Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Atasi Ancaman Varian Baru Covid-19


Topswara.com -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, saat ini DKI Jakarta sedang berhadapan dengan varian baru Covid-19. Dia menyebut, varian baru menyebabkan sebaran Covid-19 di Jakarta menjadi lebih cepat meluas. Sehingga patut untuk diwaspadai bersama (Kompas.com, 16/6/2021).

Pandemi Covid-19 belum berakhir, kita kembali dikagetkan dengan kabar varian baru Covid-19  yang lebih ganas dan tingkat penyebarannya lebih cepat dan luas.

Ibarat pepatah, sudah jatuh ketimpa tangga pula. Begitulah nasib kesehatan manusia di alam sekuler kapitalisme saat ini. Saat pandemi datang, tidak memiliki persiapan yang mumpuni dan bingung bagaimana cara menghadapinya.  

Alhasil, pandemi terus terjadi tanpa ada tanda-tanda berhenti. Alih-alih kasus orang terpapar sakit dan meninggal di masa pandemi menurun,  yang terjadi adalah lonjakan kasus orang terpapar virus penyebab timbulnya pandemi ini. Malah dengan angka kasus berlipat dan belum juga menunjukan tanda-tanda pandemi akan berakhir.  Plus ada tambahan varian virus baru di masa pandemi ini.  

Sungguh malang nasib rakyat. Sudahlah pandemi menyebabkan banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan gulung tikarnya bsnyak tempat usaha. Keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi pun disinyalir tidak begitu serius dengan tetap membuka penerbangan luar negeri yang menyebabkan sumber virus baru dari luar negeri berdatangan ke Indonesia.

Padahal jamak diketahui, jika bibit penyakit apalagi bentuknya wabah sudah masuk, dipastikan akan sulit untuk mengantisipasinya. Apalagi jika sudah menyebar merata di tengah masyarakat. Sebagai bukti, hampir di semua tempat ditemukan kasus Covid-19, apalagi di Jakarta temuannya sudah bukan hanya Covid-19 namun juga varian baru Covid-19.

Padahal jamak diketahui, jika sudah sampai Jakarta, maka varian apa pun akan mudah tersebar merata ke seluruh penjuru negeri.  Harga yang terlalu mahal untuk ditebus, sebab nyawa taruhannya.

Berkaca dari lonjakan kasus dan ditemukannya varian baru Covid-19 di Jakarta, maka pemerintah baik pusat maupun daerah wajib untuk bersungguh-sungguh mengupayakan seluruh upaya demi menyelamatkan masyarakat dari bencana Covid-19 dan varian barunya. Dengan upaya yang mumpuni yang dapat menyelesaikan masalah tanpa masalah.

Namun berharap pada upaya yang mumpuni dalam menyelesaikan serangan virus dimasa pandemi ini, akan sulit dilakukan dalam sistem sekularisme kapitalistik seperti saat ini. Sebab landasan dalam penyelesaian kasusnya adalah untung-rugi. Sehingga banyak keluar kebijakan dalam menyelesaikan lonjakan kasus Covid-19 ini yang pro terhadap kapitalis, dan merugikan rakyat banyak, semisal  tes berbayar dalam penentuan positif tidaknya atau terpapar tidaknya seseorang oleh virus. Sebab minimnya dana kesehatan untuk masyarakat dan masifnya bisnis kesehatan di bidang pelayanan jasa dan alat kesehatan. 

Karena itu, masalah tidak pernah selesai, malah melonjak tajam. Sebab pemerintah tidak memiliki dana mumpuni untuk mengurusi urusan kesehatan seluruh warga masyarakatnya, tanpa kecuali. Sebab itu, kasus Covid-19 tidak akan pernah tuntas penanganan dalam sistem sekularisme kapitalisme. 

Yang terjadi malah seolah pemeliharaan atas kasus tersebut, sehingga Covid-19 akan senantiasa ada. Manusia yang selamat dari serangan wabah ini adalah manusia yang memiliki tingkat imun terbaik saja. Atau kalau boleh dikatakan adalah orang yang belum didatangi oleh malaikat maut yang akan selamat dari ancaman virus penyebab timbulnya pandemi ini.   

Alhasil,  kembali kepentingan dan kebutuhan rakyat akan kesehatan dijadikan tumbal akibat kesalahan dalam penerapan sistem kehidupan oleh pemerintah dan negara. 

Hal yang sangat jauh berbeda,  jika kita hidup dalam sistem Islam yang penuh berkah. Pandemi akan dihadapi dengan serius oleh negara dengan penanganan yang mumpuni.  Penangan yang bisa menyelesaikan masalah dengan tuntas. 

Seperti saat terjadinya pandemi muntah darah dalam masyarakat Islam dimasa kepemimpinan Rasulullah SAW dan masa kepemimpinan Umar bin Khattab ra,  yang menyerang di wilayah Syam hingga membuat sahabat Abu Ubaidah Al- Jarrah ra wafat sebab terkena wabah tersebut,  juga beberapa sahabat lainnya. 

Khalifah Umar bin Khattab ra mengambil kebijakan srategis  untuk menghadapi serangan wabah tersebut sesuai tuntunan ajaran Rasulullah SAW.  

Alhasil pandemi benar-benar berakhir, dan masyarakat Islam dibawah kepemimpinannya bisa diselamatkan melalui kebijakan publik Khalifah Umar bin Khattab ra yang mumpuni. Padahal saat itu, wilayah kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab ra begitu  luas, hingga sampai wilayah kekuasaan imperium Persia dan Romawi.  

Artinya manusia yang diurusinya pun banyak dan sangat beragam atau heterogen, manusia berikut keseluruhan kebutuhannya, mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Semua diurusi dan diperhatikan dengan baik oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Artinya rakyat dibawah kepemimpinan Umar bin khattab ra,  hidup aman, sehat dan sejahtera, bahkan di masa pandemi sekalipun. 

Artinya, sebetulnya telah ada contoh baik yang mumpuni dalam menghadapi serangan wabah disebuah masa pandemi, yaitu contoh riil dari baginda Rasul SAW dan para sahabatnya yang mulia.

Pun telah ada contoh sistem yang baik yang mampu menghadapi serangan wabah dalam sebuah masa pandemi.  Dengan penanganan yang mumpuni, sehingga kasus sebaran wabah menjadi selesai tanpa berulang-ulang.  Dan sistem itu adalah sistem Islam warisan Baginda  Rasul SAW.

Jika ada contoh yang baik dalam sistem dan teknik penanganan wabah dalam sebuah masa pandemi, maka selayaknya kita mengambil dan menerapkan sistem dan teknik penanganan yang baik tersebut. Bukan malah bertahan dan berkutat dalam sistem rusak penyebab banyak masalah sehingga pandemi tidak pernah usai dan terjadi berjilid-jilid seperti saat ini di sistem sekuler kapitalisme.

Wallahualam.


Oleh: Ayu Mela Yulianti, S.Pt.
(Pemerhati Generasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar