Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meninggalkan Perkara yang Tidak Bermanfaat


Topswara.com -- Konsekuensi dari kita sebagai ‘Abdullah dan Khalifah Fil Ardh adalah menjalankan segala perintah Allah. Meninggalkan segala larangannya. Itulah taqwa.

Level selanjutnya bagi seorang mukmin adalah memperbanyak amal shalih berupa amalan nafilah atau amalan sunnah.
Sedangkan level puncaknya adalah sebaik-baiknya muslim adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya. Sebagaimana hadis :
عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠْ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ رَضِÙŠَ اللهُ عَÙ†ْÙ‡ُ Ù‚َالَ: Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ صلى الله عليه وسلّÙ… : (Ù…ِÙ†ْ Ø­ُسْÙ†ِ Ø¥ِسْلامِ المَرْØ¡ِ تَرْÙƒُÙ‡ُ Ù…َا لاَÙŠَعْÙ†ِÙŠْÙ‡ِ) Ø­َدِÙŠْØ«ٌ Ø­َسَÙ†ٌ، رَÙˆَاهُ التِّرْÙ…ِØ°ِÙŠ ÙˆَغَÙŠْرُÙ‡ُ Ù‡َÙƒَØ°َا.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadis Hasan, diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan selainnya seperti ini)

Inipun senada dengan hadis berikut :
Ù„َا ÙŠَبْÙ„ُغُ الْعَبْدُ Ø£َÙ†ْ ÙŠَÙƒُونَ Ù…ِÙ†َ المتَّقين Ø­َتَّÙ‰ ÙŠَدَعَ Ù…َا Ù„َا بَØ£ْسَ بِÙ‡ِ Ø­َØ°َرًا Ù…ِÙ…َّا بِÙ‡ِ بَØ£ْسٌ

“Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqin (orang yang bertakwa) hingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak terlarang karena khawatir terjatuh pada yang terlarang.” (HR at Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al Hakim dengan sanad sahih).

Oleh: Muhammad Supriadi
Founder Ngaji Shubuh TV
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar