Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Al-Hind To Al-Quds: Sampai Kapan Umat Islam Terbelenggu?


Topswara.com -- Bom! Tembakan! Hinaan! Islamofobia! Sederet kata-kata dan istilah yang kini sedang melekat di tubuh kaum Muslim. Situasi dan kondisi umat Nabi Muhammad SAW ini semakin tidak menentu karena perlakukan para pembencinya. 

Serangan demi serangan terus bergulir baik fisik maupun politik. Seolah-olah tidak ada pembela dan penolong yang mampu menghentikan semua hegemoni dan intimidasi terhadap Islam dan pemeluknya.

Negeri-negeri Muslim yang sudah terpecah menjadi lebih dari 40 negara di dunia secara de jure tidak punya kekuatan lagi alais lemah di hadapan dunia internasional. Penyerangan, pengeboman, penembakan, intervensi terhadap Islam menjadi tontonan yang terus disuguhkan di media. Mungkin hanya tetesan airmata, hujatan, kutukan, hingga doa-doa yang masih bisa menolong. Tetapi aksi nyata yang mampu melibas dan menghentikan semuanya belum hadir hingga kini. 

Kesulitan hidup dan keterbatasan gerak bahkan ancaman nyawa melanda kaum Muslim hampir di seluruh dunia. Baik yang berada sebagai warga mayoritas sekalipun apalagi minoritas. Sebab sistem kehidupan yang sekarang dijalani oleh umat Islam bukanlah sistem yang layak. 

Seperti tanah Al-Hind (India), yang menjadi hunian 70 persen kaum Hindu, dan 30 persen kaum Muslim. Hidup menjadi warga minoritas yang tertindas dan menyeramkan. Begitu juga Al-Quds (Palestina), bahkan mayoritas umat Islam di sana digilas oleh rudal-rudal Zionis hingga menguasai sebagian besar Al-Quds dan mengusir kaum Muslim dari tanahnya sendiri. 

Umat Islam dari Al-Hind hingga Al-Quds hidup di bawah bayang-bayang belenggu sistem kufur yang tanpa henti menakut-nakuti bahkan mengorbankan nyawa. Bagi sebagian mereka yang simpati terhadap kaum Muslim, atau yang peduli kepada nasib Islam akan bertanya-tanya, sampai kapan belenggu ini bertahan?

Al-Hind To Al-Quds Terbelenggu Sistem Kufur

Mari menapaki langkah pertama untuk melihat fakta dan kenyataan hidup umat Islam di India. Ternyata  tidak jauh berbeda mirisnya dengan pendudukan yang terjadi di wilayah lain seperti Uygur, Arakan, Yaman, Somalia, atau Suriah. 

Dunia menyaksikan penghinaan yang hampir setiap saat terjadi di India untuk Islam dan pemeluknya. Seperti  pemaksaan untuk mengucapkan kalimat-kalimat keyakinan kaum Hindu “Jai Shri Ram” kepada seorang Muslim tidak pernah berhenti dari pemberitaan. Terus saja terjadi berulang-ulang. 

Belum lagi penghinaan sejarah kesucian ajaran Islam yang hakikatnya dengan Islamlah India pernah disegani oleh dunia bahkan penjajahnya, yaitu Inggris. Pembelokan kebenaran itu kerap dilakukan oleh para produser dan sutradara industri kebanggaan Negera India, Bollywood.  Dan itulah yang dikonsumsi oleh umat Islam di India. Bahkan disebar ke dunia. 

Kasus terhangat oleh Nupur Sharma dan rekanannya dari partai berkuasa BJP pimpinan Narendra Modi yang menghina Rasulullah SAW. Lalu berimbas terhadap penggusuran rumah sekelompok warga Muslim di wilayah Uttar Paradesh bagi yang terlibat demonstrasi menuntut Nupur Sharma. Juga seruan atas pembunuhan dan pemerkosaan terhadap kaum Muslim di sana oleh sekelompok sayap kanan Hindu eksterimis. 

Sebelumnya, peristiwa pelarangan Hijab yang terjadi di sekolah tinggi negeri Karnataka, India. Siswa Muslimah yang berhijab di larang mengikuti pelajaran karena dianggap tidak patuh terhadap peraturan pakaian seragam sekolah. 

Lalu adanya sekelompok sayap kanan Hindu ektremis yang mengejar seorang Muslimah berhijab hingga ke depan sekolahnya yang sempat viral bernama Muskan Khan. Teriakan takbirnya menghadapi sendiri sekelompok lelaki ganas telah membangunkan umat Islam untuk mengecam India. 

Belum lagi secara undang-undang garapan rezim BJP yang semakin mempersulit ruang gerak warga muslim di Kashmir. Pembagian wilayah Kashmir menjadi dua distrik dan kebolehan warga Hindu untuk menetap dan membeli tanah di Kashmir yang sebelumnya semua itu tidak ada. Sampai detik ini, Kashmir sebagai tanah yang dirampas dan dirampok oleh India hidup di bawah bayang-bayang senjata yang kapanpun militer India inginkan, bisa menembus jantung warga Muslim Kashmir. 

Tidak cukup dalam tatanan sosial dan polititik, islamofobia di India juga menghinggapi hingga kurikulum Pendidikan tinggi Islam. Pemboikotan dan penghapusan beberapa buku ulama seperti Al-Maududi dan Sayyed Quttub dari Universitas Aligarh diminta oleh sekelompok pemuda Hindu. 

Karena buku-buku tersebut dianggap anti-Hindu, anti nasionalisme, dan mereka bukan orang India melainkan Pakistan. Permintan itu dilayangkan kepada perdana Menteri Modi hinggi pihak otoritas Universitas tidak punya pilihan lain selain menurutinya. 

Selanjutnya Al-Quds. Zionis Israel minggu ini kembali melakukan serangan terhadap warga Gaza. Hingga kabar terbaru memberitakan data korban yang tewas per 11 Agustus 2022, sebanyak 41 orang.  Sudah termasuk 15 diantaranya adalah anak-anak dan 4 wanita. Selebihnya, tercatat 311 luka-luka di seluruh wilayah jalur Gaza. 

Setiap tahun, umat Islam seluruh dunia disuguhkan dengan serangan zionis terhadap Al-Quds. Baik yang mereka lakukan di saat-saat tanpa adanya momen suci dirayakan oleh umat Islam, bahkan saat  perayaan hari besar umat Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. 

Sejak Israel diizinkan duduk di Palestina oleh PBB, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, Palestina dikuasai dengan segala cara. Baik dengan melibatkan pertolongan PBB dengan kebijakan internasioanal dan juga aksi senjata illegal yang menewaskan ribuan bahkan sudah ratusan ribu warga Palestina, khususnya umat Islam. Tidak hanya dibunuh, sebagian umat Islam juga tergusur dan diusir harus terpaksa meninggalkan semua harta benda mereka untuk penjajah zionis. 

Pendudukan Israel terhadap Palestina secara de jure hukum internasional apakah legal? Lalu, serangan senjata juga bom yang diledakkan apakah mendapatkan izin dari  PBB yang konon katanya menjaga perdamain dunia dan menghapuskan kekerasan perang? Tetapi diamnya dunia di bawah payung PBB menyiratkan Israel boleh bertindak sesuka hatinya untuk menguasai Palestina seluas yang mereka inginkan atau bahkan seutuhnya. 

Pendukung utama Israel adalah AS dan sekutunya. Bukankah mereka jua yang memegang otoritas PBB? Israel ibarat anak kandung bagi AS. Bahkan setiap pemimpin AS terpilih bukan lagi rahasia umum haruslah sosok yang pro dan mendukung aksi-aksi ganas illegal Israel di Palestina, baik secara politik maupun fisik. 

Al-Hind to Al-Quds Terbelenggu Sistem Kufur

Baik Al-Hind maupun Al-Quds memiliki akar masalah yang sama, yaitu sistem yang membelenggu. Sistem kufur yang diterapkan di negeri-negeri Muslim telah menyebabkan umat menderita dengan segala penderitaan. Sistem kehidupan sekulerisme kapitalisem yang diadopsi oleh dunia telah membawa manusia berhadapan dengan situasi tidak menentu dan terus berseteru. 

India (Al-Hind), dengan rezim Hindu ektremisme adalah sistem yang menyuburkan islamofobia. Sehingga umat Islam bukan hanya takut terhadap rezim, juga terhadap agamanya sendiri. Termakan isu negatif bahkan merasa tertuduh dengan segala tudingan miring dan keji. Walhasil, umat Islam di India terpecah dan tidak punya kekuatan satu suara untuk melwan kezaliman dan penindasan. 

Palestina akibat menanggalkan syariat Islam di negerinya membuat kaum Muslim terpecah dan mudah dihasut oleh musuh-musuh mereka. Ada yang terus berjuang melawan Israel dengan kerikil-kerikil dan ketapel demi membuktikan cintanya kepada tanah kiblat pertama umat Islam itu. Tetapi di sisi lain, ada juga yang apatis, dan putus asa. Bahkan pemimpinnya sendiri sudah tidak mampu berbuat apapun untuk rakyatnya. 

Sementara pemimpin muslim lainnya, mampukah menghentikan penghinaan dan pembantaian saudara seimannya? Fakta tidak bisa ditutupi. Justru penguasa negeri-negeri muslim bergandeng mesra dengan Pemimpin India, Israel dan AS yang sudah berlumuran darah saudaranya di India, Kashmir, Palestina, Suriah, dan lainnya. Mereka justru jadi penghianat. 

Mereka hanya mampu melontarkan lip sing atau lip service dengan mengecam, mengutuk dan sebagian memboikot. Pengaruhnya tentu saja tidak seperti yang diharapkan oleh kaum Muslim. Karena yang diharapkan adalah menghentikan segala aksi penghinaan dan pembantaian serta pendudukan terhadap Islam dan kaum Muslim untuk selama-lamanya. 

Kesatuan Politik Adalah Solusi Hakiki Akhiri Belenggu

Sistem kufur yang lahir dari pemikiran dangkal manusia telah nyata menyengsarakan umat. Bahkan tidak hanya umat Islam melainkan umat manusia secara global. Kelaparan, pembunuhan, perampasan, perang tidak hanya diderita oleh kaum Muslim, melainkan mereka juga golongan yang lemah. Baik oleh komunisme dan kapitalisme global yang berebut ingin menguasai dunia dan segala isinya dengan menghalalkan segala cara. 

Khusunya tehadap kaum Muslim, belenggu sistem yang tidak manusiawi telah melahirkan bencana besar. Bencana yang mengundang kerusakan demi kerusakan, baik secara lahir maupun pemikiran. Penjajahan, perang, penghinaan, dan pemerkosaan terhadap anak-anak umat telah secara fisik dialami. Dan kerusakan yang lebih berbahaya yaitu pemikiran yang membuat umat tidak lagi merasakan kesatuan dalam satu aqidah dan memiliki kepedulian tehadap sesama Muslim. 

Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an: “Innamal mukminunal ikhwah!” Sesunggunya orang-orang Mukmin itu bersaudara!

Persaudaran yang diikat dengan satu ikatan kokoh yang tidak bisa diputuskan yaitu akidah. Umat Islam diibaratkan terlahir dari satu rahim yang sama yaitu Islam. Dan tidak selayaknya bercerai-berai seperti sekarang. 

Pendangkalan pemikiran terhadap umat hingga merasa bahwa nasib saudaranya di negeri lain bukanlah urusannya. Hingga tidak tergerak untuk berbuat apa-apa bahkan hanya berpangku tangan dan berkata, “kami cukup berdoa saja”. Ironis bukan? 

Inilah kerusakan yang sebenarnya sangat dahsyat dan berbahaya ditengah-tengah kaum Muslim. Penyakit tidak menganggap umat Islam satu tubuh dan wajib bersatu, itulah penyakit nasionalisme yang merupakan ajaran sistem kufur yang sudah membelenggu leher umat Islam. 

Sendainya, jumlah umat Islam di dunia sebanyak 1,8 miliar sangat rasional mampu menghentikan kebengisan India, menyetop penggusuruan warga Palestina, menghentikan bom zionis atau mengusir militer India dari wilayah Kashmir. Tetapi bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan aksi nyata yang serius dari umat Islam. Seruan kesatuan politik harus membahana di seuruh negeri Muslim. Bukankah umat Islam punya satu Kitab, satu kiblat, satu Tuhan, lalu kenapa tidak berani dan mau bersatu dalam satu kesatuan politik?

Kesatuan politik yang dinanti dan terus diupayakan lahir dari satu titik tempat diantara puluhah negeri Muslim, membawa satu seruan seorang pemimpin untuk menyatukan umat Islam. Kemudian mengirimkan bala tentara untuk membebaskan umat dari belenggu fisik maupun politik. 

Mengajak manusia ke jalan yang benar dan maju serta hidup sejahtera dengan Islam. Seruan yang damai, juga indah bagi yang mengikutinya dan menerimanya. Namun tentu menjadi seruan yang memekak telinga dan mimpi buruk bagi pembenci dan pengingkarnya. 

Oleh karena itu, solusi permasalahan umat Islam dari Al-Hind hingga Al-Quds hanyalah satu, yaitu dengan bersungguh-sungguh mengajak kaum Muslim kembali bersatu di bawah naungan Islam kafah secara politik, agar kelak memiliki pemimpin yang ditakuti dan disegani bahkan dicintai oleh musuh-musuhnya sekalipun. 

Pemimpin yang akan mengirimkan pertolongan kepada seluruh kaum Muslim atas dasar seruan keimanan dan semata-mata perintah Rabb-nya. Bagi mereka yang non-Muslim juga akan merasakan bahwa rahmatnya Islam adalah kebenaran. Sebab sejarah telah membuktikannya. Allahu a’alam bissawab.


Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar