Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hijrah Mencari Ridha Illahi



Suara musik dangdut yang diputar sangat keras setiap harinya selalu mengiringi, suara mesin jahit yang terdengar begitu bisingnya tak kalah menyuarakan kerasnya kehidupan ini.

Suasana itu ketika saya berkerja di sebuah perusahaan garmen, ya bisa disebut termasuk perusahaan bonafide di Kota Ungaran. Saya waktu itu bekerja sebagai Quality Control  (QC) kemudian cek kualitas dari output garmen (pakaian) yang dihasilkan oleh operator jahit. Kerja sama tim sangat diperlukan dan pastinya target harus terkejar, di sinilah terbentuk watak macan dimulai. Untuk mengejar target tadi segala daya dan upaya dilakukan oleh line leader (pemimpin line bisa disebut mbok-mbokannya/ibu yang bertanggung jawab di line), tak jarang yang dilakukan mereka penuh intrik dan dengan cara busuk.

Singkat cerita saya bertemu dengan mbak Freny, anak Bu Indekos yang sering banget mengajak kajian, dan pada saat itu juga saya dikenalkan musrifah yang sangat amazing, Umi Nisa sapaan akrabnya. Beliau jalan yang membuka, dari sifat saya yang tadinya materialistis sentris, menjadi lebih baik (semoga selalu progres jadi lebih baik). Mbak Freny dan Umi Nisa dua orang yang berarti diawal proses hijrah saya.

Kurang lebih kajian dengan Umi Nisa berjalan satu tahun lamanya, saya baru sadar berjalan di atas muka bumi Allah ini dengan keangkuhan dan kesombongan. Mengabaikan hukum Allah sang pencipta alam semesta.

Saya yang mengaku sebagai orang Islam baru tahu apa itu yang namanya jilbab, pakaian muslimah yang wajib dikenakan. Umi Nisa menjelaskan wajibnya Muslimah mengenaka jilbab (gamis) dan khimar ( kerudung) dalam Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur 31.

Satu ayat Al-Qur'an ini sangat berkesan sekali buat saya. Ada suka dan duka ketika saya berjuang mengamalkan satu ayat Alquran ini.
"Iman kamu itu sama teroris lebih kuat mana?" gertak supervisor QC saya (saya sedikit bengong kok sampai teroris dibawa-bawa).

Hari ketika saya dipanggil supervisor QC yang tidak mengizinkan saya memakai jilbab padahal ia juga ber-KTP Islam, waktu itu saya hanya menjelaskan jika saya ingin taat pada syariat kaitannya dengan pakaian muslimah. Tidak ingin memperkeruh suasana masalah teroris sehingga saya tidak menanggapi apa kata supervisor.

Barulah setelah saya memutuskan berjilbab, digencarkan rayuan di berbagai pihak agar saya tidak memakai jilbab dan kembali lagi pada pakaian SOP (standar operasional prosedur) pabrik. Menurut saya memang berjilbab tidak melanggar Undang-undang ketenagakerjaan, "kenapa harus mengikut atasan yang sok kuasa?" pikir saya.

Berulang kali dipanggil HRD terkait jilbab, kemudian di pindah ke tempat yang lain (satu perusahaan ada 7 pabrik, saya di pabrik ke-3 di pindah di pabrik ke-7 yang masih baru dibangun), di pindah tempat lagi ke pabrik ke-3 di lantai atas. Intinya dibuang-buang, entahlah waktu itu hanya bisa sabar dengan menguatkan hati dan tetap berdoa agar diberikan jalan terbaik.

Mulai sadar jika bukan tempat yang layak bagi Muslimah kemudian saya mengajukan resign (tapi pihak HRD menunda-nunda, kesulitan mencari karyawan karena butuh waktu training dulu). 

Hingga pada suatu hari terjadilah keributan saya dengan chief supervisor produksi, sebenarnya sudah biasa ada keributan-keributan setiap harinya. Tapi keributan yang ini beda, karena dikejar produksi dan shipmen chief tadi murka, pada intinya terjadi kesalahpahaman terkait tumpukan garmen yang berantakan, terus nuduh saya karena garmen tersebut dibelakang saya. Padahal ada petugas shipmen yang mencari garmen akan tetapi tidak dikembalikan seperti semula, habis itu pergi tanpa merapikan garmen tersebut. Hati sudah dongkol dicaci-maki, nangis juga akhirnya, saya kalo sudah nangis seharian tidak berhenti.

Saya akhirnya keluar tapi tanpa prosedur, bagi saya lebih baik dari pada terlalu lama dalam garmen, rasanya seperti neraka dunia. Melihat realitas wanita yang dieksploitasi seperti hewan, kerja rodi, dan tidak semestinya menjadi muslimah yang menjalankan tugas sebagai ummu warabatul bait, ya saya juga termasuk sebagai korban atas kejamnya sistem kapitalis .

Setiap pulang kerja saya melihat bapak-bapak yang menjemput para istrinya dan berjejeran di depan pabrik, di sistem kapitalis saat ini memang sangat sulit untuk mencari pekerjaan untuk laki-laki, jadi yang bekerja kaum perempuan, lapangan kerjapun yang dibuka banyak untuk perempuan. Kita semua sudah paham, kenapa mereka (kaum kapitalis) lebih memilih kaum perempuan untuk bekerja. Lagi-lagi ide kesetaraan gender, anak dari sistem kapitalisme Barat yang berhasil mengobrak-abrik pola sikapnya dan pola pikir manusia menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan. 

Setiap Manusia pasti mendapat ujian masing-masing untuk menaikkan derajatnya. Dalam kondisi dunia saat ini di kendalikan oleh sistem kapitalisme, ujian yang kita hadapi semakin menyengsarakan (hati-hati salah baca seperti prof itu). Oleh karena itu, saya yang semangat juang mengejar materi ternyata salah ketika saya sudah menemukan jawaban dari tujuan hidup manusia, dengan 3 pertanyaan mendasar yang wajib kita jawab agar tidak tersesat di dunia ini, Umi Nisa menjelaskan 3 pertanyaan tersebut yaitu; pertama, siapa yang menciptakan kita?, kedua untuk apa tujuan hidup ini?, ketiga akan kemana setelah mati?

Musrifah saya seringkali mengulang-ulang materi uqdatul kubra tadi sehingga mengkristal pemahaman yang saya peroleh alhamdulillah. Tujuan hidup kita telah di berikan jawaban Allah dalam Al-Qur'an di surah Az-Zariyat Ayat 56.

Teringat saat ada kelas bersama Ustaz Dwi Condro membahas tema aqidah Islamiyyah, "Orang yang tidak mau memahami, melihat, dan mendengar ayat-ayat Allah maka disamakan dengan binatang. Dengan melihat fakta manusia di muka bumi  ini ada dua tipe manusia, hati-hati kita termasuk yang mana?" tanyanya.

Ia mengatakan, pertama adalah tipe manusia sejati, yang kedua adalah tipe manusia jadi-jadian, hati-hati walaupun wajahnya manusia, tapi belum tentu dia manusia, termasuk di ruang zoom ini belum tentu semuanya manusia ya?

"Terus apa yang membedakan manusia sejati dengan manusia jadi-jadian? Jawabannya adalah jika manusia tadi yang mendorong perbuatannya adalah hawa nafsu, maka manusia tadi termasuk manusia jadi-jadian. Jika akalnya yang mendorong sesuatu perbuatan, maka manusia tadi adalah manusia sejati," tegasnya.

Saya merasa tertampar dengan pernyataan Ustaz Dwi Condro, "benarkah saya manusia sejati atau jangan-jangan saya manusia jadi-jadian?" sambil mengerutkan dahi saya berfikir keras.

Ya, saya harus memperjuangkan agama Islam ini dan senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT, terlepas dari penilaian manusia, terserah orang mau bully seperti apa. Saya putuskan lebih fokus dan semangat juang lagi seperti ketika saya mengejar materi di pabrik, walaupun shift malam, dapat cacian, mengahadapi buyer yang rewel sekali permintaan style garmen jahitannya.

Salah satu uslub (cara) perjuangan yang saya pilih adalah dengan perang pemikiran melalui tulisan untuk kembalinya kehidupan Islam. Insya Allah surga kebahagiaan hakiki yang kita dapatkan, kemudian apa alasan saya bermalas-malasan dan putus asa dalam belajar?

Untuk itu, saya pun dengan serius belajar dan mempraktikkan menulis berita perang pemikiran di situs Tintasiyasi.com. Semoga Allah SWT meridhai-Nya. Aamiin.

Oleh: Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar