Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan Muraqabatullah di Usia Prabaligh

Topswara.com -- Dalam perkara akidah yang paling krusial setelah mengimani Allah SWT dan tidak mempersekutukanNya dengan yang lain adalah perkara muraqabatullah, merasa senantiasa diawasi oleh Allah SWT.

Inilah bagian yang terdalam dalam perkara akidah bagi pendidikan anak usia prabaligh. Jika muraqabatullah ini adalah kesadaran yang menancap dalam diri anak tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh orang tua terhadap anak kemanapun dia pergi.

Muraqaatullah itulah yang diajarkan Lukmanul Hakim kepada anaknya , tersurat dalam firman Allah SWT.

يَابُنَيَّ إِنَّهَاإِنْ تَكُ مِثقَالَ حَبَّةٍ مِن خَردَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَو فِي السَّمَوَاتِ أَو فِيَ الأَرْضِ يَأْتِ بِهَااللهُ إِنَّ اللهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada seberat biji sawi, dan berada dalam batu karang atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya, Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Lukman : 16)

Menanamkan sebuah kesadaran bahwa sekecil apapun amal yag diperbuat, dimanapun kau berada Nak, Allah pasti tahu dan kelak akan memperlihatkan apa yang kau sembunyikan itu di akhirat, kau harus takut betapa semua amalmu di dunia kelak akan terbongkar. 

Jangan pernah mendustakan perbuatan yang kau lakukan, engkau mau menyembunyikannya di ruang manapun, ingatlah Allah tak luput dari ruangan tersebut.

Seringkali kita menyaksikan anak-anak yag suka menyembunyikan amal yang telah diperbuatnya akhirnya berkata dusta, apalagi jika anak melakukan kesalahan sedangkan dia tidak mau diketahui orang tuanya dan takut dimarahi. Ada juga orang tua kesusahan meluruskan kembali tingkah polah anak yang suka berkelit dan tidak jujur. 

Misalkan ditanya, “ Apakah sudah shalat ashar Nak ? “ Sudah mi. Padahal ketika dicek tidak ada bekas-bekas anak shalat, tidak ada bekas hamparan sajadah dan mukena. O ternyata anakku berbohong.

Saat itu mengokohkan akidah tentang muraqabatullah tidak bisa disepelekan, anak tidak boleh dibiarkan berlaku bohong. Ayah bunda harus selalu awas dengan tingkah polah anak dan selalu mengecek mafhum,” Kenapa antum mengatakan sudah shalat padahal belum, wahai anakku? Dimana Allah saat antum tidak shalat?”

Bukankah Allah subhanahu wata’ala berfirman “Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat” (QS. Al-Hadid:4)

Jangan terlalu galau terhadap tingkah anak yang belum sesuai harapan, karena anak-anak prabaligh belum ada catatan amal, justru yang dicatat amalnya adalah ayah bunda apakah pendidikan terhadap anaknya sudah penuh tanggung jawab ataukah dirasa biasa. 

Orang tua harus menjaga konsistensi proses yang benar dalam perkara akidah, sebab orang tua juga tidak luput dari pengawasan Allah SWT, malaikat senantiasa mencatat amalan kita dan mereka tampak sangat sibuk. 

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qs. Qaaf : 18)

Ketika kesalahan-kesalahan itu ada dihadapan kita dan anak belum melaksanakan perintah Allah sejatinya orang tua sedang mengokohkan pondasi akidah Islam, sedang membentuk kuat pola berpikir anak dan sedang menancapkan standar halal haram dalam amal.

Maka tancapkanlah lebih kuat pondasi akidah tersebut, dan teruslah tinggikan taraf berpikir anakl evel demi level sehingga amalan yang tersembunyi darinya jauh lebih baik dibandingkan di khlayak orang banyak. 

Dalam pembelajaran muraqabatullah sangat besar pengaruhnya pada anak dan juga rasa aman orang tua melepas anak kemanapun dia pergi. Karena dengan muraqabatullah kedekatan anak dengan Allah terjaga, anak akan memberikan kualitas amalan terbaik, ibadah terbaik senantiasa rakus pahala dan senantiasa menjaga hubungan baiknya dengan Allah SWT. 

Muroqabatullah juga membuat anak menjadi pemberani,tidak merasa sendirian selalu ada Allah bersamanya meskipun tak ada seorangpun teman dalam kesendiriannya maupun dia berada di tengah keramaian. 

Juga menjadi imunitas baginya terhadap segala godaan dunia, segala kemaksiatan akan menjauh darinya,hatinya selalu merasa damai dan bahagia dalam ridhaNya hingga ananda mencapai derjat ihsan.

Di dalam shahih Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan makna “Ihsan” tatkala beliau ditanya oleh Jibril ‘alaihissalam tentang hal itu, 

“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinilah bahwa sesungguhnya Dia Maha Melihatmu.”

Wallaahu a'lam bisshawab.

 
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung 
Pemerhati Keluarga dan Generasi 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar