Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Son Ju Yeong: Halloween Day Tidak Ada Hubungannya dengan Budaya Korea


Topswara.com -- Menanggapi tragedi Halloween di Itaewon Korea, mualaf dari Korea Son Ju Yeong mengatakan Halloween Day tidak ada hubungannya dengan budaya Korea yang berasal dari Amerika.

"Halloween Day sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan budaya Korea. Itu datangnya dari Amerika," tuturnya dalam Series Aktual, Rabu (02/11/2022), di YouTube Cinta Qur'an TV.

Son menilai, kebanyakan yang ikut merayakan Halloween Day tidak mengetahui makna dan tujuannya untuk apa. 

"Kebanyakan yang ikut-ikutan Halloween Day itu mereka enggak tahu Halloween Day itu apa? Itu agenda menyembah setan atau mengusir hantu," sambungnya. 

Son menjelaskan sejarah singkat Halloween itu mengandung kepercayaan yang aneh dan tidak masuk akal. 

"Halloween itu dari zaman alien England, Prancis gitu, kemudian berubah ke Amerika ada namanya Halloween Day. Menurut kepercayaan mereka untuk menyelamatkan dari hantu mereka pura-pura jadi hantu supaya mereka percaya hantunya datang biar dia nggak tahu ini juga hantu dan sama-sama hantu," jelasnya. 

"Tahun 2000-an itu masuk ke Korea yang awal itu orang asing dari seluruh negara masuk mengajarkan bahasa Inggris, mereka membagikan permen dari anak kecil sampai dewasa dari rumah ke rumah dengan pakaiannya horor dandan kayak hantu, setan atau segala macamnya," lanjutnya.

Dan di Itaewon itu dulu katanya, ada tentara Amerika ada juga semacam market atau pasar Amerika, sampai ada di lagunya juga Itaewon class freedom, di Itaewon itu bebas yang menjadi simbolnya anak-anak muda.

Son menyampaikan, kondisi gaya hidup anak muda di Korea sekarang sudah berubah lebih memfokuskan diri pada kostum dan penampilan dengan berbagai model. 

"Sekarang yang menjadi generasi muda di Korea enggak lagi bagi-bagi permen, mereka lebih fokus ke kostum Korea, apalagi itu dicampur dengan banyaknya orang yang bisnis. Mereka buat kostum macam-macam sampai model baju Halloween, dan itu penghasilan uangnya triliunan," bebernya. 

Lebih lanjut, Mualaf asal Korea itu menerangkan bahwa tragedi desak-desakan yang mengakibatkan paling banyak memakan korban jiwa adalah Halloween Day tersebut. 

"Kalau mati desak-desakan, ini yang nomor satu paling banyak mati sampai 150 orang. Memang sih sering banyak ramai-ramai tetapi kebanyakan aman, padahal bukan amannya, tapi itu harus kita waspadai. Kita kan enggak tahu kapan terjadi bencananya kapan terjadi musibah, hanya atas kejadian ini bagi orang Itaewon harus menjadi pelajaran," terangnya. 

Ia menambahkan, solusi atas kejadian itu adalah mendakwahkan mereka dengan cara yang lebih mudah mereka terima agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang lagi. 

"Kita harus cari solusi agar tidak terjadi lagi hal-hal tersebut. Kita harus yakin solusinya ada di tangan kita karena kita seorang Muslim kita pikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendakwahkan mereka dengan dakwah yang bisa mereka terima. Karena Muslim itu pinter, lebih hebat, jadi harus semangat dakwah supaya mereka nggak ikut-ikutan budaya yang seperti itu," pungkasnya. [] Najwa Alifah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar