Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Utang Menggunung Aset Negara Menjadi Tumbal


Topswara.com -- Kian hari utang luar negeri kian memuncak, setiap kali pemerintah membangun infrastruktur upah pembangunan senantiasa berutang keluar negeri. Sangat dikhawatirkan bila pemerintah terus saja menggali lubang kemudian tutup lubang, maka sangat mudah Asing mengambil setiap kekayaan di negeri ini.

Besarnya utang negara kini di anggap enteng oleh koordinator menteri bidang kemaritiman dan Investasi (Luhut Indar Pandjaitan), bahwa negara memang memiliki utang dengan jumlah sangat besar yakni Rp.7.000 triliun namun negara mampu membayarnya dengan hasil pendapatan proyek-proyek besar yang ada di negara, Kompas.com (5/8/2020).

Pemerintah terus menambah utang modal sampai tak terkira jumlahnya, terlebih lagi bunga dari waktu ke waktu semakin tinggi. Indonesia kini berada di posisi terlilit utang jika negara tidak sanggup membayar utang konsekuensinya tentu sangat besar apatahlagi rakyat kecil yang sudah sulit ditambah lagi beban yang membuat mereka menjerit. 

Ada empat konsensus apabila Indonesia gagal mengembalikan modal dan bunga. Pertama, aset negara akan dikuasai asing, aset negara sebagai sumber pemasukan akan disita oleh asing untuk menutupi hutang-hutang yang tidak bisa dikembalikan. 

Kedua, asing akan mendikte terkait kebijakan negara dimanah pihak asing akan ikut campur dalam urusan pemerintahan Indonesia dan memiliki kekuatan untuk menekan kreditur yang kesulitan mengembalikan hutang. 

Ketiga, negara kehilangan wibawa, tentu ketika negara yang dikenal memilik SDA yang besar tidak bisa membayar hutang LN otomatis negara akan kehilangan wibawa didunia internasional dan akan banyak masalah yang timbul dalam negara. 

Keempat, pekerja asing yang tak terkendali, ketidakmampuan negara membayar hutang LN Indonesia akan mengalami distorsi dalam dunia usaha. Tentu ini sangat dikhawatirkan selain timbul problematik dalam negara ini akan berdampak pada rakyat.

Semakin bengkaknya utang negara, rakyat semakin tersiksa, bagaimana tidak harga-harga kebutuhan masyarakat semakin mahal, dari kondisi pekerjaan saja upah yang didapatkan tidak mencukupi kebutuhan dalam keluarga, sulit rasanya rakyat kecil menahan banyak rasa yang berkecamuk dalam jiwa melihat drama-drama yang dilakukan pemerintah beserta para kabinetnya.

Beginilah jika pemimpin hanya label belaka dalam kinerja hanya menjadi boneka yang dijalankan oleh tuannya, pemerintah hanya bisa bergantung oleh asing untuk mendapatkan dana sebagai modal pembangunan. 

Alhasil penikmat fasilitas negara hannyalah dipenuhi oleh asing sementara anak bangsa yang memiliki potensi besar untuk memajukan negara justru menganggur tanpa ada kelanjutan dari pemimpinnya.

Ironis dalam dunia kapitalis memainkan penghasilan negara hanya untuk mereka. Sementara masyarakat hanya mendapatkan sisa-sisanya bahkan tidak sama sekali, fenomena ini terlihat banyaknya masyarakat yang masih belum memiliki tempat tinggal yang layak, banyaknya anak putus sekolah faktor ekonomi yang tidak memadai, orang tua renta memaksa diri cari nafkah untuk keluarga. 

Teriris hati melihat hal ini, perhatian pemerintah kepada rakyatnya telah punah. Perhatiannya hanya senantiasa diberikan kepada para pemilik modal (asing).

Rakyat butuh pemimpin yang memerhatikan setiap hak dan kebutuhan mereka dan hal ini tidak akan di dapatkan dalam dunia kapitalisme. Kepemimpinan seperti itu hanya didapat dalam sistem Islam. 

Sebab Islam sangat menjunjung praktik syariat seperti larangan riba dimanah pemerintahan Islam tidak akan menggadaikan aset negara sebagai penghasilan terbesar kepada asing, dan pemerintahan Islam tidak akan membuka peluang bagi penganut riba bahkan menutup semua yang berkaitan dengan riba, selain itu pemasukan untuk negara akan semakin besar dari hasil pengelolaan SDA.

Dalam pengelolaan kekayaan negara akan diberikan kepada yang ahli dibidangnya bukan sembarang sehingga akan menekan perilaku korupsi. Dimanah Rasulullah SAW. menunjuk orang tertentu dalam mengurusi masalah kekayaan bahkan Rasulullah SAW. menjadikan masalah kekayaan tersebut sebagai maslahah yang berisi sendiri.

Rasulullah mengangkat para wali yang ditugaskan meliputi masalah pemerintahan dan harta kekayaan (bersifat umum) sedangkan wewenang yang khusus yang hanya mengurusi pemerintahan atau khusus masalah harta kekayaan, (dalam buku Al-'Alim  al-Kabir Syaikh Abdul Qadir Zallum yang berjudul Sistem Pemerintahan Islam).

Rasulullah SAW. telah memilih orang-orang tertentu untuk mengurusi masalah kekayaan negara tentu orang-orang yang taat dan takut kepada Allah sebab amanah untuk mengurusi urusan rakyat khususnya dalam hal kekayaan merupakan urusan yang perlu dilakukan oleh yang ahli dalam bidangnya agar tidak salah dalam penggunaan kekayaan negara.  

Kekayaan negara akan dinikmati oleh masyarakat yang hidup dalam Daulah Islam. Dengan begini negara akan tetap kokoh tanpa campur tangan atau gangguan dari asing dalam kebijakan pemerintahan. 

Negara mampu berdiri sendiri tanpa bantuan asing apabila SDA yang dikelola oleh negara sendiri dan membebaskan diri dari hutang bunga luar negeri. Negara Islamlah yang akan merealisasikan semua harapan rakyat untuk menjadikan negara ini bebas dari utang LN. Wallahu 'alam bisshawab


Oleh: Sasmin S.Pd
Pegiat Literasi

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar