Topswara.com -- Dakwah Islam menuntut keteguhan hati dan kekuatan visi dari para pengembannya. Sebab dalam menyampaikan kebenaran, seorang da’i tidak hanya akan menghadapi penerimaan, tetapi juga penolakan, bahkan kriminalisasi.
"Amalan dakwah menuntut para pengembannya memiliki jiwa pejuang dan visi pemenang. Karena respon terhadap dakwah bisa berupa penerimaan ataupun penolakan," ujar Media Muslimah Hub (MMH) di YouTube Muslimah Media Hub (MMH): Berjiwa Pejuang dan Bervisi Pemenang, Karakter Pengemban Dakwah, Kamis (21/8/2025).
MMH menjelaskan, dalam banyak kondisi, dakwah bukan hanya ditolak, tetapi para pengembannya juga bisa mengalami tekanan dari berbagai pihak. Meski demikian, baik penerimaan maupun penolakan adalah bentuk kebaikan dalam perjalanan dakwah.
"Penolakan dan penerimaan itu bisa menjadi tolok ukur seberapa besar pengaruh dakwah terhadap masyarakat. Oleh karena itu, hanya mereka yang memiliki jiwa pejuang dan visi pemenanglah yang mampu bertahan dalam gelombang perjuangan ini," lanjut MMH.
MMH juga mengimbau agar para pengemban dakwah memfokuskan langkah mereka untuk meneguhkan hati serta melatih diri agar memiliki karakter kuat tersebut. “Dengan karakter itu, mereka mampu mengatasi seluruh tantangan dakwah dan mempersembahkan amalan terbaik untuk agama Allah SWT,” ujarnya.
MMH mengutip firman Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 7 yang artinya, "Sungguh Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya."
Menurut MMH, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menguji manusia untuk melihat siapa yang paling taat dan terbaik amalnya untuk akhirat.
MMH juga mengutip tafsir Syekh Muhammad Ali ash-Shabuni dalam Shafwat at-Tafasir yang menyatakan, “Ahsanu ‘amalan berarti siapa yang paling taat kepada Allah dan paling baik amalnya untuk akhiratnya.”
"Karakter ini harus ditopang oleh kekuatan iman, ilmu, dan fisik," tegasnya.
Kemudian MMH menyitir hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah.”
Menurutnya, hadis tersebut juga menegaskan pentingnya tawakal dan menjauhi sikap menyesali takdir. Nabi bersabda, “Jika engkau tertimpa musibah, janganlah berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah: ‘Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.’”
Di akhir pernyataannya, MMH mengingatkan para pengemban dakwah untuk tidak meremehkan satu pun hukum syariat dan kebaikan sekecil apa pun. “Mereka harus menyiapkan diri agar memiliki jiwa pejuang dan visi pemenang demi memuliakan agama Allah,” pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar