Topswara.com -- Patahan Lembang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sesar Lembang adalah sebuah patahan bumi aktif yang terdapat di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, membentang sepanjang 29 km melewati kota Cimahi, Kota Bandung hingga Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sesar Lembang berpotensi memicu gempa dahsyat hingga magnitudo 7,6.
Merespon hal di atas Bupati Bandung Dadang Supriatna menyampaikan bahwa dibutuhkan pembahasan serius secara bersama di tingkat Bandung Raya, sebab pembicaraan baru dilakukan secara lisan. Bapak Bupati pun mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera memfasilitasi forum khusus untuk membahas ancaman Sesar Lembang tersebut.
Di forum khusus ini nantinya akan dibicarakan langkah-langkah seperti apa dan bagaimana tindakan preventif yang akan dilakukan pemerintah provinsi bersama pemerintah daerah lainnya. (Tribunjabar 5/7/2025)
Gempa sudah menjadi ketentuan Allah SWT., tidak bisa diprediksi kapan datangnya, apalagi dicegah atau dihalangi. Akan tetapi manusia diberi akal untuk mampu mengurangi resiko kerusakan maupun jumlah korban semisal dengan membangun infrastruktur dan bangunan tahan gempa, edukasi penanganan gempa ke tengah masyarakat, serta menyiapkan dana.
Dari setiap musibah yang menghampiri seharusnya dijadikan pelajaran terutama oleh pemerintah untuk menghadapi musibah yang akan datang.
Sebab jika minim persiapan atau buruknya mitigasi bencana akan berakibat fatal sebagaimana gempa Cianjur, yang banyak menelan korban di samping kerugian banyak materi.
Persiapan pemerintah menghadapi Sesar Lembang nampaknya belum serius, walaupun kita akui adanya sedikit perhatian dari pemerintah daerah dengan mengusulkan dibentuknya forum khusus untuk membahas ancaman Sesar Lembang.
Namun efektivitasnya akan sangat bergantung pada implementasi, mulai dari penggunaan sistem peringatan dini yang handal, edukasi optimal, penataan RT RW yang matang, dan infrastruktur siaga darurat. Yang tidak kalah penting untuk mewujudkan semua itu membutuhkan dana besar.
Sayangnya keuangan negara saat ini begitu mengkhawatirkan. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme, sebagai turunan dari kapitalisme sekular telah membuat negara tidak bisa berbuat banyak.
Sumber keuangan hanya bertumpu pada pajak dan utang, sedangkan SDA yang melimpah diswastanisasi baik oleh lokal maupun asing, menjadikan negara tidak akan siap menghadapi bencana besar.
Kapitalisme memosisikan penguasa hanya sebagai regulator bukan peri'ayah (pengurus) sebagaimana dalam sistem Islam. Inilah yang meniscayakan hampir seluruh SDA dikelola oleh swasta atau para kapital.
Maka keuntungan mengalir kepada mereka para pengusaha, negara hanya mendapat bagian kecil, apalagi rakyat hanya gigit jari.
Idealnya ketika sebagian masyarakat mendiami wilayah rawan gempa, seharusnya membangun rumah yang tahan gempa. Begitupun fasilitas umum yang melingkupinya.
Namun sayang, kondisi ekonomi yang minim, seringkali memaksa mereka membangun rumah ala kadarnya. Fasilitas umum yang menjadi kewajiban pemerintah pun seperti kantor pemerintahan, sekolah, rumah sakit, demikian adanya.
Sekularisme yang meminggirkan peran agama dalam pengaturan kehidupan telah menyuburkan praktik korupsi dan gratifikasi. Demi meraih keuntungan, berbagai fasilitas umum dibangun jauh dari kriteria tahan gempa.
Beginilah wajah asli kapitalisme, semua harus bernilai kapitalistik walaupun sangat berpeluang membahayakan nyawa orang lain.
Alhasil berharap persiapan maksimal menghadapi kemungkinan bencana di sistem saat ini bagai pungguk merindukan bulan.
Kapitalisme sangat berbeda dengan sistem Islam atau khilafah, dari sisi memosisikan penguasa maupun penerapan sistem ekonominya. Islam mewajibkan penguasa yaitu khalifah sebagai pengurus rakyat, yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Sebagaimana hadis, "Imam adalah raa'in atau penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya ." (HR Bukhari).
Penguasa menanggung amanah untuk melindungi seluruh rakyatnya, diwajibkan melakukan persiapan optimal menghadapi kemungkinan bencana sampai pasca bencana.
Penerapan sistem ekonomi lslam menjadikan negara berkemampuan menggunakan teknologi canggih, membangun infrastruktur dan bangunan publik tahan gempa, walaupun berbahaya besar.
Andaikan ada rakyat yang kesulitan membangun rumah yang kokoh karena kondisi ekonominya, maka negara akan membantu karena tanggung jawabnya.
Islam tidak mengizinkan pengelolaan SDA dan pengadaan sarana publik diserahkkan kepada swasta, kecuali hanya sekadar pegawai yang diupah oleh negara. Inilah di antaranya mengapa negara yang menerapkan sistem Islam sanggup mengayomi seluruh rakyatnya. Maka sudah saatnya umat membutuhkan sistem Islam.
Wallahu a'lam bi ash shawwab.
Oleh: Samratul Ilmi
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah
0 Komentar