Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pelaparan Sistemis di Gaza: Senjata Baru Genosida


Topswara.com -- Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan, malnutrisi, kelaparan, dan pembunuhan di dekat lokasi bantuan makin mengkhawatirkan di Gaza. 

Sebab, masyarakat hanya bergantung pada pembagian bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dukungan AS dan Israel yang kontroversial. Lembaga Penyiaran Israel (KAN) mengonfirmasi militer Israel telah menghancurkan puluhan ribu paket bantuan. 

Bantuan yang dihancurkan itu termasuk sejumlah besar makanan dan obat-obatan yang ditujukan bagi penduduk Gaza yang kelaparan (bbc.com, 23/7/2025).

Kebiadaban Zionis Yahudi Meningkat 

Sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, bahwa situasi ini merupakan kesengajaan. Tampak secara sistematis telah Zionis lakukan. Pertama, mereka memberlakukan boikot total wilayah Gaza dengan dalih demi mempersempit ruang gerak Hamas yang dituding kerap merampok bantuan dan menggunakannya untuk kepentingan perang. 

Lalu sebagai kompensasinya, mereka menjanjikan akan tetap memberi bantuan. Caranya adalah dengan membentuk sebuah badan amal bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang ditugasi menyalurkan bantuan di empat titik di Gaza tengah dan selatan. 

Hanya saja, fakta di lapangan berkata lain. Banyak video dan gambar beredar di media sosial yang menggambarkan kondisi anak-anak dan orang tua yang sangat kelaparan. Mereka makan apa saja yang bisa dimakan, termasuk pakan ternak dan rerumputan. Mereka minum apa pun yang bisa diminum, termasuk air limbah pembuangan. 

Tubuh mereka pun kering kerontang, bahkan ada yang sampai hilang kesadaran. Sempat viral sebuah video tentang seorang kakek yang meninggal saat antre mengambil jatah makanan. 

Sejak gencatan senjata enam pekan gagal diperpanjang dan Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Menjadikan kelaparan sebagai alat genosida adalah cara yang sangat keji.

Makin nyata, banyak yang curiga bahwa Zionis melalui GHF sedang berupaya mempolitisasi bantuan pangan sebagai alat tawar-menawar dalam konflik yang berkepanjangan. Bahkan bukan hanya untuk tawar-menawar, melainkan semua ini dicurigai menjadi strategi Zionis dan AS untuk mempercepat genosida demi segera mengosongkan Gaza. 

Adapun skenarionya adalah penduduk Gaza dilaparkan hingga mati mengenaskan, atau mereka dipaksa berbondong-bondong mengejar bantuan ke tengah dan selatan, dan di sana mereka akan dibunuh dengan sangat kejam atau terpaksa menuntut dievakuasi ke luar perbatasan. 

Dari sini jelaslah sudah kekejaman zionis tak mempan hanya dengan retorika, dan bantuan kemanusiaan.

Apalagi Zionis senantiasa dibela AS dan veto AS. Mandulnya PBB makin nyata. Pemimpin muslim sudah mati rasa, abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya. Umat Islam telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah.

Sejatinya itu hanya ilusi, yang ditanamkan oleh para penguasa yang berkhianat, hingga pasukan umat, para ulama, dan rakyatnya pun menyerah. Padahal umat memiliki kekuataan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. 

Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan khilafah sebagai negara adidaya. 

Situasi hari ini harus digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki untuk Palestina, yaitu jihad dan tegaknya khilafah. Penyadaran harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis.

Umat Masif Suarakan Solusi Hakiki

Sejatinya, masyarakat dunia sudah memiliki kesadaran global menyangkut soal Gaza dan Palestina. Itu tampak dari berbagai aksi massa yang terus masif dan kolosal di berbagai negara, termasuk Aksi March to Gaza yang fenomenal. 

Begitu pun aksi boikot, bantuan dana dan logistik, dan lainnya, terus berlangsung hingga sekarang. Hanya saja, ada persepsi yang harus diluruskan dalam membaca peta persoalan Gaza-Palestina.

Ini mengingat mayoritas mereka masih memandang masalah ini sebatas masalah bencana kemanusiaan semata sehingga solusinya adalah fokus pada aksi-aksi solidaritas kemanusiaan saja, bukan pada tataran sistemis.

Sehingga kita sebagai bagian dari jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan yang akan terwujud ketika khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah SAW, bukan yang lain.

Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara menggugah perasaan dan pikiran, meningkatkan keyakinan, dan istiqamah di jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah. Selain itu terus mendekatkan diri pada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba Allah yang layak mendapat pertolongan Allah. []


Oleh: Wike Wijayanti
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar