Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam tapi Klenik


Topswara.com -- Ada sebagian orang apriori dan memandang rendah terhadap dakwah kultural yang dilakukan oleh para utusan khalifah di tanah Jawa. Mereka mengatakan bahwa faktanya saat ini orang Jawa sangat akrab dengan klenik, perdukunan dan berbagai macam bentuk bid'ah lainnya. Mereka menisbatkan hal itu kepada Wali Sanga yang memang menggunakan pendekatan seni, budaya dan tasawuf dalam dakwahnya serta dilakukan secara kultural dalam penyampaiannya.

Padahal apabila kita teliti lebih mendalam, justru dengan dakwah kultural yang dilakukan oleh Walisanga tersebut masyarakat yang sebelumnya lekat dengan apa yang disebut dengan klenik, tahayul, bid'ah, khurafat dan lain sebagainya berhasil dibersihkan dengan sangat elegan karena tidak langsung menyalahkan namun dengan membawa perubahan pemahaman masyarakat Jawa yang masih sederhana dengan memaknai ulang apa yang biasa mereka lakukan. 

Ajaran agama sebelumnya, misalnya ritus ritual Tantra yang jelas-jelas pagan dimaknai ulang dan diganti dengan bentuk aktifitas yang tidak melanggar hukum syarak. Misalnya Walisanga mengganti ritus ritual kurban dengan kendurian yang disitu tidak dibacakan mantra tapi kalimat thayyibah dan ayat-ayat Al-Qur'an. Apa yang sudah biasa dilakukan masyarakat kemudian diberikan nilai baru dan disesuaikan dengan syariat Islam.

Pihak yang menyatakan bahwa dakwah Islam pada saat itu sarat dengan kesyirikan, mungkin lupa bahwa klenik tidak hanya ada di Pulau Jawa yang menjadi objek dakwah Walisanga namun bahkan ada dihampir seluruh tempat diseluruh dunia, baik yang didakwahi oleh Walisanga maupun tidak, bahkan sampai sekarang.

Lalu apa keberhasilan Walisanga dalam menyebarkan agama Islam yang dilakukan secara terukur, terstruktur dan terkoordinir dalam sebuah Jama'ah Dakwah tersebut? Karena kehadiran Walisanga di pulau Jawa memang merupakan utusan dari Sultan Muhammad 1 seorang Khalifah Ustmani yang berada di Istambul, Turki. Paling tidak kita bisa sebutkan beberapa yang terbesar.

Pertama, adalah jumlah penganut ajaran Islam. Dakwah Islam masuk dikalangan masyarakat awam dengan sangat elegan sehingga jumlah penganut Islam meningkat secara eksponensial bahkan melebihi penganut agama lama sebelumnya, yaitu Hindu dan Budha yang pada saat itu hanya dianut oleh para penguasanya saja. Masyarakat biasa bahkan tidak terlalu mengenal ritus ritual yang memang hanya dilakukan oleh pendeta dan para bangsawan, dikarenakan oleh perbedaan kasta.

Yang kedua, adalah Opini. Perbaikan yang dibawa oleh para pengemban dakwahnya baik berupa kesadaran akan posisinya dihadapan Tuhan, dengan sesama maupun dengan penguasa membuat keagungan agama Islam tidak bisa ditolak begitu saja. Apalagi berbagai madaniah berupa alat-alat pertukangan, pertanian, pakaian, musik, pelayaran dan lain sebagainya sangat menunjang citra Islam karena memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibanding dengan yang sebelumnya ada di tanah Jawa.

Yang ketiga, ini juga penting adalah kekuasaan. Ketika para penguasa berhasil masuk Islam, maka kemudian secara berangsur-angsur hukum Islam berhasil diterapkan. Bahkan melalui dakwah Islam terbentuklah sebuah kesultanan yang memiliki kekuatan besar dan diperhitungkan oleh wilayah lainnya di Nusantara termasuk oleh penjajah asing yang telah berhasil menguasai selat Malaka.

Nah, dari sinilah kemudian dakwah Islam dikembangkan dengan uslub-uslub struktural.  Berbeda dari uslub sebelumnya yaitu dakwah secara kultural, dakwah berikutnya dilakukan melalui perkawinan politis, penaklukan, diplomasi dan berbagai macam cara lain yang melibatkan kedaulatan sebuah institusi Kesultanan. Walisanga melakukan kedua hal tersebut, yaitu dakwah kultural maupun dakwah struktural. Dan semuanya berhasil meningkatkan pemeluk Islam secara eksponensial.

Kalau sudah begitu, ketika kita mengatakan bahwa peran Walisanga itu tidak berhasil  mengislamkan Jawa, karena hanya menyisakan klenik belaka, maka hal itu menandai bahwa telah tiba waktunya kita untuk berkaca. Apa yang sudah kita lakukan untuk agama ini, untuk umat terbaik ini, untuk Allah SWT dan juga Rasul-Nya? Wallahu a'lam bishshawwab.


Oleh: Trisyuono Donapaste
Aktivis Penggerak Perubahan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar