Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kewajiban Khilafah Menurut Imam Madzhab


Topswara.com -- Berkata Al-Imam Shadruddin Muhammad bin Abdirrahman Al-Utsmani Asy-Syafi'i (w. 780 H)

اتفق الأئمة على أن الإمامة فرض، وأنه لابد للمسلمين من إمام يقيم شعائر الدين وينصف المظلومين من الظالمين.

"Para ulama imam madzhab telah bersepakat bahwa imamah/khilafah itu hukumnya fardhu (wajib), dan bahwasannya kaum Muslim itu harus memiliki seorang imam/khalifah yang menegakkan syi'ar-syi'ar agama (Islam), serta membela dengan adil kaum tertindas dari mereka yang menindas."

Shadruddin, Muhammad bin Abdirrahman Al-Utsmani. 2012. Rahmah Al-Ummah fî Ikhtilâf Al-A'immah. Cet. II. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah) hlm 229

Fawaid:
Pertama, imamah/khilafah adalah kewajiban yang disepakati oleh para imam madzhab, sehingga tidak layak bagi siapapun muqallid menyelisihi imamnya tersebut. 

Kedua, wajibnya khilafah itu terkait keharusan mewujudkan sosok khalifah itu sendiri dan sekaligus terkait tugas khalifah dalam menegakkan syi'ar Islam (syariat yang bersifat tampak) dan menghentikan penindasan/kezaliman.

A. Para Imam Madzhab Fiqih yang Empat: Abu Hanifah (w. 150 H), Malik bin Anas (w. 179 H), Asy-Syafi'i (w. 204 H), dan Ahmad bin Hambal (w. 241 H)

Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi (w. 1360 H)

اتفق الأئمة -رحمهم الله تعالى- على أن الإمامة فرض، وأنه لابد للمسلمين من إمام يقيم شعائر الدين وينصف المظلومين من الظالمين.

"Para imam madzhab -semoga Allah merahmati mereka- telah bersepakat bahwa imamah/khilafah itu hukumnya fardhu (wajib), dan bahwasannya kaum Muslim itu harus memiliki seorang imam/khalifah yang menegakkan syi'ar-syi'ar agama (Islam), serta membela dengan adil kaum tertindas dari mereka yang menindas."

Al-Juzairi, Abdurrahman bin Muhammad. 2003. Kitâb Al-Fiqh 'alâ Al-Madzâhib Al-Arba'ah Cet. II. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah) vol 5 hlm 366

Fawaid:
Pertama, Imamah/khilafah adalah kewajiban yang disepakati oleh para imam madzhab, sehingga tidak layak bagi siapa pun muqallid menyelisihi imamnya tersebut. 

Kedua, wajibnya khilafah itu terkait keharusan mewujudkan sosok khalifah itu sendiri dan sekaligus terkait tugas khalifah dalam menegakkan syi'ar Islam (syariat yang bersifat tampak) dan menghentikan penindasan/kezaliman.

Dalam keterangan Al-Imam Abu Bakar al Khallal (w. 311 H):

سئل عن حديث النبي صلى الله عليه وسلم《 من مات وليس له إمام مات ميتة جاهلية 》ما معناه؟
قال أبو عبد الله: تدري ما الإمام؟ الإمام الذي يجمع المسلمون عليه كلهم. يقول هذا إمام، فهذا معناه.

"Beliau (Ahmad bin Hambal) pernah ditanya tentang hadis Nabi صلى الله عليه وسلم:

'Barang siapa mati dengan tanpa memiliki seorang "imam" maka kematiannya seperti kematian jahiliyyah'.¹ apakah artinya?

Maka Abu Abdillah (Ahmad bin Hambal) menjawab: tahukah anda apa itu "Al-Imam"? "Al-Imam" adalah seorang pemimpin yang menyatukan umat Islam seluruhnya. Bila dikatakan: 'dia adalah seorang imam', maka inilah artinya.²

دفع إلينا محمد بن عوف بن سفيان الحمصي قال سمعت أحمد بن حنبل يقول: والفتنة: إذا لم يكن إمام يقوم بأمر الناس.

Telah datang kepada kami Muhammad bin 'Auf bin Sufyan al-Himshi, dia berkata: aku mendengar Ahmad bin Hambal pernah berkata: 'Kekacauan (al-fitnah) akan terjadi apabila tidak ada imam yang memelihara urusan kaum muslim'.³"

_____

¹sanad hadis adalah hasan

²sanad tafsiran hadis tersebut adalah shahih

³sanad atsar tersebut adalah shahih

_____

Abu Bakar al Khallal. 1989. As-Sunnah (Riyadh: Dar Ar-Rayah) hlm 80-81

Pentahqiq:
Dr. Athiyyah Az Zahrani

_____

Fawaid:
Pertama, "al-Imam" dalam hadis tersebut artinya adalah khalifah, yaitu pemimpin umum umat Islam seluruhnya.

Kedua, wajib hukumnya mewujudkan seorang imam/khalifah, dengan qarinah adanya dzamm (celaan) atas kondisi kematian tanpa memiliki seorang imam/khalifah, yaitu seperti kematian jahiliyyah (dalam keadaan berdosa).

Ketiga, selain itu ketiadaan imam/khalifah akan menyebabkan kekacauan, malapetaka, dan huru-hara, sebagaimana hal itu terjadi selepas runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada 1342H/1924M. Pembantaian atas kaum Muslim Palestina, Irak, Chechnya, Afghanistan, Suriah, Myanmar, dsb, penjarahan kekayaan alam di negeri-negeri Islam, penistaan agama dan syiarnya, kriminalisasi terhadap ajaran Islam dan para ulama, pengemban dakwah dan aktivis, dan sebagainya, terjadi tanpa ada khalifah yang melindungi dan membela.

B. Madzhab Kalam: Al-Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari (w. 323 H)

Menurut keterangan Al-Imam Abu Manshur Al-Baghdadi (w. 429 H)

وقال أبو الحسن : إن الإمامة شريعة من الشرائع يعلم جواز ورود التعبد بها بالعقل ويعلم وجوبها بالسمع . فقد اجتمعت الصحابة على وجوبها ، ولا اعتبار بخلاف الفوطي والأصم فيها مع تقدم الإجماع على خلاف قولهما.

"Berkata Abu Al-Hasan Al-Asy'ari: Sesungguhnya imamah/khilafah itu merupakan sebuah syariat di antara syariat-syariat yang aspek ibadah padanya dapat diketahui dengan akal, sedangkan aspek hukumnya adalah wajib diketahui dengan dalil sam'i. Sungguh para sahabat Nabi telah bersepakat (ijmak) bahwa hukumnya wajib. Dan tidak diperhitungkan adanya pendapat Al-Fuwathi dan Al-Asham yang menyalahinya, sebab telah terjadi ijmak terlebih dahulu menyelisihi pendapat mereka berdua."

Al-Baghdadi, Abu Manshur 'Abdul Qahir. 1928. Ushûl Ad-Dîn (Istambul: Thab'ah Ad-Daulah). hlm 272

Fawaid:
Pertama, imamah/khilafah disebut sebagai "sebuah syariat" oleh Al-Imam Abu Al-Hasan itu menunjukkan bahwa dia merupakan bagian dari ajaran Islam.

Kedua, tidak diperhitungkan pendapat yang datang belakangan setelah terjadi ijmak di masa sebelumnya. Karena ada kaidah:

خرم الإجماع حرام

"Menyalahi ijmak itu haram."

Ditulis kembali oleh: Achmad Mu’it 

Disadur dari: Postingan grup FB JEJAK KHILAFAH DI KITAB ULAMA oleh Azizi Fathoni 31 Oktober 2020
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar