Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

W-20 dan Masifnya Pengarusan Kesetaraan Gender Menyasar Muslimah



Topswara.com -- Perhelatan KTT G-20 2022 didahului forum diskusi engagement group. Salah satunya adalah W-20. Sebagai engagement group W-20 berisi organisasi pemerintah dan atau nonpemerintah tiap negara anggota G-20. Engagement group ini akan berdiskusi dan memberi rekomendasi. W-20 sendiri adalah forum diskusi berkaitan isu perempuan dan gender.

Kalimantan Selatan terpilih sebagai salah satu tuan rumah penyelenggara diskusi W-20 selain NTT, kota Likupang, Minahasa Utara dan kota batu Malang Jawa timur. Di Banjarmasin, W-20 mengangkat tema Promoting Health Response to recover together Equality. Menurut Dr.Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, ketua umum Kowani, pada side event ke-3 W-20 di Banjarmasin, para delegasi dari berbagai negara telah berhasil mengidentifikasi berbagai tantangan dalam mengakses layanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan maternal, seksual, dan reproduksi dalam level kesetaraan gender. Termasuk peran baik laki-laki maupun perempuan.

Chair W-20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi menjelaskan keseluruhan misi W-20 pada KTT G-20 tahun 2022 ini. “Misi kami dalam melakukan rangkaian acara W-20 adalah membentuk empat komitmen global yakni memberantas diskriminasi dalam memajukan inklusi ekonomi UMKM perempuan, peningkatan akses bagi perempuan perdesaan dan perempuan penyandang disabilitas dan integrasi respon kesehatan yang setara didukung untuk diintegrasikan dalam deklarasi pemimpin G-20.” Ungkap Hadriani (republika.co.id, 10/03/2022).

Senada dengan Hadriani, Kepala stap presiden, Moeldoko, saat memberi sambutan W-20 dan bertepatan dengan hari perempuan internasional menyatakan: “Perlindungan negara terhadap perempuan rentan, korban kekerasan dan eksploitasi, juga terus diperkuat. Antara lain melalui pembahasan dan pengesahan RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT).”(republika.co.id, 10/03/2022).

Gubernur Kalsel Sahbirin Noor juga menegaskan komitmen untuk mendukung pengarusutamaan gender dan menjadi prioritas dalam pembangunan di Kalsel.

Pengarus Utamaan Gender dan Isu Perempuan: Salah Kaprah dan Kiprah Perempuan

Pemberdayaan perempuan dan isu perempuan tidak pernah surut digaungkan dan diprogramkan. Semuanya dilatari asumsi bahwa fokus menyelesaikan isu  perempuan akan mewujudkan lompatan besar perbaikan bangsa dan negara sekaligus perbaikan kondisi perempuan. Karenanya perempuan ditarget berdaya secara ekonomi dan memiliki peran politik. Begitu pula kondisi perempuan yang mengalami kekerasan dan akses kesehatan yang buruk harus diperbaiki. Sepertinya tidak ada yang keliru.

Namun jika ditelaah, sudut pandang individualis, sekuler dan liberal sangat jelas melandasi pengarus utamaan gender. Program ini pun bukan muncul alami dari aspirasi kaum Muslim. Namun lahir dari masyarakat Barat yang menerapkan dan mengemban kapitalisme sekuler. Individualisme menjadi sudut pandang dalam melihat masalah termasuk masalah perempuan. Pengarusutamaan kesetaraan gender mengukuhkan hegemoni kapitalisme.

Prinsip distribusi kekayaan dalam kapitalisme mengharuskan individu mengerahkan kekuatannya dalam produksi dan konsumsi. Negara berfungsi sebagai regulator dan penjamin kebebasan. Inilah janji kesejahteraan dalam kapitalisme. Namun justru disinilah letak kebatilan kapitalisme dan awal kegagalan semua tujuan.

Bagi negeri-negeri Muslim, pengarusutamaan gender bisa dikatakan bagian dari perang pemikiran dan penyesatan politik. Kaum Muslim khususnya muslimah harus mengkritisi dan menolak pengarusutamaan gender ini.

Semangat keperempuanan dan isu sensitif yang mengiringinya memang mudah menggiring perempuan termasuk para muslimah. Isu pemberdayaan, ketidaksetaraan, kekerasan dan kemiskinan perempuan dengan cepat menggugah perempuan untuk bangkit. Namun tanpa sadar, muslimah akan terjebak dalam pemahaman dan langkah yang salah. Dalam isu kekerasan dan kesehatan perempuan, muslimah digiring pada liberalisasi. Atas nama menghapus kekerasan, tidak boleh menyalahkan korban atau stigmatisasi korban. Inilah jebakan liberalisasi.

Begitu pula dalam isu kesehatan. Kesehatan reproduksi, maternal dan seksual yang melibatkan peran gender menjadi persoalan besar. Padahal banyak persoalan kesehatan lain yang mendera rakyat. Sangat beralasan untuk mencurigai keterkaitan isu-isu kesehatan tersebut dengan upaya meruntuhkan tatanan dan nilai-nilai Islam yang masih dipegang kaum Muslim.

Selama ini perjuangan gender mengangkat dan mengadvokasi persoalan sunat perempuan, kontrasepsi laki-laki, usia pernikahan dan layanan aborsi legal.  PUG jelas memiliki agenda sekulerisasi dan liberalisasi. Muslimah akan terjerumus kepada kehidupan liberal yang hanya menciptakan kenestapaan dan kedurhakaan.

Muslimah juga akan abai dengan tata kelola  negara yang batil dengan penerapan sistem penjajah; kapitalisme sekuler demokrasi. Padahal tata kelola itulah yang menyengsarakan rakyat dan merampas hak-hak semua rakyat, laki-laki dan perempuan.

Pengarusutamaan gender bahkan tidak akan memperbaiki nasib perempuan dan tidak akan menaikkan derajat perempuan pada derajat kemuliaannya. Perempuan akan menjadi mur baut dunia industri kapitalis dan disibukkan dengan UMKM. Muslimah akan terpalingkan dari peran utamanya sebagai ibu generasi dan peran strategisnya sebagai pengubah peradaban.

Di dunia politik, perempuan akan menjadi gula-gula dan penggembira saja atau menjadi bagian dari hipokrisi dan manipulasi politik demokrasi. Alih- alih memperbaiki bangsa dan negara, memperbaiki nasibnya sendiri, perempuan tidak mampu.

Perempuan Berdaya dalam Ketaatan Kepada Allah dan Mewujudkan Islam Kaffah

Para muslimah harus memahami bahwa Islam adalah metode kehidupan yang khas yang telah digariskan Asy syari, Allah SWT dan Rasul-Nya.  Islam harus menjadi standar untuk menilai setiap gagasan dan aturan. Termasuk gagasan kesetaraan.

Karenanya perempuan muslimah cukup membuat dirinya berdaya dalam melaksanakan segala ketaatan kepada syariat. Ketaatan itu akan mengarahkan perempuan sebagai individu hamba Allah SWT yang berpikir mendalam dan cemerlang dan memiliki keimanan yang kokoh serta terikat dengan Islam. Selain sebagai individu, muslimah akan berperan sebagai bagian keluarga, sahabat laki-laki dan ummu wabrabbatul bait. Dan tak terabaikan adalah perannya sebagai bagian dari jamaah kaum muslimin yang aktif berdakwah, menyebarkan ilmu dan berpolitik serta beramar ma’ruf nahi munkar.

Dalam menyikapi karut marut kehidupan umat atau rakyat saat ini, muslimah harus memiliki kesadaran politik yang benar, yaitu kesadaran politik Islam. Kehidupan saat ini tidak bisa di Ishlah, diperbaiki tambal sulam dengan mempertahankan sistem kehidupan yang rusak. Persoalan perempuan dan umat secara keseluruhan hanya bisa diatasi dengan perubahan sistem kehidupan. Berbekal kesadaran tersebut maka kiprah dan agenda muslimah adalah mewujudkan Islam kaffah di bawah naungan Khilafah Islam. Perjuangan Islam kaffah adalah jalan meretas solusi dan meraih kemuliaan.

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Haritsa Amina

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar