Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Aduh, Biyung! Cari Kerja Kok Masih Susah Aja Ya...



Keyakinan konsumen Indonesia terpantau membaik pada November 2020. Namun bukan berarti sudah percaya diri dalam memandang kondisi perekonomian, apalagi untuk masa sekarang.

Gambaran ini diperoleh dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Pada November 2020, Survei Konsumen memperoleh hasil Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 92. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 79 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Maret 2020.

Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Jika masih di bawah 100, maka artinya konsumen belum optimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan. Jadi sampai bulan lalu, konsumen Tanah Air belum percaya diri.

"Perbaikan keyakinan konsumen pada November 2020 didorong oleh ekspektasi konsumen yang membaik terhadap kondisi ekonomi ke depan, yaitu peningkatan ekspansi kegiatan usaha serta kenaikan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang. Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini juga membaik meski masih berada pada area kontraksi, terutama disebabkan oleh persepsi yang menguat terhadap penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja," sebut keterangan tertulis BI.

Ya, IKK dibagi menjadi dua sub-indeks besar yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Pada November 2020, IEK yang sudah mencapai level optimistis dengan skor 123,9. Artinya, konsumen percaya diri terhadap prospek ekonomi enam bulan mendatang.

Namun IKE yang masih di zona kontraksi, di bawah 100, tepatnya 60,1. Tandanya konsumen malah kurang pede dengan kondisi ekonomi yang ada di depan mata sekarang.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Nah, IKE dibagi menjadi tiga indeks lagi yaitu Penghasilan Saat Ini, Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Pembelian Barang Tahan Lama. Ketiganya masih di bawah 100, meski ada perbaikan.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 

Dari tiga indeks IKE, yang paling parah alias paling jauh dari 100 adalah Ketersediaan Lapangan Kerja. Artinya, kesempatan kerja yang masih sangat terbatas adalah penyebab utama konsumen yang belum pede dalam memandang kondisi ekonomi.

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih membebani perekonomian Ibu Pertiwi. Per 7 Desember 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia tercatat 581.550 orang. Bertambah 5.754 orang (1%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (24 November-7 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 5.674 orang dalam sehari. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 4.396 orang setiap harinya.

Jumlah Pasien Positif Corona di Indonesia

Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu masih sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, pemerintah belum bisa mencabut kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 21/2020.

Pasal 3 PP tersebut menyatakan bahwa PSBB minimal meliputi:
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

PSBB memang agak dilonggarkan mulai awal Juni, tetapi tetap belum bisa kembali ke kondisi pra-pandemi. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening) masih bertahap dan wajib tunduk terhadap protokol kesehatan. Mobilitas masyarakat masih terbatas.

Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, aktivitas warga 62 di pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi masih di bawah situasi normal sebelum pandemi. Begitu pula dengan kegiatan di lokasi transit dan tempat kerja.

Kepadatan Pengunjung di Berbagai Lokasi (%)

Mobilitas masyarakat adalah gambaran roda ekonomi yang berputar. Kalau mobilitas masih nyungsep seperti ini, masyarakat masih banyak yang #dirumahaja, maka menjadi cerminan ekonomi yang mati suri. Ekonomi bergerak di bawah kapasitasnya.

Saat ekonomi menyusut, bergerak di bawah kapasitas, maka kebutuhan akan tenaga kerja pun tidak sebanyak dulu. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau karyawan yang dirumahkan masih terjadi.

Dalam siaran tertulis tertanggal 13 Oktober 2020, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan pandemi virus corona menyebabkan jumlah penganggur bertambah menjadi 6,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, 3,5 juta orang merupakan korban PHK.

Jadi sangat wajar konsumen memandang situasi lapangan kerja belum kondusif. Ini yang membuat konsumsi tidak kunjung percaya diri dalam memandang perekonomian.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20201208112522-4-207605/aduh-biyung-cari-kerja-kok-masih-susah-aja-ya/3
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar