Topswara.com -- Angin kencang disertai hujan es yang telah melanda Kota Solo, Jawa Tengah pada Sabtu, 16 November 2024 lalu telah mengakibatkan kerusakan fasilitas umum dan sekitar 50 rumah warga di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
Selain itu, terpaan angin kencang tersebut juga mengakibatkan puluhan pohon tumbang di sejumlah titik. Namun tidak ada korban jiwa atas kejadian tersebut (Tempo.com 17/11/2024).
Hujan es yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan hal yang abnormal. Pasalnya, wilayah Indonesia merupakan daerah tropis yang hanya memiliki dua musim, yakni musim hujan dan juga musim kemarau, dan juga terletak di daerah khatulistiwa, yang memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun.
Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki hawa yang tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Sehingga ketika embun turun, ia akan mengikuti suhu udara di sekitarnya dan menghasilkan hujan air.
Adapun cuaca ekstrem dan tidak menentu sekarang, layaknya hujan es yang baru baru ini saja terjadi menunjukkan bahwa iklim saat ini dalam kondisi buruk dan banyak memberi dampak buruk bagi kehidupan manusia. Dan global warming merupakan salah satu sebab terjadinya. Namun global warming yang kian hari kian parah, tentu tidak lepas dari banyak nya faktor penyebab.
Maraknya industrilisasi dan penggunaan elektronik masyarakat yang tidak diimbangi dengan teknologi yang ramah lingkungan, memberi efek besar bagi kesehatan iklim dan perkembangan global warming.
Dalam kenyataannya, hutan Indonesia yang merupakan salah satu penyumbang dan pemasok besar oksigen dunia yang berpusat di hutan Kalimantan, nyatanya telah dirusak habis-habisan sebagai efek samping proyek negara, yakni pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan.
Emisi karbondioksida pun terus diproduksi secara besar-besaran melalui kendaraan bermotor yang nampaknya tidak dapat dicegah, meski telah diterapkannya car free day.
Tidak lain, hal tersebut karena masa saat ini yang bercengkram pada kapitalisme telah memudahkan masyarakat dalam kredit kendaraan bermotor, sehingga masyarakat berlomba-lomba membeli tanpa memikirkan dampak kedepannya.
Akhirnya terjadi perubahan iklim yang menjembatani terjadinya berbagai bencana yang merusakan tata kehidupan manusia dalam berbagai aspek.
Titik kerusakan yang terjadi tersebab saat ini manusia berpegang pada sistem kufur, kapitalis sekuleris, yang bersumeber dari akal manusia yang terbatas. Sehingga dari aturan-aturan yang telah dibuat justru memudahkan untuk masuk pada jurang-jurang kerusakan.
Hal ini terjadi sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah dalam surat Ar-Rum: 41 yang berbunyi “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia”
Walaupun pada hakikatnya bencana yang terjadi merupakan ketetapan dari Allah sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Hadid ayat 22 : “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan apa yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah”.
Namun hal tersebut tidak menampikkan adanya ranah yang dikuasai manusia, melalui ikhtiar, usaha yang dilakukan dalam mencegah terjadinya bencana sebab tangan-tangan manusia.
Maka dalam hal ini, Islam menawarkan solusi dengan adanya pelestarian lingkungan yang dilakukan secara massal oleh masyarakat dari berbagai pihak di seluruh saentaro dunia agar tidak terjadi bencana alam tersebab ulah manusia.
Melalui negara, negara akan memfasilitasi industri dalam produksi dan pengembangan serta penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Yang nantinya teknologi tersebut akan menyebar dalam masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh tiap kalangan.
Negara juga akan menerapkan aturan tegas dalam pemberlakuan penggunaan teknologi ramah lingkungan dan tidak membuka celah atau pilihan untuk tetap menggunakan produk-produk lain.
Negara juga akan memberi sanksi tegas bagi perusak lingkungan dan tidak akan menggarap proyek yang berdampak negative besar bagi kesehatan lingkungan layaknya sekarang. Dengan pembiasaan tersebut, akan tumbuh dalam diri masyarakat dan tiap individunya untuk menjaga lingkungan dan saling beramar makruf nahi mungkar.
Sehingga dengan begitu, dapat tercipta iklim dan lingkungan yang sehat bagi seluruh makhluk hidup. Adapun pengantisipasian ketika terjadi bencana, maka rekontruksi bangunan akan didesain dengan model yang akan meminimalisir kerusakan.
Di samping hal itu, pada diri tiap individu juga akan ditanamkan pemikiran bahwa segala hal yang dilakukan hanya sebagai bentuk ikhtiar dalam mencegah terjadinya kerusakan di bumi. Karena segala sesuatu pada hakikatnya berjalan sesuai ketetapan Allah. Tentunya semua hal ini hanya dapat ditemui melalui negara yang berbasis syariat Islam.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Darisa Mahdiyah
Aktivis Muslimah
0 Komentar