gitu. Kemudian juga dari sisi pertanggung jawaban terhadap sebuah perbuatannya, itu juga seharusnya sudah muncul kesadaran, resiko-resiko dari perbuatan dia gitu. Kan ini resikonya di dunia maupun di akhirat tentunya. Tapi kenapa ini kok bisa terjadi gitu,” ungkapnya.

Agar tidak terjadi luka pengasuhan, ustazah Reta memberikan nasihat untuk para orang tua agar berusaha semaksimal mungkin menjadi orang tua yang salih dan salihah. Para orang tua harus memiliki keimanan yang kuat, bergantung sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi semua persoalan hidupnya, dan menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji (akhlakul karimah).
  
Ustazah membacakan sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban, yang menghimbau manusia untuk memiliki sifat-sifat terpuji. Terjemah hadis tersebut adalah:
Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram baginya tersentuh api neraka?” Para sahabat berkata, ‘Mau, wahai Rasulullah’. Beliau menjawab: “(Yang haram tersentuh api neraka adalah) orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahlin

Selanjutnya Ustazah menjelaskan maksud dari sifat-sifat Hayyin, Layyin, Qarib, dan Sahlin. Sifat hayyin artinya tidak mudah memaki, melaknat, dan marah. Jiwanya selalu teduh. Kemudian layyin adalah sifat selalu menginginkan kebaikan kepada sesama. Sifat lemah lembut, santun, baik dalam perbuatan maupun tutur kata. Adapun qarib, artinya akrab dan ramah dalam berbicara. Pribadinya menyenangkan, supel, dan penuh perhatian. Kemudian sahlin, adalah selalu memudahkan urusan orang lain, suka menolong, tidak mempersulit. Sehingga, membuat orang akan selalu nyaman bersamanya.

“Nah, jadi ini pesan Rasulullah kepada kita semua, supaya kita terhindar dari neraka. Kita disuruh memiliki sifat-sifat mulia, akhlak-akhlak yang mulia ini. Dengan sifat-sifat yang mulia ini, tentu saja kita akan menjadi teladan di rumah. ketika kita menjadi orang baik, Insya Allah vibe-nya itu kepada keluarga kita semua. Yang akan terpancar kebaikan itu, dan kemudian akan diserap dan akan memantul lagi kebaikan. Jadi, orang itu kalau diberikan keburukan, mantul lagi keburukan. Jadi, itulah yang harus diusahakan,” urainya.

Lebih jauh Ustazah Reta memaparkan, adakalanya orang tua juga pernah mengalami luka pengasuhan. Maka, agar luka pengasuhan ini tidak menjadi warisan bagi anak-anaknya, harus ada upaya pada diri orang tua untuk menyembuhkan terlebih dahulu lukanya tersebut. 

Maka, ustazah pun memberikan langkah - langkah yang harus ditempuh :
Pertama, sadar ada masalah. Bagi yang punya masa lalu yang kelam, tidak boleh ditutup-tutupi, lari dari kenyataan, seolah tidak terjadi apa-apa.

“Karena kalau tidak ada pengakuan, akhirnya tanpa dia sadari, dia akan mengulang-ulang terus begitu. Jadi harus ada kesadaran bahwa memang ada terjadi sesuatu yang harus dibenahi dalam diri saya, sesuatu yang harusnya tidak membawa akibat buruk kepada orang lain,” paparnya.

Kedua, harus dekat pada Allah. Manusia terkadang tidak nyambung antara pengetahuan (ilmu) dan perbuatannya. Bisa saja terjadi, orang mengetahui suatu perbuatan itu buruk, dilarang oleh agama, tapi tetap saja dia melakukannya.

“Nah ini bisa terjadi koneksi yang terus-menerus ketika dia dekat sama Allah. Jadi memang harus ibadahnya kuat, ibadahnya kencang, dan harus selalu minta tolong sama Allah. Kita tidak tahu kapan kita khilaf, kemudian ada setan masuk gitu ya. Nah itu kan memang harus benar-benar kedekatannya itu dibina terus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,” terangnya.   

Ketiga, harus selalu berada dalam lingkungan yang baik. Menciptakan support sistem yang baik. Mencari lingkungan kerja yang baik, lingkungan bergaul yang baik, begitu pula di keluarga, membentuk lingkungan keluarga yang baik.

“Kalau dia berada pada lingkungan yang sering memicu stres, stressor-nya banyak, ini ya kuat-kuatan saja. Dia daya tahannya kuat enggak tuh, untuk bisa tidak stres pada akhirnya. Karena kalau dia stres, kan buang sampahnya ke orang lain. Stresnya dari mana, tapi buang sampahnya ke anak. Buang sampahnya kepada keluarganya di dalam rumah. Stresnya didapat di luar rumah, tapi buang sampahnya di dalam rumah,” ujarnya. 

Ustazah menekankan kembali bahwa luka pengasuhan yang pernah dialami orang tua, harus diselesaikan, agar tidak terulang kepada anak-anaknya. Setiap orang tua perlu belajar, perlu ilmu, juga perlu latihan, pengamalan, dan kontrol yang terus-menerus. Harus ada idroksilahbillah (hubungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan takarub pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ibadah yang sungguh-sungguh.

“Jadi memang harus dikenalkan agama. Nah, kemudian juga terkait dengan sifat-sifat mulia tadi ya, akhlakul karimah itu juga jangan dipisahkan dari akidah (keimanan). Karena itu kan perbuatan. Nah, perbuatan harus dilandasi oleh motivasi yang benar. Berbuat baik seperti ini karena memang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendapatkan pahala, mengamalkan dari hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Jadi jangan dipisahkan,” pungkasnya. [] Binti Muzayyanah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar