Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Konser Unfaedah, Potensi Generasi Terjajah


Topswara.com -- Konser besar salah satu grup band wanita asal Korea, menyedot perhatian publik. Grup band ini berhasil memanjakan para fans selama 2 hari (Sabtu-Minggu, 11-12/3/2023) di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 70 ribu lebih penonton berhasil memadati lokasi dengan dress code berwarna hitam dan pink (liputan6.com, 13/3/2023).

Tiket konser yang luar biasa mahal, dibanderol berkisar Rp 1.380.000- Rp 3.800.000, tak menyurutkan antusias para penggemar (liputan6.com, 11/3/2023). Pengawasan berganda pun dikerahkan oleh tim pengamanan konser.

Menanggapi acara besar tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengungkapkan dalam akun tweeternya, @sandiuno (11/3/2023), dengan 70 ribu pengunjung yang akan menghadiri GBK, membawa keberkahan bagi para UMKM di sekitar kawasan GBK.

Miris, di tengah ekonomi yang kian menghimpit, justru negara mengizinkan konser yang sebetulnya hanya mendewakan hawa nafsu belaka. Sama sekali tak menawarkan nilai positif bagi generasi muda. Konser-konser "beraroma" kebebasan yang berasal dari budaya Barat ditengarai dapat menjadi wadah "healing" generasi muda, yang katanya dapat melepaskan kepenatan yang tak kunjung usai. 

Kebebasan yang menyajikan gaya hidup hedonis liberal sejatinya hanya merusak watak generasi. Menjarah potensi generasi. Generasi kian buta dengan visi misi kehidupan. Mereka menganggap, kehadirannya dalam konser hanya sebagai wadah untuk melampiaskan segala "rasa sayang" kepada idolanya.

Sementara, gaya hidup generasi yang makin bebas dan liar, justru menjadi sasaran empuk para kapitalis. Konser besar yang diadakan, pastinya membutuhkan dana luar biasa besar. Hanya para kapitalis-lah yang memiliki modal besar. 

Dengan modal yang luar biasa besar yang dimiliki, para kapitalis dapat meraup untung yang fantastis. Tiket konser yang sangat mahal pun, tak menjadi halangan bagi para penggemar demi bertemu dengan sang idola. Sementara kehidupan ekonomi kian sulit dari hari ke hari.

Antara konser, ekonomi, dan nasib generasi. Sebetulnya ada pemahaman pincang dalam ketiga hal tersebut. Dalam sistem kapitalisme, konser disebut sebagai potensi luar biasa yang menyedot keuntungan fantastis. 

Tanpa menilik, akibat yang pasti akan terjadi pada watak kehidupan generasi. Inilah wajah sistem kapitalisme. Destruktif adanya. Sistem yang rusak sejak lahir. Dan merusak setiap sisi kehidupan. Sungguh membahayakan.

Generasi membutuhkan penjagaan yang sempurna. Demi terselamatkannya masa depan. Karena watak generasi saat ini adalah watak pemimpin di masa datang. Lantas, akan dibawa kehidupan ini, jika kepemimpinan kehidupan dikendalikan oleh generasi hedonis liberal yang sekuleris? Pasti kehancuran-lah yang tercipta. Sungguh, sistem kapitalisme yang kini diterapkan hanya menyisakan kerugian dan kezaliman yang nyata.

Sistem Islam, satu-satunya sistem yang menyajikan penjagaan sempurna untuk setiap hembusan nafas generasi. Akidah Islam yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan, menciptakan keimanan dan ketundukan yang utuh pada syariat Islam. 

Pemahaman Islam sempurna akan menciptakan generasi yang senantiasa waspada terhadap budaya Barat yang merusak. Dan sempurnanya penerapan syariat Islam hanya dapat terwujud dalam sistem Islam dalam wadah instutusi khas. Yaitu khilafah islamiah manhaj an Nubuwwah. 

Setiap regulasi yang diciptakan khalifah, ditujukan semata-mata untuk menjaga kemuliaan generasi. Budaya Barat dilarang masuk dalam wilayah Daulah. Karena akan berakibat fatal bagi akhlak generasi. 

Penjagaan Daulah adalah benteng utama penjagaan kehormatan dan kualitas generasi. Agar terwujud kepemimpinan berpikir yang berdasarkan pada syariat Islam yang menyeluruh. Demi penjagaan umat di masa datang.

Wallahu a'lam.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar