Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya (Bagian Tiga, Selesai)

Topswara.com -- Abdullah bin Hisyam berkata:

Kami bersama Nabi SAW, sementara beliau memegang tangan Umar bin al-Khathab. Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Nabi SAW berkata, “Tidak bisa! Demi Allah hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka Umar berkata, “Sesungguhnya mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi SAWbersabda, “Sekarang engkau telah benar wahai Umar.” (HR. al-Bukhari)

Imam Nawawi menukil dalam Syarah Muslim tentang arti cinta kepada Rasulullah SAW, dari Abû Sulaiman al-Khathabiy. Dalam syarah itu dikatakan, “...Engkau tidak dikatakan benar-benar mencintaiku hingga dirimu binasa dalam taat kepadaku, dan engkau lebih mementingkan ridhaku daripada hawa nafsumu, meski engkau harus binasa karenanya.”

Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, ia berkata:

Aku berkata kepada ‘Abidah, “Aku memiliki sebagian dari rambut Nabi SAW. Kami menerimanya dari Anas bin Malik atau dari keluarga Anas.” Maka ‘Abidah berkata, “Sungguh, satu lembar rambut Nabi SAW yang ada padaku lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a:

Maka Abû Bakar berkata, “Demi Allah, sungguh aku lebih cinta bersilaturrahmi kepada kerabat Rasulullah SAW daripada kepada kerabatku.” (HR. al-Bukhâri)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., ia berkata:

Suatu hari telah datang Hindun binti Utbah, ia berkata, “Wahai Rasulullah! Tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang lebih aku sukai agar mereka terhina melebihi penghuni rumahmu. Kemudian hari ini tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang lebih aku sukai untuk menjadi mulia dari pada penghuni rumahmu." (Mutafaq ‘alaih)

Diriwayatkan dari Thâriq bin Shihâb, ia berkata:

Aku pernah mendengar Ibnu Mas’ud berkata, “Aku bersama al- Miqdad bin al-Aswad menghadiri tempat pertemuan. Sungguh menjadi temannya lebih aku sukai dari pada menentangnya.” 

Orang itu datang kepada Nabi SAW, sementara Nabi SAW sedang berdoa untuk kehancuran kaum musyrik. Ia berkata; Kami tidak akan mengatakan sebagaimana perkataan kaum Musa, “Pergilah engkau dan Tuhan-mu untuk berperang”. Tapi kami akan berperang di sebelah kananmu, di sebelah kirimu, di depan dan di belakangmu. Maka aku melihat wajah Nabi SAW dan perkataannya bersinar-sinar." (HR. al-Bukhari)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Sa’ad pernah berkata:

"Ya Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang lebih aku sukai untuk diperangi karenamu daripada suatu kaum yang mendustakan Rasul-Mu dan mengusirnya." (Mutafaq ‘alaih)

Diriwayatkan dari Abû Hurairah r.a bahwa Tsumamah bin Tsa’al berkata:

"Ya Muhammad, demi Allah, dulu tidak ada di muka bumi ini satu wajah pun yang paling aku benci melebihi wajahmu. Tapi, akhirnya wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai. Demi Allah, dulu tidak ada suatu agama pun yang paling aku benci daripada agamamu, tapi sekarang agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Demi Allah, dulu tidak ada suatu negeri pun yang paling aku benci daripada negerimu, tapi sekarang negerimu menjadi negeri yang paling aku cintai." (Mutafaq ‘alaih)

Ditulis kembali oleh: Achmad Mu'it

Disadur dari buku: Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Jakarta, Cetakan ke-5, April 2008
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar