Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Partai Mahasiswa, Bisakah Raih Kuasa?



Topswara.com --People power yang kini tengah meledak di tengah masyarakat, dan menimbulkan gejolak. Rakyat berambisi untuk mengganti penguasa dan berharap dapat meredakan segala kekacauan yang ada. Saat ini, terbentuklah Partai Mahasiswa Indonesia, yang berusaha mewadahi aspirasi rakyat (suara.com, 23/4/2022).

 Munculnya partai mahasiswa, membuat beberapa pihak kecewa. Secara umum, partai dijadikan kendaraan khusus para pengusungnya untuk mendapat kedudukan dalam pemerintahan. Lantas inikah yang diinginkan umat?

Analis sosial dan politik, Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun, menganggap kelahiran Partai Mahasiswa Indonesia tidak tepat dalam kontestasi politik di Indonesia (tempo.co, 23/4/2022). 

Dalam statuta universitas, tercantum larangan bagi mahasiswa tergabung dalam aktivitas politik praktis. Berpartai adalah aktivitas politik praktis. Ubedillah menekankan bahwa universitas adalah tempatnya kebebasan akademik. Sehingga dapat dikatakan bahwa persoalan negara harus diletakkan di atas meja perdebatan ilmiah. Bukan di meja politik mahasiswa. Tak hanya itu, Partai Mahasiswa Indonesia pun dinilai dapat berpotensi memecah mahasiswa. 

Secara hukum, partai tersebut telah resmi terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM (liputan6.com, 24/4/2022). Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan selamat datang pada partai baru, yaitu Partai Mahasiswa Indonesia dan parpol yang juga baru, yaitu Partai Buruh (liputan6.com, 24/4/2022). 

Dasco memberi respon baik akan kehadiran partai-partai baru yang dapat meramaikan kontestasi politik dalam negeri tahun ini. Mereka berkesempatan bersaing sehat untuk berlomba merebut kursi DPR, demi aspirasi rakyat. 

Refly Harun, Ahli Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Indonesia, sangat menyayangkan atas lahirnya Partai Mahasiswa. Karena secara umum, partai pasti berorientasi pada kekuasaan. Refly pun curiga, karena partai mahasiswa berpotensi untuk dijadikan link oleh kekuatan politik tertentu (gelora.com, 24/4/2022). 

Lantas, apakah jalan ini adalah jalan yang benar dan dapat diperjuangkan demi maslahat umat?

Ustdzah Asma Amnina, Pakar Politik Islam, mengungkapkan bahwa proses People Power bukanlah jalan shahih menuju perubahan hakiki (suaramubalighah.com, 21/4/2022). 

Salah satu pengalaman berharga saat dilengserkannya Presiden Soeharto, tahun 1998. Kemarahan publik yang mengantarkan pada turunnya pemimpin saat itu. Hasilnya, apakah keadaan sekarang lebih baik daripada kala itu? 

Nyata terpampang awal orde reformasi yang memberikan harapan baru bagi umat. Namun, setelah beberapa tahun menjelang, perubahan hakiki itu ternyata tak kunjung datang. Ada apa gerangan?

Ustdzah Asma Amnina melanjutkan, people power ternyata mengundang bahaya, apalagi tak ada kekuatan negara di dalamnya. Salah satu bahayanya adalah adanya "pembajakan" arah perjuangan. Dan inilah yang terjadi dalam bentukan "Partai Mahasiswa Indonesia". Disinyalir ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan, bertujuan mengacak-acak tujuan utama mahasiswa sebagai "agent of change". Selain itu, bentukan partai ini pun dapat memecah belah "tubuh" mahasiswa. Yang sedari awal berjuang untuk maslahat umat. Namun kini, disinyalir berusaha mendapat kekuasaan. Karena melalui kendaraan "partai". 

Dalam Islam, partai boleh dijadikan "wasilah" (media) untuk mendapatkan kekuasaan. Namun, dalam sistem yang saat ini dipijak, berkecimpung dalam partai politik justru menimbulkan masalah kompleks. Karena begitu banyak kezaliman di dalamnya. Bahkan, kecurangan - kecurangan sudah menjadi hal biasa. 

Inilah potret sistem yang salah. Sistem demokrasi yang menganut sekularisme yang jelas merusak kehidupan. Jauhnya aturan syariat Islam dalam mengatur kehidupan, terus dihembuskan. Hingga umat pun tak kenal lagi bahwa syariat-lah sang penyelamat. 

Rasulullah SAW teladan umat Muslim seluruh dunia seharusnya dapat dijadikan gambaran yang jelas dalam meraih kekuasaan di tengah umat. Melalui metode dakwah amar ma'ruf nahi mungkar, metode dakwah terstruktur, detil dan kompleks tersusun dalam syariat Islam secara jelas (Kitab Sirah Nabawiyah, Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW. yang ditulis Prof. Dr. H. Muhammad Rawwas Qalahji). 

Pembinaan terhadap umat melalui beberapa tahapan yang detil dan terorganisir. Beliau pun membentuk kelompok- kelompok dakwah terorganisasi untuk mengajak para ahlul quwwah agar mengikuti dakwah Beliau. Tujuan utamanya yaitu berjuang bersama dalam dakwah Islam. Demi membesarkan tubuh jamaah. Hingga dapat terbentuk masyarakat yang memiliki satu visi misi, yaitu menyebarkan syariat Islam.

Akhirnya dapat terbentuk negara dengan sistem Islam. Satu-satunya sistem yang dapat adil dan menyejahterakan umat secara menyeluruh. Dalam wadah Khilafah manhaj An Nubuwwah. Metode Rasulullah SAW.l dalam menjaga umat dengan syariat Islam yang kaffah. 

Inilah yang seharusnya menjadi tuntunan dalam raih kemaslahatan umat demi tercapainya kesejahteraan.

Wallahu a'lam bisshawab

Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar