Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memelihara Al-Qur’an (Bagian Dua)



Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. al-Bukhâri dari Utsman bin Affan r.a)

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa “alif lam mim” adalah satu huruf. Akan tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim juga satu huruf." (HR. at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, dan hadis ini shahih)

Orang yang mahir dengan Al-Qur’an akan bersama-sama dengan rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Dan orang yang membaca Al-Qur’an tapi terbata-bata dan sangat berat baginya, ia akan mendapatkan dua pahala. (HR. Muslim dari ‘Aisyah, Ummul Mukminin RA)

"Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada Al-Qur’an sedikit pun (yang dia hapal) bagaikan rumah yang akan roboh." (HR. At-Tirmidzi, Ia menshahihkannya dan ini adalah hadis shahih).

"Bacalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat kelak memberi syafa’at (pembelaan) bagi ahlinya." (HR. Muslim dalam kitab shahih-nya, dari Abû Umamah al-Bahili RA)

"Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi pembela dan bisa diminta pembelaan, ia adalah kitab yang mâhil dan mushaddaq. Pertama, siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an ada di depannya. Kedua, maka ia akan menuntunnya ke surga. Tapi siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an di belakangnya. Ketiga, maka ia akan menggiringnya ke neraka." (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Jabir bin Abdullah ra. Dan riwayat Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman dari Jabir dari Ibnu Mas’ud ra. Ini adalah hadis shahih)

Pertama, Muhammad Abû Bakar bin Abdul Qadir ar-Raji dalam kamusnya Mukhtar Shihah berkata, “Mâhil artinya Al-Qur’an yaitu kitab yang akan menyeret pembacanya menuju Allah SWT jika tidak mengikuti apa yang ada di dalamnya. Menurut pendapat lain, arti mâhil adalah mujadil, artinya yang mendebat (kebatilan). Mushaddaq artinya yang dibenarkan. Jika dibaca mushaddiq artinya yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, penj.

Kedua, menjadikannya sebagai imam dan pedoman. Ketika ia akan berbuat apa pun senantiasa melihat dulu Al-Qur’an yang ada di depannya, penj.

Ketiga, menjadikan Al-Qur’an di belakangnya maksudnya adalah tidak mengamalkannya dan tidak menjadikannya sebagai pedoman hidupnya. Ketika ia berbuat apa pun tidak melihat dulu kepada Al-Qur'an karena ada di belakangnya. Dalam riwayat lain dikatakan, Waro-a Dzohrihi artinya di balik pundaknya. Jadi meskipun ia menoleh ke belakang tetap saja Al- Qur’an tidak akan kelihatan.

Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum (menuju kemuliaan, penj.) dengan Al-Qur'an ini dan dengannya pula Allah akan menjatuhkan kaum yang lain (menuju kehinaan, penj.). (HR. Muslim)

Abû Dawud dan at-Tirmidzi telah mengeluarkan hadis yang shahih bahwa Rasulullah bersabda,

Kelak (di akhirat) akan dikatakan kepada Shahibul Qur'an (orang yang senantiasa bersama-sama dengan Al-Qur'an, penj.), "Bacalah, naiklah terus dan bacalah dengan perlahan-lahan (tartil) sebagaimana engkau telah membaca Al-Qur'an dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca".

"Bacalah Al-Qur'an dan beramallah dengan Al-Qur'an, janganlah kalian menolaknya, janganlah berlebih-lebihan di dalamnya (membaca dan mengamalkan). Janganlah makan (dari Al-Qur'an) dan janganlah menumpuk-numpuk harta dengannya." (HR. Ahmad, ath-Thabrâni, dan yang lainnya dari Abdurrahman bin Syibli ra. Ini adalah hadis shahih).

Keempat, maksudnya kelak di akhirat tempatnya tergantung pada sedikit banyaknya bacaan Al-Qur'an di dunia. Semakin banyak, maka akan semakin tinggi, sehingga dalam hadis itu dikatakan “naiklah.”

"Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Utruja, rasanya enak baunya harum. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah tamrah (kurma), rasanya enak tapi tidak wangi. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah handzalah, baunya tidak harum dan rasanya pun pahit." (HR. al-Bukhâri dan Muslim dari Abû Mûsâ al-Asy’ari ra.)

"Peliharalah (hafalan) Al-Qur'an! Sebab, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya Al-Qur'an lebih cepat lepasnya (dari ingatan) daripada lepasnya unta dari tambatannya." (HR. al-Bukhâri dan Muslim dari Abû Mûsâ al-Asy’ari, RA)

Itulah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi yang mulia, yang menjelaskan kedudukan yang agung bagi Al-Qur’an dan bagi pengemban Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis tersebut telah mendorong pengemban Al-Qur’an untuk menelaahnya, mengamalkannya serta senantiasa memeliharanya, di saat mereka di rumah atau ketika sedang di perjalanan. 

Dengan begitu, Al-Qur’an akan menjadi sebuah kekuatan dalam menempuh seluruh jalan kebaikan. Mereka tidak akan menyimpannya di rak hingga dipenuhi debu. Mereka pun tidak akan menghiasinya kemudian menyimpan di lemari, lalu dikunci hingga melupakannya. 

Marilah kita minta perlindungan kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu marilah kita memelihara Al-Qur’an, wahai saudara-saudaraku. Mari kita bergegas untuk membacanya dengan benar, menelaahnya dengan benar, mengamalkannya dengan benar, dan terikat padanya dengan benar; agar rasa kita menjadi enak dan bau kita menjadi harum mewangi. Melalui semuanya tadi, marilah kita menjadi barisan pertama dalam mengemban dakwah di dunia ini, mudah-mudahan kita menjadi barisan pertama kelak di surga dan hari akhir, ketika dikatakan nanti, “Bacalah dan naiklah terus!” 

Dengan demikian semoga kita termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah Yang Agung, dan meraih kebahagian yang tiada taranya, serta berhak mendapatkan ridha Allah SWT. Allah berfirman,

"Bergembiralah wahai orang-orang yang beriman." (QS. al-Ahzâb [33]: 47)

Ditulis kembali oleh: Achmad Mu'it

Disadur dari buku: Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Jakarta, Cetakan ke-5, April 2008
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar