Topswara.com -- Tindakan Bupati Aceh Selatan tengah menjadi sorotan. Pasalnya, ia pergi ibadah umrah saat rakyatnya tengah berjibaku dengan bencana. Bagaimana bisa ia beribadah dengan tenang, sementara rakyatnya sedang kesusahan akibat banjir dan longsor?
Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas kemudian memerintahkan Mendagri untuk mencopot Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS karena dinilai telah melakukan desersi atau lari dari tugas. Mirwan pun akhirnya diberhentikan sementara selama tiga bulan.
Selain itu, ia juga dicopot dari posisinya sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan. Mirwan nekad pergi umrah di tengah bencana, padahal surat izinya telah ditolak oleh Gubernur Aceh, Muzakir Munaf. (cnnindonesia.com, 8-12-2025)
Pemimpin harusnya mendahulukan kepentingan rakyatnya. Terlebih lagi ketika daerahnya sedang terkena bencana, maka pemimpin harus fokus dalam menolong warganya. Ia harus bekerja serius agar kesulitan yang menimpa warganya dapat teratasi. Pemimpin harus memastikan setiap warganya dalam keadaan aman dan terpenuhi kebutuhannya.
Namun, ketika seorang pemimpin malah meninggalkan rakyatnya yang sedang kesusahan, maka sungguh ia adalah pemimpin yang buruk. Alih-alih bertanggung jawab penuh dalam urusan rakyatnya, ia justru mengutamakan kepentingan pribadinya.
Bukannya mencurahkan dirinya menangani musibah, sang bupati malah sempat-sempatnya pergi umrah. Rakyatnya ditinggal begitu saja. Sekalipun itu untuk beribadah sunah, maka tidak layak baginya meninggalkan rakyatnya yang sedang sangat membutuhkan.
Ia tak menganggap penderitaan rakyatnya lebih penting daripada urusannya sendiri. Umrah masih bisa dilakukan di lain waktu, sedangkan derita rakyat tidak bisa ditunda lagi.
Pemimpin semacam ini telah melalaikan amanahnya. Ia mengabaikan tanggung jawabnya dan hanya memikirkan diri sendiri. Rakyat yang susah pun makin susah. Mereka seperti tak punya pemimpin yang mengurusi dan malah harus berjuang sendiri di tengah kondisi sulit ini.
Inilah potret pemimpin dalam sistem sekuler kapitalistik yang bekerja sesuai asas manfaat, bukan untuk melayani rakyat. Pemimpin dalam sistem ini tidak memiliki visi riayah. Akibatnya, rakyat tak terurus dan hidup menderita.
Berbeda halnya pemimpin dalam Islam yang bertindak sebagai penanggung jawab urusan rakyat. Sudah menjadi tugas pemimpin untuk melayani rakyatnya dalam segala hal pada setiap waktu. Kapan pun rakyat membutuhkan, ia harus siap sedia. Bahkan, sebelum rakyatnya datang meminta bantuan, ia sudah harus peka dan memenuhinya.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab yang senantiasa berkeliling untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Beliau bekerja siang dan malam hingga kurang tidur demi memastikan setiap warga dapat terpenuhi kebutuhannya.
Inilah pemimpin sejati yang melaksanakan amanahnya bukan untuk pencitraan, melainkan wujud ketaatannya kepada Sang Khalik. Pemimpin semacam ini lahir dari sebuah sistem yang hakiki, yakni Islam.
Pemimpin yang baik lahir dari sistem yang baik. Mustahil lahir pemimpin yang baik dari sistem yang buruk seperti halnya sekularisme kapitalisme. Pun pemimpin yang amanah tidak lahir dari sistem jahiliah.
Pemimpin yang baik itu adalah khalifah yang mengepalai Khalifah, sistem pemerintahan Islam sebagaimana nas syar’i. Dengan tegaknya khilafah ini, maka rakyat akan memiliki pemimpin yang benar-benar hadir untuk melayani.
Khalifah akan bekerja untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan rakyat, terlebih lagi di kondisi kritis seperti saat bencana menimpa.
Ketika bencana terjadi, pemimpin akan segera memberikan pertolongan dan penyelamatan semaksimal mungkin. Ia akan mengevakuasi rakyat dari wilayah yang terkena bencana atau berbahaya.
Tempat pengungsian, dapur umum, dan logistik yang dibutuhkan warga akan disediakan dengan jumlah yang mencukupi. Tenaga medis, obat-obatan, dan perlengkapan juga disediakan untuk dapat memberikan pengobatan kepada warga yang terluka hingga sembuh.
Negara juga akan melakukan mitigasi agar bencana serupa dapat dihindari di kemudian hari. Bila wilayah yang terkena bencana memang tidak layak ditinggali, maka negara akan mencarikan wilayah lain untuk menjadi pemukiman warga. Segala keperluan untuk mendapatkan tempat tinggal yang baru ini akan dipermudah untuk rakyat.
Musibah karena faktor alam memang tidak dapat dihindari. Namun, dampaknya bisa diminimalkan. Itulah pentingnya pengelolaan alam yang sesuai dengan panduan syariat Islam. Bukan hanya menjaga alam tetap lestari, tetapi juga menghindarkan manusia dari potensi bencana.
Bila bencana tersebut diakibatkan adanya kesalahan manusia, maka akan dicari siapa pihak yang bertanggung jawab dan dihukum sesuai aturan. Siapa saja yang melakukan penyimpangan, maka ia akan dikenai sanksi yang setimpal.
Inilah kebaikan sistem Islam kaffah yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Sistem ini tidak hanya mewujudkan kepemimpinan yang amanah, tetapi juga menjaga keberlangsungan hidup umat manusia.
Oleh: Nurcahyani
Aktivis Muslimah

0 Komentar