Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akhir Perjalanan Sang Mantan Roker, Ustaz Hari Moekti [1957-2018] Dai mantan Roker


Topswara.com -- Di puncak kariernya sebagai roker ia putar haluan menjadi seorang
Muslim yang taat. Bukan perkara gampang untuk merubah gaya hidupnya 180 derajat.

Meski sudah beberapa saat meninggal, keteladanan Ustaz Hari Moekti tetap menjadi perbincangan berbagai kalangan termasuk para ulama.

“Saya menangis ketika hadir di acara pemakaman Ustaz Hari Moekti. Subhanallah liwa rayah itu. Seumur hidup saya baru mengalami sekali ini (menghadiri pemakaman dipenuhi dengan kibaran liwa dan rayah, red). Ada yang bertanya pada saya, ‘Pak Kiai nanti kalau meninggal, mau dimakamkan seperti ini?’ Saya jawab: ‘Siap!’” ujar Ketua MUI Kota Depok KH Ahmad Nawawi dalam forum Liqa Syawal Ulama dan Muhibin, Ahad (8/7/2018) di Pondok Pesantren Ahsanu Amala, Beji, Depok.

Kiai Nawawi sulit membayangkan bagaimana seorang roker nomor satu di Indonesia saat itu bisa meninggalkan dunia glamornya.

“Saya ngebayangin kalau saya Hari Moekti di tahun 1990-an, rasanya sayang banget meninggalkan kontrak menyanyi. Gajinya itu 90 juta per bulan. Satu dolar saat itu masih Rp 2.500, kalau sekarang satu dolar Rp 14.400 sekitar 500 juta-an lah per bulan. Dia pun harus membayar denda Rp 2 miliar karena memutuskan kontrak. Kalau kata iblis bagaimana? ‘Hai Hari Moekti, jangan putuskan kontrak, sayang,” ungkapnya.

Tapi Hari Moekti pun lebih memilih hijrah dengan membuang itu semua. Bukan perkara gampang untuk merubah gaya hidupnya 180 derajat.

Kepada sekitar 50 kiai, ustaz dan aktivis dakwah, Kiai Nawawi pun menceritakan pesannya terhadap salah satu putra Ustaz Hari Moekti pada 25 Juni 2018 sesaat usai pemakaman almarhum di Cikereteg, Bogor.

Kang Hari, begitu sapaan akrabnya, meninggal dunia setelah serangan jantung pada 24 Juni malam pukul 20.49 saat sedang bersiap berceramah di Masjid ABRI Jalan Raya Gatot Subroto Cimahi pada pagi harinya. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan.

“Saya sampaikan kepada putra beliau, ‘Ayahmu walau sudah wafat tetap berdakwah. Bayangkan! Sudah di alam kubur saja tetap berdakwah dengan bendera liwa dan rayahnya. Teruskan perjuangan ayahmu Nak!” ungkapnya.

Seperti diakui Moekti Chandra, adik Kang Hari, sebelum berpulang almarhum berwasiat ketika meninggal ingin ditutupi rayah dan jangan ada bendera kuning.

Awal Hijrah

Awal tolak hijrahnya Kang Hari bermula pada Ramadhan 1995. “Aku diundang dalam acara dialog interaktif ‘Buka Puasa Bersama Artis’ di SMAK Analisis Kimia Bogor. Saat itu dialog dengan Adi Maretnas dengan moderator Muhammad Syamsul Arifin. Adi ini kok pinter banget, pikirku. Masih muda tapi otaknya seperti kiai saja, karena semua argumenku terbantahkan,” ujar Kang Hari kepada
Media Umat pada 2009 lalu.

Usai acara, Kang Hari diajak mengaji secara rutin kepada Syamsul Arifin. Kang Hari bertanya, boleh enggak mengaji di tempat lain. Syamsul membolehkan yang penting Hari Moekti punya pemahaman kepemimpinan berpikir (qiyadah fikriyah). “Pemimpin kita itu bukan perasaan tetapi pikiran kita yang diatur oleh syariah Islam. Jadikanlah Islam sebagai kepemimpinan berpikir,” tandasnya menirukan ucapan Syamsul.

Seperti Lilin

Sejak saat itu, Hari dibina seorang ustaz muda secara rutin dengan berbagai dalil. Di antaranya Surat Al-Mulk ayat 2, “Agar Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang amal perbuatannya paling sempurna”. Hari sebagai artis banyak amalnya. Membangun masjid, sunatan massal, sedekah menyekolahkan anak-anak orang miskin tetangganya dan menyantuni anak yatim.

“Sindiran apa yang didapat? Hari Moekti itu bagaikan lilin yang menyala bermanfaat menerangi lingkungan tetapi tubuhnya terbakar. Artinya, pikiranku, hartaku, tenagaku, itu bermanfaat bagi orang lain tetapi akan mencelakakanku di akhirat, karena tidak mendapat ridha Allah,” ungkapnya menyampaikan teguran Syamsul.

Benarkah amalnya selama ini tidak diridhai Allah? Hari terus mencari jawaban. Ayat Al-Mulk itu ternyata menjelaskan bahwa ahsanu amalan (perbuatan terbaik) itu harus dilandasi dengan niat ikhlas dan cara yang benar berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW.

“Aku lalu berpikir, apakah waktu menyumbang niatku ikhlas dan memperolehnya dengan benar? Dari situlah aku belajar memahami Surat Al-Fatihah, Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah yang mengatur alam semesta. Maknanya, tidak layak dipuji, tidak layak memuji selain Allah. Sebagai artis, aku selalu ingin dipuji, selalu ingin memuja selain Allah. Sedangkan orang yang ihsan itu Mukmin yang beribadah, semata-mata hanya karena Allah,” beber Hari.

Orang ikhlas itu selalu menutupi amal shalihnya sebagaimana ia menutupi keburukannya. Seperti orang yang kentut tanpa suara tapi baunya ke mana-mana. Pasti malu bila ketahuan kentut. Agar tidak ketahuan, pura-pura tidak merasa kentut. Jadi kalau orang ikhlas itu amal shalihnya bila tercium orang lain pura-pura tidak tahu. Kalau aku, saat itu, malah senang diberitakan di radio, televisi dan koran. Harusnya seperti orang yang kentut tadi, ia berharap agar baunya cepat-cepat hilang, bersyukur kalau tidak ada orang yang mengetahui kalau ia yang kentut.

“Lantas apakah harta yang kuperoleh itu dari jalan yang benar? Pertanyaan itu berkecamuk dalam benakku,” ungkap Hari.

Hari pun benar-benar merenungi kembali Surat Al Fatihah. Ihdinashirathal mustaqiim, tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu sirathal ladziina an’amta ‘alaihim, jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yakni Nabi-nabi dan para pengikut setianya.

Bukti sebagai pengikut setia itu ya tentu saja yang mengikuti Nabi Muhammad SAW. Karena, tidak beriman seseorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang kubawa, begitu sabda Nabi SAW. Apa yang Nabi Muhammad SAW bawa? Yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Yang kemudian diijtihadi oleh para mujtahid dan diperkenalkanlah kepada umat sebagai syariah Islam dengan hukum yang lima itu, wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Ghairil maghdhubi ‘alaihim, dan bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai.

“Mengapa kaum Yahudi dimurkai padahal mereka adalah orang-orang yang cerdas?” tanya Hari.

“Ya karena kecerdasannya dipakai untuk merusak umat Islam. Jadi artis sebenarnya adalah ujung tombak Yahudi untuk menyebarkan paham setan, di antaranya adalah seks bebas dan sinkretisme agama,” jawab Syamsul.

“Jadi aku harus meninggalkan dunia artis ini?” tanya Hari. “Oh terserah Kang Hari, Ente kan sudah paham tentang qadha dan qadar bahwa hidup itu pilihan,” jawab Syamsul.
Hari Moekti pun berdoa. “Ya Allah berikan aku kekuatan untuk mampu meninggalkan apa saja yang Engkau tidak sukai dan gantikanlah aktivitas kehidupanku ke aktivitas yang Engkau ridhai.”

Doa itu dipanjatkan di Padang Arafah ketika ibadah Haji awal tahun 1996. Pulang naik haji, Hari berubah total. Tanpa ragu ia tinggalkan dunia artis ketika kontrak sinetron dan iklan tinggal ditandatangani saja. “Bahkan kontrak menyanyi yang sedang berlangsung, kubatalkan. Karena aku paham, dunia artis itu banyak keharamannya,” bebernya.

Memang, hukum nyanyinya sih mubah tetapi aktivitas lainnya yang terkait nyanyi banyak haramnya. “Aku baru naik panggung saja, para penonton sudah mabuk. Campur baur laki-laki dan perempuan. Aku nyanyi, yang  
memujaku, jatuh syirik nantinya. Si penyanyinya itu, tidak bisa dihilangkan dari rasa ingin dipuji, ujub namanya. Itu yang aku rasakan. Dua belas tahun aku sebagai artis dipuja-puja setan. Ternyata, saat itu, aku juga setan. Astaghfirullah,” renungnya.

Satu setengah tahun sejak dialog di SMAK itu, Hari barungeh bahwa ustaz muda itu adalah aktivis sebuah kelompok Islam kaffah. “Kemudian aku diminta bergabung berdakwah, berjuang bersama untuk menyadarkan umat agar mau menegakkan kembali institusi politik Islam yakni Khilafah Islam. Aku jawab, kenapa tidak dari dulu saja Taz!” pungkasnya.


Sumber: Taat Syariat Hingga Akhir Hayat (10 Kisah Menggugah Pejuang Khilafah yang Istiqamah Hingga Berkalang Tanah)
Joko Prasetyo, Tim Follback Dakwah, 2019
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar