Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Advokat: Survei SMRC Itu Culas!


Topswara.com -- Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menyebut mayoritas responden setuju dengan pembubaran organisasi Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dinilai Advokat Muslim Ahmad Khozinudin, S.H. sebagai survei culas untuk menutupi kebobrokan rezim Jokowi.

“Survei yang dilakukan oleh SMRC adalah survei culas. Survei citra untuk menutupi kebobrokan rezim Jokowi,” tuturnya kepada Topswara.com, Rabu (07/04/2021).

Menurutnya, survei tersebut menakut-nakuti umat agar tidak ikut cawe-cawe dalam urusan politik. “Untuk meredam kemarahan umat, menjauhkan umat dari dakwah amar maruf nahi munkar dan mendiamkan berbagai kezaliman yang terjadi,” ujarnya.

Ia menilai survei tersebut untuk membangun opini yang menguntungkan rezim. “Survei yang dilakukan oleh lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dapat dipahami sebagai sarana untuk membangun opini tertentu yang menguntungkan rezim Jokowi," tandasnya.

Menurutnya, hal itu dapat dibaca melalui beberapa penalaran yakni, pertama mengarahkan opini publik agar menjauhi politik dan ajaran Islam. “Target dari framing opini ini adalah agar umat diam, umat bungkam, umat ditakut-takuti kekerasan aparat dan umat dijauhkan dari ajaran Islam yakni dakwah amar maruf nahi munkar. Endingnya, rezim Jokowi bebas berbuat zalim tanpa ada kontrol dari umat," bebernya.

Kedua, Ahmad menilai survei tersebut membangun opini agar fakta tentang kriminalisasi ulama. “Kriminalisasi ajaran Islam melalui sejumlah penangkapan tokoh dan ulama Islam seperti, Habib Rizieq Shihab, Gus Nur, Ustaz Sobri Lubis dan lain-lain serta framing jahat ajaran Islam khususnya khilafah yang menjadi sekedar narasi opini bukan fakta,” ungkapnya.

"Padahal itu semua adalah fakta dan nyata terjadi di era rezim Jokowi. Bagaimana mungkin, fakta yang nyata ini hendak dikerdilkan hanya sebatas opini berdalih hasil survei SMRC?" tanyanya.

Ketiga, menurutnya, ada upaya pecah belah dan adu domba dengan membuat klaster dukungan kelompok pro Anies, warga DKI Jakarta, PAN, PKS terhadap isu HTI, FPI dan pembantaian 6 laskar FPI. 

"Seolah-olah yang tak rida dengan kezaliman rezim, kebiadaban aparat hanyalah  kelompok pro Anies, warga DKI Jakarta, etnik Betawi, PAN dan PKS," pungkasnya. [] Faizah.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar