Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pelaparan Sistemis Cara Baru Genosida Gaza


Topswara.com -- Penderitaan rakyat Gaza yang disebabkan oleh kebiadaban Zionis Yahudi seakan tak pernah berakhir, sejak peristiwa Taufan Alaqsa pada 7 Juli 2023 hingga kini tak ada lagi yang tersisa di sana selain semangat juang sebagai syahid yang merupakan impian besar bagi mereka. 

Dilansir dari laman Republika.co.id 26 Juli 2025, Amichai Eliyahu yakni Menteri Warisan Budaya Israel mengatakanan bahwa Israel seharusnya tidak perlu mencemaskan kelaparan di Gaza, ia mengatakan "srael berlomba-lomba" untuk menghapus jalur Gaza. 

Eliyahu mengungkapkan kepada Radio Kol Barana bahwa mereka menghapuskan kejahatan dan membuat seluruh Gaza menjadi Yahudi serta tidak perlu mengkhawatirkan kelaparan di Gaza, biarlah dunia yang mengurus mereka. 

Karena tidak ada bangsa yang memberi makan musuhnya, bahkan Eliyahu mengatakan bahwa mereka tidak normal jika harus memikirkan makan mereka (warga Gaza). 

Berdasarkan data otoritas kesehatan Gaza mencatat tewasnya 59 ribu warga Gaza sejak Oktober 2023, termasuk didalamnya 113 orang yang meninggal disebabkan oleh kelaparan. 

Tedros Adhanom Gebreyesus Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHOT) memaparkan pada rabu, blokade yang dilakukan oleh Zionis Yahudi mengantarkan warga Gaza pada ambang kelaparan masal, tentu saja dengan bukti ini dunia tidak sanggup untuk tinggal diam dan berakhir dengan mengecam kebiadaban dan kekejian Zionis Yahudi.

Namun kecaman dunia tidak berarti bagi Gaza. Kecaman yang dilontarkan dunia bahkan pemimpin para Muslim nyatanya tidak dapat menghentikan perang dan mengakhiri penderitaan warga Gaza. 

Warga sipil Gaza tetap saja diburu dengan serangan brutal dari Zionis Yahudi, bahkan disaat mengambil bantuan pangan di pusat distribusi. Zionis Yahudi menuduh balik Gaza sebagai pelakunya, menuduh keji Hamas menimbun pasokan pangan. 

Inilah cara baru Genosida yang dilakukan Israel untuk menghabisi warga Gaza dengan kelaparan, mereka merasa gagal menghancurkan iman para mujahidin Gaza maka cara baru ini dilakukan untuk memuluskan langkah mereka mengubah seluruh Palestina menjadi Yahudi. 

Keji dan biadab, dua kata itu seakan belum cukup untuk mengungkapkan rasa sakit yang dialami oleh warga Gaza. Bahkan luasnya dunia ini tidak cukup untuk menuliskan segala kekejian dan kebiadaban Zionis Yahudi yang telah menjajah Palestina hingga hampir 70 tahun ini. 

Inilah konsekuensi yang dialami kaum Muslimin ditengah cengkraman kapitalisme liberalisme yang mencengkram kuat diatas asas nasionalisme yang memecah belah negeri Muslim. Ukhuwah Islam yang seharusnya menyatukan hati kaum Muslimin tidak mampu digapai sebab terhalang oleh Nation state atau batas negara yang telah terstruktur apik sebagai senjata jitu yang menghadang bersatunya kaum Muslimin. 

Sejak runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 kaum Muslimin kehilangan Junnah atau perisai yang melindungi dari berbagai ancaman, selama lebih dari 100 tahun ini kaum Muslimin harus menerima konsekuensi hidup ditengah sistem kapitalisme liberalisme yang menghancurkan martabat dan kemuliaan kaum Muslimin. Kaum Muslim tanpa khilafah bagaikan anak yang kehilangan kedua orang tuanya. 

Khilafah sebagai institusi pemerintahan islam adalah sebuah sistem pemerintahan yang Islam yang mengatur setiap aspek kehidupan dengan aturan Islam. 

Khilafah bukanlah sistem pemerintahan baru, khilafah adalah sistem warisan Rasulullah yang harus diteladani dan dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah SWT sebagaimana tertulis dalam kitab suci Al -Qur'an pada surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.

Khilafah adalah sistem pemerintahan dan khalifah adalah predikat yang diberikan kepada orang yang dibaiat atau dipilih sebagai pemimpin. Khilafah telah mengukir sejarah dengan pencapaian tertinggi yakni menyatukan dua pertiga dunia dalam satu naungan khilafah selama 13 abad lamanya.

Khilafah juga sudah dua kali membebaskan tanah Palestina dari cengkraman Zionis Yahudi, Yakni pembebasan Alquds yang pertama Sayidina Umar bin Khattab, dan yang pembebasan Alquds yang kedua oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada perang salib dimasa kekhalifahan Abbasiyah. Alquds adalah nama lain dari Masjid Alaqsa yang berada ditanah Palestina. 

Sejarah kekhalifahan sudah cukup membuktikan bahwa hanya dengan jihad dan khilafah adalah solusi terbaik untuk membebaskan Palestina khususnya Gaza dan negeri Muslim lainnya yang mengalami penderitaan oleh penjajah. 

Sudah saatnya kita sebagai kaum Muslimin menyatukan langkah kita, pemikiran kita untuk bersama-sama mengembalikan kembali kehidupan islam dibawah naungan khilafah yang telah terbukti melindungi kehormatan dan martabat umat manusia.

Wallahua'lam bisshawab.


Oleh: Jumiliati
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar