Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Krisis Pangan dan Konflik Melanda, Potensi Kelaparan dan Kesenjangan Mendunia


Topswara.com -- Berbicara tentang pangan tentu berhubungan dengan makanan. Mendengar makanan berarti sesuatu yang bisa dimakan dan mengenyangkan. Disadur dari buku Diskursus Islam Politik & Spiritual (2018), makan yang termasuk kebutuhan jasmani manusia merupakan kebutuhan mendasar (al-hajat al-asasiyyah)yang timbul akibat kerja struktur organ tubuh manusia. Jika kebutuhan dasar tersebut tidak dipenuhi, maka struktur organ tubuhnya akan mengalami gangguan dan bisa mengakibatkan kerusakan bahkan sampai kematian, contohnya rasa lapar. 

Krisis Pangan Mengancam Dunia

Tersiar berita beberapa waktu terakhir, ancaman krisis pangan melanda di berbagai belahan dunia. Krisis pangan melanda di negeri penuh konflik Suriah menjadi problem kehidupan yang masih berlangsung hingga saat ini (Republika, 31/05/2021). 

Adanya kenaikan harga roti, pembatasan jumlah roti bersubsidi yang dapat dibeli warga dari pemerintah, serta kekurangan produksi gandum menyebabkan warga kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadikan roti sebagai barang berharga yang jadi rebutan warga. 

Hal senada juga terjadi di Myanmar, ancaman krisis pangan dan kelaparan sangat ekstrem. Adanya kenaikan harga telah menghantam daerah terpencil di dekat perbatasan Cina dengan sangat keras. Ekonomi dan sistem perbankan nasional negeri itu telah lumpuh karena  konflik kudeta perebutan kekuasaan militer. Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan dalam enam bulan ke depan. (Lenterasultra, 29/05/2021). 

Menurut data WHO per 2021, beberapa region di Asia, termasuk di dalamnya Indonesia bahwa tercatat sekitar 381 juta orang berada dalam kondisi kelaparan. Hal ini terjadi  karena tidak terpenuhinya pangan dan gizi.  (wartaekonomi, 20/01/2021). 

Dominasi Kapitalisme Penyebabnya

Dari sekian persoalan kehidupan manusia sekarang ini, tidak bisa dipungkiri penyebabnya bermuara pada satu sumber yakni kapitalisme. Benar saja, ideologi kapitalisme yang lebih terkenal dengan sistem ekonominya memberikan kebebasan yang besar untuk setiap pelaku ekonomi melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan pribadi atas sumberdaya ekonomi atau faktor lainnya. 

Dengan menggunakan metode globalisasi, sekelompok bangsa yang memiliki kekuatan adidaya berani melakukan eksploitasi dan dominasi mengeruk kekayaan sumberdaya alam negara-negara lain di muka bumi ini. Sehingga selalu saja kita menyaksikan dan mendengar bahwa negeri penjajah selalu sejahtera dibanding negeri terjajah.

Kesenjangan pun semakin nyata dengan adanya perbedaan besar antara penduduk dunia yang kekurangan pangan terhadap negara kapitalis yang berkelebihan pangan. 
Sistem ekonomi kapitalis berlandaskan pada beberapa pilar, antara lain:  yang pertama, hak milik swasta dengan mengadakan berbagai perjanjian tanpa campur tangan pemerintah mereka bebas melakukan kegiatan ekonomi.

Kedua, individualisme ekonomi dengan menjamin setiap individu berhak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi melalui berbagai sumber daya yang ada dengan cara legal.

Ketiga, persaingan pasar Bebas dengan melakukan kompetitif mekanisme pasar demi meraih keuntungan yang besar. 

Ibarat kerbau yang mencari makan, ia hanya makan rumput sekadar untuk mengenyangkan perutnya kemudian berhenti. Berbeda jika manusia mencari makan. Hutan belantara pun sanggup dibabat, puncak gunung pun sanggup dikeruk, laut yang luas pun sanggup dikuras. Itulah watak manusia serakah ala kapitalis yang berani melakukan aktivitas ilegal demi memperoleh keuntungan yang legal. Na'udzubillah.

Padahal Allah ﷻ sudah mengingatkan manusia akibat dari kerusakan bumi yang ditimbulkan tertuang dalam firman-Nya :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."(QS. Ar-Rum [30] : 41)

Solusi Islam dalam Sektor Pertanian

Berbeda dari kapitalis yang memiliki tabiat merusak. Islam justru selalu hadir dengan solusi fundamental dalam hal menangani kebutuhan pokok pangan dan ancaman krisis pangan. Sektor pertanian memiliki peran strategis yang memang harus didukung oleh negara, seperti memenuhi ketersediaan pangan bagi rakyat (peran ketahanan pangan). Menyerap tenaga kerja yang banyak (peran ekonomi), serta menjamin kemandirian negara (peran politik keamanan). 

Semua ini mendukung kepemimpinan dalam Islam yang memberikan amanah kepada seorang khalifah. Pemimpin yang bertanggung jawab penuh atas terpenuhinya kebutuhan pokok setiap rakyat yang dipimpinnya. Baik itu pangan, sandang, papan, keamanan, kesehatan serta pendidikan.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ 
"Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dia urus." (HR al-Bukhari dan Muslim)

Apalagi seorang Muslim yang meyakini bahwa setiap pemberian Allah adalah rezeki, sehingga memanfaatkan alam untuk kebutuhan hidup berarti semakin menambah keyakinannya akan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Sebagaimana dalam firman Allah ﷻ yang artinya : 
“Dan suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah SWT) bagi mereka adalah bumi yang mati (kering dan tandus, lalu) Kami menghidupkannya (dengan air hujan) dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. Dan Kami (juga) telah menjadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka tidakkah mereka bersyukur?” (TQS. Yasin []: 33-35)

Begitu juga hadis dari Jabir bin Abdullah ra, dia bercerita bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya." (HR Imam Muslim)

Penegasan Al-Qur'an dan amanat Nabi melalui hadisnya menunjukkan bahwa pertanian amat penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Kebutuhan atas makanan merupakan kebutuhan primer. Ukuran kemakmuran suatu bangsa juga dinilai atas pemenuhan terhadap kebutuhan dasar warganya, dan yang paling utama ialah pangan. 

Sangat mustahil jika sebuah bangsa yang masih terdapat kelaparan atau kekurangan bahan makanan disebut makmur meskipun telah mencapai kemajuan dalam pembangunan di berbagai bidang. Inilah yang harusnya dijiwai oleh segenap Muslim, bahwa pertanian selain berdimensi duniawi,  juga berdimensi ukhrawi karena ada kemanfaatan yang bernilai jariyah dan terhitung pahala ketika dikelola dengan benar. 

Maka dari itu, merupakan kewajiban bagi negara untuk menjaminnya melalui hukum-hukum dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh syariat. 

Wallahu a'lam bisshawab.


Oleh: Siti Alfina, S. Pd 
(Aktivis Muslimah) 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar