Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potensi Remaja Dibajak di Tengah Sistem Rusak


Topswara.com -- Dunia milenial memang tidak dapat dipisahkan dari teknologi, food, fun, dan fashion. Racun sekulerisme perlahan menyelusup ke relung kehidupan generasi Z. Kebebasan seakan menjadi gaya hidup yang tidak pernah absen dari lini kehidupan remaja. 

Namun ironisnya, banyak remaja yang menjadikan tontonan, publik figur, pejabat negara sebagai panutan dan tolak ukur mereka. Maka tidak jarang dijumpai kasus-kasus aneh menimpa remaja seperti yang baru-baru ini viral di jagat raya. 

Seorang bocah enam SD di Tasikmalaya terpaksa kehilangan nyawa sebab depresi yang dialaminya usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya. Tidak hanya itu, racun Citayam Fashion Week yang sedang digandrungi anak muda menjadi bukti pengrusakan dan pembajakan potensi anak muda saat ini. Pasalnya kegiatan ini dijadikan ajang mempertontonkan aurat, bentuk tubuh serta paras wajah. Terlebih lagi acara ini lahir bibit-bibit L98T. Banyak dijumpai laki-laki berbusana layaknya perempuan, berperilaku centil dan bermake up tebal.

Pendidikan Sekularime Lahirkan Generasi Rusak 

Jika ditelisik, masa remaja dahulu sangatlah berbeda dengan remaja zaman sekarang, mulai dari gaya hidup, tontonan, serta panutan. Teknologi yang semakin berkembang pesat tidak hanya membawa manfaat yang luar biasa namun juga madharat yang tidak terkira. 

Informasi yang semakin mudah terakses terkadang menjadikan remaja gagap dalam memilah. Aliran informasi setiap harinya bagaikan gaung kebisingan dengan insensitas tinggi yang melumpuhkan saraf berpikir dan bertindak sehingga kaum muda hanya disibukkan dengan like, share, dan komentar tidak berisi tentang isu-isu receh. 

Kasus moral semakin merajalela. Kumpul kebo (zina) bak hal yang biasa. Pendidikan sekuler juga ikut memperkeruh keadaan generasi muda. Pemisahan agama dari kehidupan berhasil melahirkan insan-insan yang berpikir sektoral dan individual serta acuh terhadap nasib umat. Penjajahan potensi remaja tak sekedar 3 F (food, fun, dan fashion) tapi semakin berkembang mulai dari musik, film dan ketenaran. 

Dari musik disusupkan narasi L98T semisal lagu Angel Baby. Dari film  di praktikkan dalam kehidupan mulai dari psikopat, romansa bahkan adegan ranjang. Juga ketenaran yang terus dikejar tanpa pandang bulu halal atau haram jalan yang ditempuhnya.

Hukum yang didominasi syahwat penguasa menjadi ciri khas sistem kapitalisme. Penerapan hukum yang represif dijadikan rezim sebagai alat pengeruk cuan sebanyak-banyaknya. Maka tak heran jika hukum yang diterapkan terkadang diluar nalar. 

Sebab legitimasinya mengikuti hawa nafsu sehingga sangat mudah sekali berubah-ubah. Menurut Syeikh Abul Hasan Ali an Nadawi dalam kitabnya Al Shira’ Baina al Fikrat al Islamiyah wa al Fikrat al Gharbiyyah, hukum Barat ibarat termometer, yang akan menunjukkan suhu yang berubah-ubah tergantung suhu tubuh manusia yang diukur. 

Berbeda dengan hukum Islam, yang ibarat kompas, yaitu akan selalu menunjuk arah utara yang bersifat konstan, tidak berubah-ubah sejak masa nabi hingga hari kiamat. 

Generasi Gemilang dalam Sistem Islam 

Masa remaja adalah masa penuh keingintahuan dan eksplorasi. Potensi yang dimiliki remaja juga sangatlah besar. Namun sayangnya dalam sistem sekuler kapitalisme semua ini tidak memiliki wadah yang layak menampung. Remaja dibiarkan berekspresi tanpa batasan. 

Tolok ukur yang digunakan adalah tolok ukur kapitalisme yakni materialistik. Flexing ala selebritis menjadi panutan hidup bersyahwat hedonis. Pemerintah yang sekedar memberi pernyataan normatif tak bersolusi. Melabeli kreativitas demi asas kemanfaatan.

Berbeda dengan sistem Islam. Islam tidak sekedar agama ritual, tapi Islam hadir secara praktis terwujud dalam sebuah institusi negara yakni khilafah. Khilafah akan melakukan pembinaan generasi dengan tsaqafah islam serta memberi mereka wadah Ekspresi kreativitas yang tidak keluar dari koridor syariat. 

Untuk membentuk generasi gemilang, khilafah akan memastikan keberhasilan peran dari masing masing elemen, pertama keluarga. Pihak keluarga harus menanamkan prinsip akidah dan syariat Islam kepada sang anak serta mengarahkan tujuan hidup kepada kemuliaan islam. 

Kedua, masyarakat yang saling berinteraksi dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Tolak ukur keberhasilan dan kebahagiaan adalah keridhoan Allah sehingga setiap detik dalam hidupnya akan didedikasikan untuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan. Terakhir adalah negara. Negara memiliki peran penting dalam mengawasi serta meri’ayah umat serta menyediakan pendidikan yang membentuk pola pikir dan sikap yang islami. 

Jika ketiga elemen tersebut berhasil menjalankan setiap tugasnya maka akan terbentuk generasi yang didambakan umat. Yakni generasi penonggak peradaban emas. Wallahu ‘alam bisswab.



Oleh: Diana Kamila
Sahabat Topswara 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar