Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mendidik Anak dan Islamic Parenting di Era Digital


Topswara.com -- Menjaga Fitrah, Menanam Iman, Mengarahkan Potensi

1. Tantangan Era Digital bagi Pendidikan Anak

Era digital menghadirkan dua sisi yang sangat kontras: Peluang besar: akses ilmu tanpa batas, keterampilan abad 21, dan peluang berdakwah di media sosial. Ancaman serius: konten negatif, pergaulan bebas virtual, kecanduan gawai, krisis adab, dan lemahnya ikatan keluarga.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengingatkan:
"Hati anak itu seperti tanah kosong, jika engkau tanami kebaikan, ia akan tumbuh baik; jika engkau tanami keburukan, ia akan tumbuh buruk."

Di era digital, “benih” yang masuk ke hati anak bukan hanya dari orang tua, tetapi juga dari internet, media sosial, dan tontonan harian. Karena itu, peran orang tua tidak lagi cukup hanya mengawasi secara fisik, tetapi juga menjadi pendidik ruhani, moral, dan digital.

2. Prinsip Dasar Islamic Parenting

Islamic parenting tidak sekadar memenuhi kebutuhan fisik anak, tetapi membimbing fitrah dan akidahnya. QS. At-Tahrim:6 memerintahkan:

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."

Prinsip utama:

Pertama, tarbiyah imaniyah (pendidikan keimanan) – menanamkan tauhid, cinta kepada Allah, dan kesadaran akan akhirat sejak dini.

Kedua, tarbiyah khuluqiyah (pendidikan akhlak) – membiasakan adab dalam berbicara, berpakaian, bergaul, dan bermedia.

Ketiga, tarbiyah aqliyah (pendidikan akal) membimbing kecerdasan berpikir kritis, memfilter informasi, dan mencari kebenaran.

Keempat, tarbiyah jasadiyah (pendidikan fisik) – menjaga kesehatan, keterampilan hidup, dan ketangguhan fisik.

3. Strategi Mendidik Anak di Era Digital

a. Menjadi Teladan Digital

Anak belajar lebih banyak dari teladan daripada ucapan. Jika orang tua kecanduan gawai, sulit mengharapkan anak bisa mengendalikan diri. Terapkan “Family Digital Rule”:

Waktu tanpa gawai di rumah (misalnya saat makan bersama, menjelang tidur).

Orang tua memberi contoh screen time yang sehat.

b. Menanamkan Literasi Digital Islami

Ajarkan anak: Memilah mana konten halal, haram, atau syubhat. Adab berkomentar di media sosial. Bahaya cyberbullying, hoaks, dan konten provokatif.

Imam Al-Ghazali pernah berkata:
"Hati yang tidak dijaga akan dimasuki kotoran sedikit demi sedikit hingga tertutup rapat." Di era digital, “kotoran” itu bisa datang dari notifikasi yang tampak remeh.

c. Menjaga Lingkungan Pergaulan

Pergaulan kini tak hanya fisik, tapi juga virtual. Orang tua perlu tahu siapa “teman online” anak, grup yang ia ikuti, dan komunitas yang membentuk pikirannya.

d. Menguatkan Koneksi Hati Orang Tua–Anak

Komunikasi hangat, pelukan, dan waktu bersama adalah “vaksin” terbaik melawan pengaruh buruk dunia digital. Anak yang merasa diperhatikan akan lebih terbuka dan tidak mencari pelarian di dunia maya.

4. Langkah Praktis Islamic Parenting Digital

Pertama, tanamkan adab sebelum ilmu, pastikan anak tahu etika bermedia sebelum diberi akses internet.

Kedua, bangun jadwal harian. Kombinasi belajar, ibadah, olahraga, dan hobi positif.

Ketiga, gunakan teknologi positif. Ajak anak mengikuti kajian online, channel edukatif Islami, atau aplikasi hafalan Qur’an.

Keempat, awasi dengan bijak. Gunakan parental control, tetapi tanpa berlebihan hingga membuat anak merasa terkekang.

Kelima, ajarkan amanah digital. Bahwa setiap aktivitas online akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah (QS. Al-Isra:36).

5. Kunci Sukses Mendidik di Era Digital

Doa yang Tak Putus – Nabi Ibrahim mendoakan anak keturunannya dalam QS. Ibrahim:40.

Konsistensi – Pendidikan anak adalah maraton, bukan sprint. Kolaborasi – Libatkan guru, komunitas, dan keluarga besar dalam membentuk karakter anak.

6. Penutup

Era digital bukan alasan untuk kehilangan generasi, justru menjadi peluang untuk melahirkan Generasi Qur’ani yang Melek Teknologi — cerdas dalam sains, mantap dalam iman, dan mulia dalam akhlak.

Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah berkata:
"Anak-anak kita adalah halaman kosong. Kita yang menulis di atasnya. Pastikan tulisan itu adalah kebaikan yang akan menjadi amal jariyah."


Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar