Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Isr43l Teroris Sebenarnya



Topswara.com --Kilauan cahaya putih yang membutakan mata
Menerangi langit Gaza malam ini
Orang-orang berlari mencari perlindungan
Tak tahu apakah mereka mati atau hidup
Mereka datang naik tank dan pesawat_
Dengan kobaran api yang menghancurkan
Dan tak ada yang tersisa
Hanya sebuah suara yang terdengar di dalam kepulan asap
Kami takkan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan

Lirik yang pas menggambarkan suasana Gaza saat ini. Rakyat Palestina seringkali berada dalam kondisi ketakutan dan kecemasan. Siang malam yang dikhawatirkan harapan untuk bisa bertahan. Tidur bangun selalu siap siaga melakukan perlawanan. Tidak layakkah mereka merasakan hidup bermartabat dan menjalaninya dengan aman? 

Lagi-lagi, zionis Israel membombardir Palestina di jalur Gaza. Serangan udara yang dimulai pada hari Jumat (5/8) telah meluluhlantakkan bangunan serta menewaskan warga Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat dalam pertempuran sengit selama tiga hari serangan udara Israel sampai Minggu (7/8) bertambah menjadi 44 orang meninggal dunia termasuk 15 anak-anak, empat wanita dan 311 terluka. Salah satu senior komandan militan Jihad Islam pun turut menjadi korban (detiknews.com, 8/8/2022). 

Serangan yang digencarkan Israel diklaim sebagai serangan pendahuluan dalam upaya pencegahan dan pembersihan dengan menargetkan posisi Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau kelompok Jihad Islam Palestina. Sebab, mereka mendapat informasi bahwa kelompok itu telah merencanakan serangan ke wilayah Israel setelah penangkapan salah satu pentolan kelompok tersebut. Selain itu juga disebabkan ketegangan keamanan yang terjadi di sepanjang perbatasan dengan Gaza (Liputan6.com, 7/8/2022). 

Jihad Islam Palestina merupakan kelompok kecil yang didirikan pada tahun 1981 oleh mahasiswa Palestina di Mesir. Kelompok ini juga beroperasi di jalur Gaza. Walaupun kelompok kecil, tetapi strukturnya sangat efisien dan teroganisir dengan mengadopsi perjuangan bersenjata seperti kelompok utama Palestina yakni Hamas dalam melawan pendudukan Israel atas tanah Palestina. 

Adanya semangat dan kekuatan kelompok inilah menjadikan jalur Gaza memanas dengan agresi zionis Israel yang kian mengganas. Kekuatan ini yang menjadi benteng terakhir kelompok dan rakyat Palestina dalam mempertahankan negerinya. 

Lantas tidakkah tergerak pasukan militer negeri-negeri Islam lainnya yang mau bergabung dan menolong pasukan Jihad Islam Palestina ini? Tidakkah nurani mereka ikut merasakan penderitaan rakyat Palestina? 

Terhalang Dinding Pemisah

Sejak keruntuhan kekhilafahan Utsmani pada tahun 1924, umat Islam benar-benar telah kehilangan perisai yang melindungi diri mereka dari segala ancaman musuh. Sejak itu juga, umat tidak lagi memiliki institusi khilafah yang menerapkan seluruh syariat Islam termasuk aktivitas jihad. Yang terjadi ialah umat Islam terpecah dalam negara-negara kecil yang dibelenggu oleh ikatan nasionalisme sempit yang justru melemahkan mereka. Bahkan menjadi legitimasi untuk tidak bertindak. 

Nation state telah menjadi dinding pemisah persaudaraan sesama Muslim. Yang bisa mereka lakukan hanya melontarkan kecaman, simpati kemanusiaan, bantuan logistik bahkan bantuan doa saja, tidak lebih dari itu. Padahal sangat jelas hal itu menunjukkan ketidakberdayaan kaum Muslim. Bukankah umat Islam itu bersaudara? Sebagaimana firman Allah SWT: "Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara" (TQS. al-Hujurat : 10). 

Akibat tercerai berainya umat Islam saat ini, berbagai persoalan yang menimpa kaum Muslim di berbagai belahan bumi tak bisa diselesaikan secara bersama. Kondisi ini yang kita saksikan terhadap Muslim Palestina, mereka dibantai secara fisik, diperangi, dibunuh bahkan diusir dari tanah-tanah mereka. Negeri-negeri kaum Muslim lainnya tidak bisa menghentikan secara nyata. Pasalnya, mereka menganggap Palestina bukan bagian mereka sehingga masalah Palestina hanya dianggap sebagai masalah internal mereka. Perumpamaan kaum Muslim ibarat satu tubuh akhirnya pun sirna. 

Berharap persoalan ini diselesaikan oleh lembaga dunia seperti PBB merupakan sesuatu yang mustahil, justru yang ada kian memperpanjang penderitaan kaum Muslim. Solusi two nation state yang ditawarkan serta merta harus ditolak, karena jika itu terjadi maka termasuk pengkhianatan terbesar baik kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Berdamai dan hidup berdampingan  dengan Yahudi sama saja memberikan konsesi Yahudi atas tanah kaum Muslimin, jelas ini merupakan kejahatan dalam Islam. 

Allah ï·» bisa saja membinasakan kaum Israel ini sebagaimana kaum sebelumnya, akan tetapi Allah sengaja menyisakan Israel sebagai lahan jihad bagi kaum Muslim untuk menolong agama Allah SWT. Kebiadaban Israel terhadap Palestina tidak bisa didiamkan begitu saja melainkan harus ditindak nyata dengan bahasa fisik. Saat ini saudara kita berada dalam status perang maka harus disikapi dengan perang juga. 

Mengembalikan Kekuatan Melawan Kebiadaban

Sejatinya, persoalan Palestina menyadarkan kita bahwa umat Islam semakin membutuhkan kekuatan global untuk mengatasi itu semua. Persoalan kaum Muslim hanya bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Di sinilah pentingnya persatuan umat, karena persatuan adalah kunci kekuatan. Dengan kekuatan umat pasti mampu mengalahkan setiap rintangan dan kesulitan, karena itu kekuatan adalah kunci kemenangan. 

Penting bagi negeri-negeri Muslim untuk membantu membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel melalui jihad. Yang diperlukan adalah mobilisasi tentara kaum Muslim untuk memerangi dan menghancurkannya. Dengan aktivitas jihad inilah yang akan mampu  mengembalikan Palestina secara keseluruhan ke pangkuan negeri Islam. 

Adanya aktivitas jihad merupakan implementasi dari penerapan syariat Islam dalam menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru dunia. Rasulullah ï·º bersabda, "Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya." (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Abu Dawud dan Ahmad). 

Jadi, solusinya adalah khilafah yang akan segera menghentikan penderitaan kaum Muslim Palestina dengan mengerahkan kekuatan fisik yaitu mengutus pasukan perang yang akan memerangi Israel secara tuntas. Sebagaimana firman Allah ï·» :
"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan perantaraan tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, menolong kalian atas mereka dan melegakan hati kaum Mukmin" (TQS at-Taubah : 14). 

Atas dasar ini, maka persatuan umat Islam merupakan suatu kenyataan yang harus segera diwujudkan. Umat Islam sebagai satu tubuh sedangkan khilafah sebagai kepala bagi tubuh tersebut. Untuk itu yang harus dilakukan adalah mengembalikan kepala pada tubuhnya, agar umat Islam kembali meraih kemuliaan dan kedudukan yang akan memimpin dunia. 

Dengan demikian, wahai kaum Muslim, sesungguhnya setiap penderitaan yang kita atau saudara kita rasakan, setiap air mata yang telah diteteskan, setiap darah yang telah ditumpahkan, setiap jiwa yang dimusnahkan seharusnya mengingatkan kita bahwa menegakkan Khilafah adalah persoalan utama bagi kaum Muslim. Di mana semestinya kita hidup atau mati dalam naungannya. Sebab Khilafah adalah lambang persatuan umat Islam. 

Wallahu a'lam bishawwab 

Oleh: Siti Alfina
 (Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar