Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Berprestasi Bukan Haus Eksistensi


Topswara.com -- Baru-baru ini kita dibuat sedih bahwa ada kasus bullying di Tasikmalaya tentang anak SD yang disuruh menyetubuhi kucing hingga berakhir pada kematian karena depresi. (https://www.liputan6.com, 22/7/2022). 

Krisisnya identitas pemuda hari ini terlihat dari berbagai perilaku menyimpang dan banyak membuang-baung waktu. Hingga Citayam Fashion Week (CFW) menjadi tren di kalangan pemuda dan anak jalanan sekitaran Citayam, Senayan, Bogor, dan Bojonggede. 

Arus generasi yang mengarah pada eksistensi diri itu diapresiasi dengan baik oleh banyak kalangan di tanah air hingga ke luar negeri. Hanya sedikit yang menolak. Seolah menjadi kebanggaan apabila mampu menjadi beda dari orang lain, bahkan meraup keuntungan dari konten CFW. 

Tawaran beasiswa sekolahpun tak dihiraukan. Lebih memilih putus sekolah demi konten. Lebih miris lagi banyak dari anak CFW yang niat shalatpun tak hapal, saat diwawancara. Batasan lawan jenis dilanggar padahal usia masih belasan.  

Sungguh miris generasi hari ini. Tugas pemuda sebagai penerus bangsa hanya impian saja. Pemuda harusnya menjadi tonggak perubahan, ini malah makin menambah beban orang tua dan negara. Baik kasus pembullyan ataupun CFW karena telah teracuni sistem kapitalis. Standar yang diberikan kapitalis yaitu kesenangan menjadi tujuan hidup utama.

Racun kapitalisme dan sekularisme telah menjamur di kalangan pemuda hari ini. Bukan lagi tujuan hidup meraih pahala dan akhirat mulia. Tapi malah kehidupan dunia semata yang menjadi tujuannya. Kebahagian hanya pada materi semata, bahagia jika bisa terkenal, banyak uang dan hidup nyaman.

Padahal yang namanya kebagian dunia itu hanya bersifat sementara. Pujian dan materi tidak akan dibawa mati. Prestasi hakiki adalah yang mampu memberikan kontribusi pada umat, bukan yang malah meresahkan umat dengan tingkahnya. Prestasi adalah yang mampu memberikan kebaikan pada yang lainnya, tidak membawa pada kemaksiatan. 

Kurangnya pendidikan agama hingga abainya negara dalam menjaga jadi diri pemuda muslim hari ini adalah akar masalahnya. Sehingga kita dapati generasi strawbery, generasi rapuh, dan prestasi jelek lainnya. 

Sistem Pendidikan yang harusnya menjadi benteng untuk memupuk akidah yang kokoh seolah tak ada lagi. Di sekolah pelajaran agama hanya satu kali dalam seminggu yang itu sangat kurang jika dibandingkan dengan ilmu agama Islam yang sempurna (dari bangun tidur sampai bangun negara). Hingga Pendidikan yang harusnya mampu membuat pemuda berkepribadian Islam malah jauh dari harapan. Jadilah hari ini kita generasi pembebek yang haus akan pujian tanpa prestasi yang rupawan.

Lihatlah generasi Islam terdahulu yang sangat membanggakan. Tak pernah sedikitpun waktu yang digunakan untuk hal yang sia-sia. Terlebih hanya untuk kesenangan belaka dan eksistensi diri tanpa adanya prestasi. 

Karena mereka paham akan tujuan hidup sesungguhnya dan masa depan mulia. Kita tahu bahwa dulu ada sang kesatria hebat yang menaklukan kota yang saat itu menjadi jantung dunia, yaitu ada Muhammad al fatih yang berumur 21 tahun yang menaklukan Kota Konstantinopel. 

Ada Abbas Ibnu Firnas yang menjadi penemu peletak dasar pesawat terbang. Lima ratusan tahun kemudian dijadikan rujukan oleh Right bersaudara untuk membuat pesawat terbang. 

Ada Musa Jabir Ibnu Hayyan Al-Azdi sebagai bapak kimia arab dan pendiri farmasi modern, al khawarizmi sebagai bapak matematika dan penemu angka nol, dan ilmuan Muslim lainnya. 

Mereka semua sangat peduli terhadap agamanya dan tidak pernah melakukan kesia-siaan dalam hidup. Ketakwaan mereka tidak diragukan lagi. Sampai Muhammad Al faith saja tidak pernah ketinggalan shalat tahajud dari baligh.

Bahkan Ibnu Firnas sering melakukan percobaan pesawat terbangnya dengan mencoba terjun dari tempat tinggi menggunakan pesawat sejenis kerangka terbang yang dibuatnya. Semua waktu yang mereka habiskan tidaklah sia-sia. Demi meraih pahala dan prestasi.

Racun pendidikan sekuler telah membawa kaum muslimin mementingkan dunia saja dan materi belaka, tanpa adanya agama dan akhlak yang menopang generasi. Hingga tak sadar bahwa kaum muslimin terjajah oleh pemikiran Barat yang membuat generasi muda Muslim hancur dan menghabiskan waktu pada hal yang sia-sia belaka. 

Hingga sampai tak sadar bahwa ada hal yang lebih penting untuk diurus. Sumber Daya Alam kita yang terus di jarah asing tanpa henti, bahkan telah terjadi perusakan lingkungan yang parah, hingga negeri ini sering terjadi bencana alam di banyak wilayah. 

Maka penting untuk kaum muslimin agar melawan racun sekulerisme dan kapitalisme yang merusak generasi dengan keimanan yang kokoh. Dengan menerapkan kurikulum pendidikan yang berasas akidah Islam, yang tujuan utamanya adalah Muslim yang berkepribadian Islam, agar mempunyai jati diri yang tidak akan terbawa arus penjajah Barat dalam merusak moral anak bangsa. 

Negara juga bertanggung jawab untuk membatasi aktivitas dan tontonan agar generasi muslim terhindar dari pengaruh dan gaya hidup Barat. Generasi Muslim bisa terselamatkan jika diterapkan Islam kaffah, yang akan menjaga dan melindungi manusia dari berbagai kerusakan.


Oleh: Meita Ciptawati
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar