Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Menghadapi Masalah dengan Lari dari Kenyataan?


Topswara.com -- Beberapa waktu terakhir, Radio Suara Surabaya banyak menerima laporan anak yang kabur dari rumah atau kita sering menyebutnya minggat. Banyak pendengar yang melaporkan putra maupun putrinya.

Berdasarkan data yang dihimpun redaksi suarasurabaya.net (19/1/2022), selama 19 hari terakhir mulai awal tahun 2022 yang masuk ke meja redaksi melalui radio maupun WhatsApp Suara Surabaya, tercatat ada 14 laporan remaja pergi meninggalkan rumah.

Melarikan diri atau kabur dari rumah tanpa pamit atau minggat seringkali menjadi pilihan karena memiliki masalah, baik masalah keluarga, masalah pertemanan maupun lainnya.

Usia remaja memang adalah usia pencarian jati diri yang perlu pendampingan. Sehingga, saat mereka mendapat masalah dan merasa tidak memiliki partner untuk mengkomunikasikan masalahnya, dia merasa tidak mampu menghadapi masalah tersebut. Maka menurut mereka, melarikan diri dari kenyataan adalah pilihan yang tepat.

Benarkah dengan lari dari kenyataan dapat menyelesaikan berbagai masalah kita? Dengan kabur dari rumah, kita bisa lepas dari masalah dan merasa tenang? Tentu tidak.

Perlu kita ketahui bahwa fenomena lari dari masalah ternyata merupakan bentukan dari lingkungan sekuler yang sedang diterapkan ada pada saat ini. Sekuler adalah paham yang memisahkan antara aturan Islam dari kehidupan. Islam hanya dibutuhkan saat ibadah ritual saja. Selain urusan ibadah, maka manusia tidak mau untuk diatur oleh aturan agama. Sehingga ketika menjalani hidup, mereka merasa berhak melakukan apa pun sebebas-bebasnya.

Ketika dihadapkan dengan masalah keluarga, maka dia merasa bebas menyelesaikannya dengan cara apa pun. Bahkan ia tidak memikirkan bagaimana solusi yang benar dalam Islam. Menurutnya lari dari kenyataan dianggap sebagai cara paling cepat dan paling mudah untuk menyelesaikan masalah.

Ditambah lagi, sistem yang ada sekarang, yaitu kapitalisme, semakin memperparah keadaan. Kapitalisme menganggap bahwa hidup manusia itu hanya untuk mencari kebahagiaan duniawi. Masyarakat kapitalis cenderung menghalalkan segala cara demi bisa mendapatkan 'Cuan'. Dengan uang mereka bisa mendapat apa pun yang diinginkan dengan mudah dan cepat, bisa berenang-senang sesuka hatinya.

Menurutnya, orang yang bahagia adalah orang yang tidak punya masalah. Mindset  ini membentuk manusia bermental lemah. Setiap dihadapkan dengan masalah, apakah itu dengan orang tua, dengan pasangan hidup, dengan anak ataupun teman, maka ia akan mudah stress, depresi atau bahkan memilih solusi instan, yaitu lari dari kenyataan. 

Islam Sebagai Problem Solving

Maka agar tidak gampang kabur setiap ada masalah, maka penting sekali bagi kita untuk memahami jati diri kita. Kita harus memahami bahwa kita adalah hamba Allah SWT. Saat kita sebagai anak, kita adalah hamba Allah SWT. Saat remaja juga sebagai hamba Allah SWT. Saat menjadi seorang istri ataupun suami, kita tetaplah sebagai hamba Allah SWT. Saat menjadi apa pun, kita tetap menjadi hamba Allah SWT. Ini adalah predikat yang selalu melekat pada diri kita dan tidak akan pernah lepas sampai kapanpun.

Sebagai hamba Allah SWT, maka kita harus melakukan segala aktivitas sesuai dengan aturan Allah SWT ketika dihadapkan masalah dengan orang tua atau bertengkar dengan teman seharusnya kita berpikir bagaimana solusi Islam dalam menyelesaikan masalah ini. Karena Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah saja.

Islam juga mengatur bagaimana menyelesaikan konflik, bagaimana cara berhubungan dengan orang lain dan masih banyak lagi. Islam adalah petunjuk yang lengkap bagi manusia dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hidupnya sebagaimana dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 89

ÙˆَÙ†َزَّÙ„ْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙƒَ ٱلْÙƒِتَٰبَ تِبْÙŠَٰÙ†ًا Ù„ِّÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ ÙˆَÙ‡ُدًÙ‰ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ً ÙˆَبُØ´ْرَÙ‰ٰ Ù„ِÙ„ْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِينَ

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Kalau kita yakin bahwa Islam mampu mengatasi seluruh masalah hidup, maka setiap dihadapkan dengan masalah kita akan berupaya untuk menyelesaikan masalah hingga tuntas, bukan berpikir untuk lari dari kenyataan. 

Ketika masalah datang, kita akan berusaha menyelesaikannya sesuai dengan aturan Allah SWT. Kita juga akan semakin mendekat kepada Allah SWT. Karena hanya Allahlah yang bisa menolong dan menyelesaikan masalah-masalah kita. Selalu positif thinking, karena ia yakin akan dimudahkan oleh Allah SWT. Dia mengimani dengan betul Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 286

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

Maka dengan mindset yang benar ini dan mengamalkannya pasti kaum Muslim tidak akan mudah berputus asa ataupun memilih lari dari kenyataan hidupnya. 

Untuk mewujudkan masyarakat Islam yang bermental baja dan kuat menghadapi masalah hanya bisa terwujud jika ada negara yang menciptakan suasana keimanan yang tinggi, yaitu negara yang serius mengedukasi warganya agar memiliki kepribadian Islam. Sehingga orang akan benar-benar memahami jati dirinya sebagai seorang Muslim dan tidak mudah down ketika ada masalah.

Kaum Muslim akan selalu berlomba-lomba dalam melakukan amal salih. Pribadi-pribadi hebat yang bisa menyikapi masalah ini hanya bisa dicetak secara massal dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah, yaitu khilafah.

Perlu kita ketahui bahwa khilafah pernah menjadi pusat peradaban emas atau the golden age yang memimpin dunia selama 13 abad. Padahal pada waktu itu di saat yang sama, Barat sedang mengalami masa kegelapan atau the dark age.

Khilafah berhasil mencetak generasi gemilang yang tidak hanya memikirkan masalah pribadi, tapi selalu berusaha menyelesaikan masalah kehidupan umat.

Sebut saja Al-Khawarizmi, ia adalah ilmuwan Muslim penggagas angka 0 dan algoritma yang sekarang berkembang menjadi ilmu komputasi. Selain itu, ada Az-Zarkali, yaitu penemu astrolog yang ilmunya bermanfaat menjadi dasar ilmu navigasi. Al-Kindi, yaitu pakar fisika, dialah yang mewariskan dasar meteorologi, animologi, klimatologi dan oceanografi dan masih banyak lagi ilmuwan yang hidup pada masa khilafah, masyaAllah.

Oleh karena itu, agar peradaban hebat terulang kembali, sebuah peradaban yang mampu mengkondisikan ketakwaan umat itu terwujud kembali, maka tentu perlu ada upaya dari kita. 

Upayanya seperti apa? Tentu dengan mencontoh suri tauladan kita, yaitu Rasulullah SAW. Upaya Rasulullah SAW dulu untuk mewujudkan negara Islam pertama di Madinah adalah dengan dakwah secara pemikiran. Maka kita juga berupaya melakukan dakwah pemikiran non kekerasan agar setiap orang memahami pentingnya memakai aturan Islam dalam setiap lini kehidupan.

Agar bisa ikut berdakwah, maka kita juga wajib mengkaji Islam secara kaffah tujuannya agar kita bisa tahu apa saja yang mau kita sampaikan. Ngajinya juga perlu guru yang bisa mengarahkan bagaimana menjadi Muslim yang berkepribadian Islam dan bagaimana dakwah yang benar dan untuk bisa menjadi seperti itu, maka mari kita mendekat kepada kelompok dakwah ideologis.



Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar