Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Telur Makin Mahal, Tata Kelola Peternakan Kian Amburadul


Topswara.com -- Harga telur ayam akhir-akhir ini terus mengalami kenaikan. Diketahui harga telur kini melonjak hingga mencapai Rp 33.000/kg dari harga normal yang berkisar Rp 24.000/kg - Rp 27.000/kg (Republika.co.id 25/8/2022). 

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional menyebutkan bahwa kenaikan harga telur saat ini karena sedang mencari keseimbangan atau ekuilibrium sebagai akibat dari kenaikan beberapa variabel biaya. 

Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo Adi mengatakan beberapa pakan ayam ada yang masih impor sehingga ketika terjadi gejolak mata uang maka harga ikut naik. Ia menambahkan salah satu yang memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan harga telur adalah biaya transportasi. Apalagi telur bukan bahan komoditi yang bisa tahan lama (warta ekonomi.com 27/8).

Mirisnya, mahalnya harga telur membuat sejumlah warga memilih untuk membeli telur retak. Seperti yang terjadi di Tangerang, masyarakat berbondong-bondong membeli telur dengan kondisi kurang bagus disalah satu peternakan di kawasan tersebut dengan harga Rp 19.000/kg. Alasan warga membeli telur retak karena harganya lebih terjangkau dibandingkan telur yang masih bagus. 

Perlu diketahui bahwa harga pakan berpengaruh sekitar 70 persen pada biaya produksi dari tumbuhnya ayam secara keseluruhan. Kontribusi Pakan ini cukup besar pada hasil produksi baik broiler maupun layer. 

Sedangkan komponen terbesar dari pakan itu sendiri adalah jagung. Sementara diadopsinya liberalisasi perdagangan sebagai konsekuensi bergabungnya Indonesia dalam WTO menjadikan Indonesia terikat untuk mengimplementasikan Agreement on Agriculture. Akibatnya, negeri ini harus melakukan pengurangan subsidi ekspor, pengurangan subsidi dalam negeri dan membuka akses pasar. 

Hal ini berdampak pada penghapusan bea masuk impor yang mengakibatkan Indonesia diserbu berbagai produk impor termasuk jagung, kedelai dan sebagainya. Inilah yang menjadikan jagung sebagai bahan pokok pakan ternak mengalami kenaikan. 

Sebab, jika harga impor mengalami kenaikan maka harga jagung dalam negeri juga ikut naik. Ditambah lagi pakan ternak dalam negeri juga menyimpan polemik tersendiri. Kita tidak bisa mengingkari keberadaan produsen besar produk ternak. 

Mereka adalah para peternak raksasa yang juga memproduksi pakan ternak termasuk pakan ayam. Mereka menguasai industri peternakan dari hulu hingga hilir. Inilah alasan dibalik mahalnya harga pakan ternak khususnya ayam. 

Karena, sektor produksi pakan ternak sudah dikuasai korporasi besar yang berasal dari negara asing. Dari sisi modal dan daya saing, korporasi-korporasi ini merupakan pemain kuat dan besar. Akhirnya, peternak lokal mau tidak mau harus membeli pakan bahkan benih ayam dari korporasi besar ini. 

Fakta tersebut menjadi bukti bahwa cengkeraman kapitalisme dan keterikatan Indonesia dalam perjanjian internasional seperti WTO menjadikannya tidak mandiri, selalu bergantung pada pangan luar negeri. Hal itu tentu berpengaruh pada sektor peternakan. Tata kelola peternakan dibawah sistem kapitalisme hanya menjadikan pemerintah lebih berpihak pada korporasi. Mengabaikan hak rakyat sekaligus sebagai pengurus urusan rakyat. 

Oleh karenanya, umat hari ini membutuhkan sistem yang mampu mewujudkan kemandirian pangan. Sistem ini pernah berjalan hampir 13 abad lamanya. Adalah sistem Islam kaffah dibawah institusi khilafah islamiyah. Rasulullah SAW bersabda: "Imam atau Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya". (HR Muslim dan Ahmad). 

Politik dalam pandangan Islam menjamin pemenuhan pangan seluruh individu rakyat baik untuk konsumsi harian maupun menjaga cadangan pangan untuk mitigasi bencana atau paceklik. Termasuk peran lembaga negara seperti Berdikari yang tidak lain adalah perpanjangan pemerintah untuk mengatur stok dan stabilitas harga pangan hasil ternak. 

Dengan kerjasama integral dengan Bulog, Berdikari berperan sebagai unit pelaksana teknis dalam mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan hasil ternak pada setiap individu rakyat, menyimpan cadangan pangan untuk kebutuhan bencana ataupun menstabilkan harga di pasar. 

Lembaga ini dijalankan atas dasar fungsi pelayanan yang menihilkan apsek komersial. Untuk mengatasi masalah sektor peternakan saat ini, peran Berdikari diantaranya adalah menyerap hasil produksi ternak dari para peternak lokal. 

Berdikari dibantu Bulog juga mengalami distribusi hasil ternak sebagai fungsi penjagaan ketahanan dan sumber daya pangan masyarakat. Dengan kata lain, Berdikari dan Bulog sebisa mungkin meminimalkan stok yang bersumber dari impor. Terlebih jika berdampak pada faktor produksi ternak di dalam negeri. Semua langkah ini dilakukan agar rakyat benar-benar dapat merasakan peran pemerintah untuk mengurusi kebutuhan sekaligus harga bahan pangan mereka. Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Teti Ummu Alif
(Pemerhati Masalah Publik)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar