Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cinta dan Benci karena Allah, Bukan Hawa Nafsu


Topswara.com -- Pernah tidak kita mendengar istilah depresi? Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah dua minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Depresi yang dibiarkan terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri, astaghfirullah.

Inilah yang terjadi pada seorang pemuda yang akhir-akhir ini viral. Aksinya direkam oleh temannya kemudian diunggah ke aplikasi TikTok. Jadi, ceritanya pemuda tersebut depresi setelah diputus oleh pacarnya demi pemuda lain setelah delapan tahun pacaran. Kalau kata anak zaman sekarang, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. 

Bahkan sebelumnya pemuda tersebut bela-belain kredit rumah untuk pacarnya, tapi siapa sangka harapan indah tidak terwujud menjadi nyata. Wanita yang selama ini dijaga ternyata jodoh orang.
Sebenarnya tidak akan ada asap, kalau tidak ada api. Begitu pun hati, tidak akan ada sakit hati, jika tidak dipermainkan.

Padahal sudah jelas bahwa hubungan pacaran adalah hubungan miskin komitmen. Besar sekali kemungkinan suatu saat nanti akan putus. Apalagi kalau sudah bosan, ikatan apalagi coba yang bisa kuat mempertahankannya?

Maka, berani pacaran harus berani patah hati dan yang lebih ngeri lagi, harus berani menghadapi murka Allah SWT. Karena Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 32,

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis sah-sah saja. Dengan begitu manusia bisa saling berkasih sayang. Karena memang Allah SWT membekali manusia dengan naluri berkasih sayang (gharizah nau').

Naluri tersebut Allah SWT berikan, agar manusia terdorong untuk berketurunan dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus memenuhi nalurinya sesuai aturan Allah SWT. Tidak boleh dipuaskan  dengan liar seperti halnya binatang.

Jangan khawatir, naluri yang tidak bisa terpenuhi tidak akan membuat manusia meninggal, tapi hanya gelisah saja.

Oleh karena itu, Allah SWT mensyariatkan kewajiban menundukkan pandangan, larangan campur baur dan dengan berduaan dengan lawan jenis. Hikmahnya, agar manusia tidak mudah jatuh cinta sebelum waktunya.

Nah, jika sudah terlanjur cinta, maka manusia dapat mengalihkannya dengan melakukan aktivitas-aktivitas bermanfaat yang bisa meredam rasa itu. Kewajiban dari Allah SWT tidak ada yang sulit.

Sayangnya, ideologi kapitalisme membuat manusia salah memandang hidup ini. Mereka menganggap bahwa hidup ini harus mendapatkan kepuasan materi sebanyak-banyaknya. Pemikiran yang salah ini membuat mereka salah juga dalam berbuat. Sehingga ketika jatuh cinta action yang dilakukan adalah berpacaran, perselingkuhan, hingga perzinaan. Na'udzubillah.

“Barang siapa yang menginginkan kejernihan hatinya hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan ketekunan berzikir kepadaNya." (Imam Ibnul Qayyim, al-Fawa’id)

Kesalahan mereka dalam mengambil cara pandang, tentu karena mereka tidak paham Islam. Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan membuat mereka mencukupkan diri tahu Islam hanya sekedar ibadah ritual. Itu pun tidak semua mungkin memiliku kesadaran.

Namun, tidak bisa dipungkiri jika munculnya manusia-manusia seperti itu  disebabkan oleh negara yang tidak memberikan edukasi dengan benar. Negara menerapkan sistem sistem pendidikan sekuler yang kurikulumnya justru membuat peserta didik merasa baik-baik saja ketika memisahkan agama dari hidupnya. 

Apalagi didukung juga dengan banyaknya  media sekuler. Banyak film-film atau sinetron yang mengisahkan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Pacaran digambarkan sebagai aktivitas dan identik dengan pemuda. Masa muda tanpa cinta bagai taman tak berbunga. Menyesatkan sekali. Inilah mengapa kita sangat butuh belajar Islam secara kaffah demi keselamatan dunia akhirat kita.


Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar