Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Orang Beriman Bukan Cuma Tahu Bertanya tetapi Caranya juga Baik


Topswara.com -- Merespons jargon yang viral 'kamu nanya' di sosial media, Founder Kingdom of Shirah, Shifrun mengatakan, orang beriman bukan hanya berani bertanya tetapi gemar bertanya-tanya, kritis dalam bertanya. Dan bukan cuma kritis tetapi dia tahu cara bertanya yang baik.

"Orang beriman bukan cuma berani bertanya tetapi gemar bertanya-tanya, kritis dalam bertanya. Bukan cuma kritis tetapi dia tahu cara bertanya yang baik," tutur Shifrun dalam video pendek berjudul Dark Times: Asking Too Much di kanal YouTube Shifrun, Selasa (22/11/2022).

Ridwan Kholid yang biasa di sapa Shifrun ini menjelaskan, bertanya bukan hanya baik dalam bertanya tetapi juga tahu kapan harus bertanya, dan kapan seharusnya tidak bertanya. Dia tahu kapan harus diam dan mengatakan sami’na wa atho’na.

"Termasuk kita dalam menjalani kehidupan di dunia. Hidup itu kan sebuah perjalanan. Yang namanya perjalanan sudah seharusnya ada tujuannya. Yang namanya tujuan pastinya ada yang sesuai dengan tujuan yang sedang dituju, ada yang tidak sesuai, ada yang nyasar, ada yang alamat palsu, ada yang sesat, maka gimana caranya supaya kita terhindar dari sesuatu-sesuatu yang menyesatkan itu. Ya bertanya-tanyalah tentang tujuan hidup, dari mana, untuk apa, dan akan kemana?" jelasnya.

"Setelah ini, pada siapa? Pada yang punya kehidupan, pada yang ngasih kita hidup atau pada mereka yang memahami ilmu tentang kehidupan dan kehendak yang menciptakan hidup. Kalau tidak, kita akan tersesat. Malu bertanya sesat di jalan," sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa kehidupan menjadi uji kelayakan untuk kembali pada pemilik kehidupan. Sehingga kalau malu bertanya, acuh bertanya tentang kehidupan, maka arah tujuan kehidupan ini akan mengarah pada rute yang salah.

"Harusnya manusia itu kembali ke surga sebagaimana awal bapak ibu kita (Adam dan Hawa) mereka di ciptakan. Klau kita malu bertanya, malu untuk mencari tahu, malah kita akan tersesat. Yang seharusnya kembali ke surga malah nyasar rutenya di arahkan ke neraka," ungkapnya.

Oleh karenanya, ia menegaskan, memberanikan diri untuk bertanya itu penting. Memang di satu sisi malu itu juga penting, dia bagian dari pada iman, ia mahkota bagi wanita. Tetapi jika dalam hal bertanya atas sesuatu yang tidak diketahui, kita mesti buang jauh-jauh rasa malu. Bukan tempatnya untuk malu di sini, sebab malu bertanya sesat di jalan. 

Ia mengutip QS. Ali Imran: 190, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal."

"Tanyalah tentang hakikat penciptaan langit dan bumi, bergantinya siang dan malam, dan itu ciri sebagai orang-orang yang berakal," jelasnya.

"Terus saja bertanya-tanya akan hal-hal yang semacam ini agar keimanan kita itu terjaga. Agar kita ini makin yakin kepada Allah, makin takut kepada Allah, makin beharap semata-mata kepada Allah, makin taat kepada Allah, dan makin meilmui terhadap penciptaan Allah SWT," tegasnya.

Ia melanjutkan, selama manusia mampu memelihara fitrah bertanya dengan senantiasa bertanya-tanya atas hakikat manusia, kehidupan, dan alam semesta maka sepanjang itu ia akan terpelihara dengan pengetahuan-pengetahuan akan siapa dirinya, siapa Tuhannya, siapa Nabinya, apa kitabnya, apa agamanya, apa yang seharusnya ia lakukan di muka bumi ini, di kehidupan ini, dan ke mana lagi setelah kematian ini kalau bukan kepada Allah.

"Hanya orang kritis yang mampu banyak bertanya di setiap perkara. Bagaimana orang cerdas biasanya mampu mengajukan pertanyaan di atas rata-rata pada umumnya, baik secara kuantitas maupun secara kualitas, makanya biasanya orang yang kritis orang yang cerdas, dan sebaliknya orang yang cerdas biasanya orangnya kritis. Skill ini bukan sembarang skill. Ia perlu dilatih, ia perlu diberanikan, ia perlu diasah, dan ia perlu dibiasakan," paparnya.

"Jika setengah ilmu adalah bertanya maka setengahnya lagi adalah mengatakan aku tidak tahu atas perkara-perkara yang ia ketahuinya sebagaimana kata sebagian ulama itu kalau ditanya. Tetapi kalau tetap dalam posisi penanya, jika setengah ilmu adalah bertanya maka setengahnya adalah diam," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar