Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ikatan Selemah Laba-Laba


Topswara.com -- Namanya Mariam Hassan Dalam al-Manshuri. Cantik, cerdas, dan pemberani. Tapi statusnya adalah pembunuh berdarah dingin kaum Muslimin. Mariam adalah pilot Uni Emirat Arab (UEA). Pada bulan September 2014 ia menerbangkan jet tempur untuk membom posisi para mujahidin dan warga sipil di Syam. Sebagaimana diketahui, sejumlah negara Arab termasuk Saudi dan UAE bergabung dengan pasukan AS dan beberapa negara Eropa untuk menyerang ISIS dan fraksi mujahid lainnya. Pihak AS sendiri menyatakan 80 persen pemboman dilakukan oleh jet tempur Saudi dan UEA. Innalillahi wa innailaihi rojiun!

Setiap tindakan ada balasan. Begitu pula tindakan keterlaluan Mariam. Keluarga besar al -Manshuri murka. Mereka mencap Mariam anak durhaka. Lebih jauh lagi, mereka tidak mengakui Mariam sebagai anggota keluarga lagi.

"Kami keluarga al-Manshuri di negara UEA menyatakan berlepas diri dari salah satu anggota keluarga kami bernama Mariam Al-Manshuri," tegas keluarga al-Mansuri dalam pernyataannya tertanggal 24 September 2014. Pernyataan itu juga menegaskan bahwa keluarga al-Mansuri berlepas diri dari orang-orang yang ikut terlibat dalam agresi brutal internasional terhadap rakyat Suriah. Selain itu keluarga al-Mansuri juga mendoakan agar para Mujahidin bersatu dalam perjuangan menegakkan kalimatullah.

Mungkin orang awam akan heran, haruskah semarah itu? Segampang itu memutuskan hubungan keluarga dan mencapai durhaka? Bukannya bangga punya anak perempuan menjadi pilot pesawat tempur. Bisa jadi banyak Muslim yang awam akan menyalahkan keputusan keluarga besar Al-Mansuri.

Tapi tidak dalam catatan Allah SWT. Keluarga al-Mansuri sudah melakukan apa yang memang harus dilakukan. Hubungan darah tak akan pernah bisa dan tak boleh menggantikan hubungan cinta dengan Allah dan sesama kaum Muslimin. Allah ta'ala berfirman:

"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (TQS. Al-Mujadillah [58]: 22)

Ayat ini memuji tindakan kaum Muslimin para sahabat radhiallahu 'anhum yang tidak goyah mempertahankan keimanan sekalipun di medan peperangan harus berhadapan dengan kerabat, anak bahkan orang tua. Para mufassir menyatakan bahwa lafaz "...bapak-bapak mereka..." itu ditunjukkan kepada Abu Ubaydah bin al-jarrah ra yang berperang menghadapi ayahnya di laga perang Badar.

Sementara itu lafaz "atau anak- anak" ditujukan kepada Abu bakar ash-Siddiq ra yang bersiap menghadapi anak kandungnya, Abdurrahman, yang berada di barisan musyrikin Quraisy di medan perang Badar.

Setelah masuk Islam ia berkata kepada ayahnya bahwa pada saat momentum perang badar ia menyaksikan ayahnya, tapi ia menghindari sang ayah karena khawatir akan bertempur dengannya. Abu Bakar menjawab, "sedangkan aku tak akan sungkan."

Masya Allah! Sungguh jawaban seorang ayah yang begitu besar kecintaan kepada Allah ketimbang pada dunia dan seisinya, termasuk anak-anaknya.

Keluarga al-Manshuri telah meneladani sikap Abu Bakar ash-Siddiq ra. Hubungan anak dan keluarga tak ada artinya tanpa landasan cinta dan keimanan kepada Allah SWT. Kasih sayang yang dicurahkan pada anak haruslah senantiasa ada dalam koridor syariat Allah ta'ala. Mempertahankan cinta kepada anak sedangkan sang anak membangkang terhadap Allah adalah kasih sayang yang tersesatkan.

Kasih sayang pada anak tanpa landasan dien adalah cinta membabi buta. Sepertinya indah tapi sebenarnya fatamorgana. Menjerumuskan buah hati ke dalam kubang kemaksiatan dan kehancuran hidupnya di dunia dan akhirat.

Bila hal itu terjadi di masyarakat Barat yang akidah sekularisme, kita bisa memahami meskipun rasa kemanusiaan itu sebenarnya terusik. Apa yang bisa Anda katakan ketika ada seorang ayah yang mendukung anak perempuannya bermain film porno? Bukankah seorang ayah harusnya mengajarkan rasa malu dan melindungi kehormatan anak perempuannya? Tapi kepada wartawan sang ayah berkata, "selama aku hidup di dunia ini, aku bertugas untuk memotivasi dia menjadi orang terbaik yang dia bisa. Dan aku tidak bisa menghakimi dia karena melakukan hal itu (video). Dia adalah darah dagingku, aku tidak akan menghakiminya."

Hancur sudah dunia, tapi inilah yang terjadi di dunia Barat.

Penyanyi terkenal Ricky Martin yang memiliki gaya hidup menjadi gay, mengaku didukung oleh kedua orang tuanya. Menurutnya sang ayah berkata kepadanya, "kemari, beri aku ciuman lalu pergi bebaslah dan berbahagialah..." Naudzubillah min dzalik!

Hubungan anak dengan orang tua karena ikatan darah atau genetik sebenarnya amat lemah. Lemah selemah sarang laba-laba. Ikatan keimananlah yang paling kuat yang akan meningkat cinta ayah dengan anak-anak mereka. Imanlah yang menautkan seorang ayah dengan anaknya. Ikatan genetis hanya sebatas fisik tapi ikatan akidah menentukan status yang sesungguhnya. Perhatikanlah bagaimana Allah SWT mengingatkan para ayah bahwa kelak di hari akhir anak-anak tak lagi berarti bagi mereka.

"(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna." (TQS. As-Syura [26] : 88)

"Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (TQS. Al-Mumtahanah [60]:3)

Tetapi anak dan keturunan yang iltizam, berkomitmen dengan dien-Nya sungguh akan memberikan kemudahan bagi kedua orang tuanya. Doanya di dunia akan dikabulkan oleh Allah SWT dan tetap akan berlimpah kepada orang tuanya sekalipun mereka telah meninggal.

"Jika manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal,... anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya." (HR. Muslim)

Allah pun akan mengumpulkan kedua orang tua bersama anak-anak mereka didalam jannah nya kelak. Limpahan kebaikan atas keistiqomahan mereka di jalan Allah, dan perjuangan ayah bunda mereka dalam mengayomi anak-anak mereka untuk menggapai ridha-Nya.

"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) Surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh dari bapak- bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu." (TQS. Al-Ra'du: 22-23)

Bersambung...

Ditulis kembali oleh: Munamah

Disadur dari buku: DNA Generasi Pejuang (Bagian Pengantar Penulis), Bogor, Cetakan ke-1, Maret 2017.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar