Topswara.com -- Masih hangat dirasa peristiwa beberapa bulan lalu, jagad media sosial ramai memberitakan aksi para pemuda yang menggugat dan mengkritik gaji fantastis DPR. Dibeberapa wilayah aksi tersebut diwarnai dengan kericuhan dan kerusuhan. Polri menetapkan 959 tersangka kerusuhan, diantaranya 664 pelaku dewasa, sedangkan 295 terkategori anak di bawah umur.
Dilansir dari kompas.com - Komisioner KPAI Aris Ardi Laksono mengatakan bahwa penetapan 295 tersangka berusia anak dalam kerusuhan akhir bulan Agustus 2025 tidak memenuhi standar perlakuan terhadap anak sesuai UU Peradilan Anak. (26/9/2025)
Gelombang Kesadaran Generasi Muda
Dari penetapan 295 anak sebagai tersangka kerusuhan demo DPR menunjukkan bahwa generasi muda atau sering disebut Gen Z saat ini mulai sadar politik, mereka menuntut perubahan atas ketidakadilan di negeri tercinta.
Gen Z sendiri adalah generasi yang lahir dan tumbuh dalam era digital yang berkembang pesat. Hal ini menjadikan mereka lebih terbuka, kritis, dan cepat mengakses informasi serta menyuarakan keinginannya melalui media sosial.
Aksi demo di depan gedung DPR RI, dan disusul dengan gelombang demo di berbagai daerah membuka mata rakyat tanpa terkecuali gen Z, mereka berontak atas ketidakadilan yang dipertontonkan. Ketimpangan antara pejabat dengan pemerintah sangat jauh, sehingga rakyat semakin geram dibuatnya.
Gen Z merupakan generasi yang cepat dalam beradaptasi dengan digitalisasi, salah satunya untuk mendapatkan informasi terupdate melalui berbagai media sosial yang dimiliki. Hasil survei menyatakan bahwa 1.005 responden anak muda di Indonesia 59,9 persen di antaranya tertarik dengan politik. Artinya, kesadaran politik generasi muda mengalami kebangkitan.
Namun, kesadaran politik itu justru dikriminalisasi dengan label anarkisme. Berita yang bermunculan di media pun mengusung tentang aksi demo rusuh, anarkis, dan penjarahan.
Sedangkan aksi yang damai jarang tersorot media, alhasil masyarakat disuguhkan berita yang tidak berimbang dan menjustifikasi bahwa aksi demo menuntut perubahan menjadi aksi demo kerusuhan. Ini adalah bentuk pembungkaman agar generasi muda tidak kritis terhadap penguasa.
Kacaunya Demokrasi
Sebagaimana yang diketahui, salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan berpendapat. Tetapi, pada faktanya demokrasi-kapitalisme hanya memberi ruang pada suara yang sejalan, sementara yang mengancam akan dijegal atau dikriminalisasi. Kebebasan berpendapat tergantung pada kepentingan yang ingin diraih.
Jika rakyat buka suara untuk mengoreksi penguasa atau kepentingan penguasa maka jangan harap akan didengar. Tetapi jika berpendapat untuk mendukung penguasa, mereka akan diberi ruang terbuka, diapresiasi, dan didukung penuh oleh penguasa.
Sistem demokrasi yang katanya menghargai perbedaan pendapat, faktanya membungkam pihak yang berbeda pandangan. Inilah kekacauan yang ada dalam sistem demokrasi, karena sistem ini dibuat oleh manusia serta peraturannya berdasarkan kepentingan manusia.
Padahal manusia tempatnya salah dan khilaf, akal manusia pun terbatas, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk kebenaran serta menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat.
Islam Menjadikan Pemuda Tonggak Perubahan
Didalam sistem Islam, pemuda dibentuk dengan pendidikan berbasis aqidah Islam, sehingga kesadaran politik mereka terarah untuk memperjuangkan ridha Allah. Sejarah mencatat bahwa perubahan besar dimulai dari pemudanya, sebab pemuda adalah tonggak perubahan.
Selain mempunyai fisik kuat dan berani, generasi muda juga identik dengan idealisme yang tinggi. Maka potensi ini akan dibangun, sehingga kesadaran politik mereka terarah pada perubahan besar hakiki menuju Islam kaffah.
Selain itu, Islam mewajibkan amar ma'aruf nahi munkar dengan menyambut seruan Allah SWT di dalam Al-Qur'an surat Al-imron 104: “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Hal ini termasuk dalam mengoreksi penguasa ketika berbuat zalim, bukan malah membungkam suara kritis.
Oleh karena itu, agar manusia bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh. Di dalam kitab Nidzam Islam karangan Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan bahwa “bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan apa yang ada sesudahnya”.
Jadi, satu-satunya jalan untuk mengubah pemahaman seseorang adalah dengan mewujudkan suatu pemikiran kehidupan dunia sehingga dapat terwujud pemahaman shahih tentang hakikat kehidupan.
Artinya, membangun kesadaran politik pemuda harus dimulai dengan mengubah pemahaman, menyadari bahwa identitasnya di dunia ini adalah seorang hamba. Melakukan gerakan perubahan karena kewajiban dari Allah Ta'ala. Hal ini akan terwujud jika sistem Islam diterapkan, bukan sistem demokrasi kapitalisme.
Wallahu'alam.
Oleh: Siti Nurjanah
Aktivis Dakwah
0 Komentar