Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Doa Sepenuh Hati, Usaha Setengah Hati

Topswara.com -- “Doa tanpa usaha adalah kebohongan” kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Pun dalam mengatasi pandemi tidak hanya bisa mengandalkan doa, namun ada ikhtiar yang harus lakukan. 

Sebagaimana dilansir dari detikNews, 4/7/2021. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggi dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar  meminta warga desa mematuhi protokol kesehatan. Ia juga menghimbau seluruh kepala desa, pendamping desa dan seluruh warga desa untuk memanjakan doa. Harapannya agar pandemi dan lonjakan kasus Covid-19 segera berakhir. 

Dalam penangan pandemi tentu kita juga perlu memanjatkan doa setelah melakukan usaha semaksimal mungkin. Karena manusia merupakan mahluk yang lemah, yang memerlukan pegangan untuk mengadu dan mengadah kepada Sang Pencipta. Memohon ampunan, melakukan muhasabah diri baik individual maupun negara. Semua harus memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. 

Namun di samping memanjatkan doa tentu ada usaha yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk menekan lonjakan Covid-19 ini. Dalam menangani pandemi harus adanya kerjasama antar pemerintah dan juga masyarakat. Apabila hanya mengandalkan pemerintah tentu pandemi ini tidak akan usai. Pun jika hanya dari individual masyarakat juga tentu tidak bisa menekan lonjakan Covid-19. 

Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-membahu dalam menangani wabah ini, jangan sampai pemerintah hanya menghimbau masyarakat untuk menaati protokol kesehatan, namun justru pemerintah sendiri tidak menutup celah masuknya warga negara asing. 

Di tengah semakin melonjaknya kasus , pemerintah mengambil kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM Darurat) di Jawa-Bali pada 3 Mei-20 Juli guna menekan laju penyebaran Covid-19. Namun kebijakan tersebut rupanya hanya berlaku untuk masyarakat, tidak untuk Tenaga Kerja Asing (TKA). 

Seperti dilansir dari cnnIndonesia, (4/7/2021), sebanyak 20 TKA dari Cina tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanudin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/7) malam. Puluhan TKA Cina masuk ke Indonesia di tengah pandemi kian melanda dan juga di tengah pemberlakuan PPKM Darurat. 

Sungguh kebijakan yang sangat ironis. Di satu sisi masyarakat disuruh patuh dan tunduk terhadap aturan yang diberlakukan pemerintah. Namun di sisi lain pemerintah justru membuka pintu bagi warga negara asing untuk mausk ke Indonesia. Bisa diibaratkan asing diberi jalan berlapis karpet merah, sedangkan rakyat berikan jalan yang becek. 

Padahal sebagaimana kita ketahui awal kemunculan virus Corona di negeri ini karena pintu keluar masuk warga asing tidak ditutup. Sehingga virus yang awalnya muncul di Wuhan, Cina bisa bermigrasi ke Indonesia.
Bagaimana mungkin pandemi akan berakhir jika hanya mengandalkan doa, namun usaha yang dilakukan terbangkalai begitu saja? Tentu hal ini ibarat panggang jauh dari api. Doa harus diimbangi dengan usaha. 

Problematika yang tidak kunjung usai ini tentu saja buah dari sistem yang sedang terapkan saat ini. Sistem yang mengadopsi sekularisme sehingga   jauh dari syariat Islam. Hilangnya peran agama dalam mengatur tata kelola negara, mencampakan begitu saja hukum-hukum Islam.

Ketika sistem kapitalisme yang diterapkan maka ketika mengatasi pandemi kebijakan pun terlihat  setengah hati, karena segala sesuatu di ukur dari materi. Hingga akhirnya kondisi semakin karut-marut tidak terkendali. Sudah saatnya masyarakat sadar bahwa manusia merupakan mahluk yang lemah, sehingga membutuhkan pegangan untuk menguatkan yakni Allah SWT.

Sistem yang lahir dari buah pemikiran manusia tentu saja tidak akan menghasilkan aturan atau kebijakan yang mampu menyejahterakan rakyat, namun jutru kebijakan tersebut akan melukai rakyat. 

Lihat saja adanya virus Corona ini menandakan begitu lemahnya manusia. Bagaimana mungkin mengambil aturan yang berasal dari pemikiran manusia yang terbukti tidak bisa memberikan solusi dengan tuntas? 

Maka sudah saatnya masyarakat berikhtiar menyeru perubahan hakiki dengan kembali kepada syariat Islam, dan senantiasa berdoa agar umat Islam kembali berjaya dan memimpin dunia kembali. Karena hanya sistem Islam yang diterapkan secara kaffah yang bisa menyelesaikan semua permasalahan umat. Kebijakan yang dibuat berdasarkan syariat Islam, akan melahirkan tata kelola negara yang baik. Sehingga Islam benar-benar terwujud menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Ratna Sari
(Mahasiswi Bengkulu)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar