Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tradisi Mudik Hari Raya Idulfitri Selaras dengan Tuntunan Islam

Topswara.com -- Perayaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam Indonesia tak bisa dilepaskan dengan tradisi mudik. Hal ini karena banyaknya masyarakat urban yang memanfaatkan libur hari raya untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Sebagian besar pekerja yang tinggal di kota memilih mudik ke daerah asal mereka pada waktu tertentu.

Kata mudik yang sering kita dengar dalam KBBI.web.id memiliki arti berlayar, pergi ke udik (hulu sungai, pedalaman). Juga dapat diartikan pulang ke kampung halaman. Selaras dengan pengertian tersebut, media Wikipedia mendefinisikan mudik sebagai kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik berasal dari akronim dua kata dalam bahasa Jawa yaitu ‘milih dhisik’ yang berarti ‘pulang dahulu’. 

Tradisi mudik yang dilakukan setiap tahun ketika perayaan hari raya Idul Fitri sering dimanfaatkan oleh umat Islam untuk sungkem kepada orang tua mereka serta silaturahmi dengan keluarga dan sahabat di kampung halaman. Perjalanan yang ditempuh menuju daerah asal mereka tak dirasakan jauh pun ongkos transportasi tak dikeluhkan demi berkumpul dan berbahagia di hari raya.

Bila ditilik rangkaian tradisi mudik sebagai kegiatan rutin tahunan masyarakat khususnya di Indonesia selaras dengan tuntunan Islam, yakni amalan birrul walidain (berbakti kepada orang tua), safar (mengadakan perjalanan jauh selama beberapa waktu) serta silaturahmi.

Islam menjadikan kewajiban berbakti kepada orang tua bagi setiap anak. Ketika hari raya momentum birrul walidain bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh kaum Muslim yang sedang mengunjungi orang tua mereka. Memohon maaf dan sungkem serta mengharap ridha kepada orang tua agar kehidupan mereka lancar serta diridhai Allah SWT.

Perjalanan yang ditempuh menuju kampung halaman terkadang memerlukan waktu yang cukup lama karena jarak yang jauh, maka keadaan tersebut bisa disebut sebagai safar. Safar yang berarti melakukan perjalanan, diartikan juga keluar bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu tempat dengan jarak tertentu yang membolehkan seseorang yang bepergian untuk men-qashar shalat. 

Adapun beberapa kebaikan yang diperoleh seseorang saat melakukan safar menurut ulama Imam Syafi'i dalam kitanya Diwan al-Imam as- Syafi'i diantaranya menghilangkan kesusahan dari beragam jadwal aktivitas dan masalah sehari-hari hari, bisa menjadi sumber ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan, semakin luas pergaulan dan relasi serta memberikan kemuliaan dan keagungan. 

Yang tidak terlupakan dari tradisi mudik adalah silaturahmi. Kata silaturahmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tali persahabatan (persaudaraan). Silaturahmi dalam masyarakat Muslim Indonesia adalah saling mengunjungi antar keluarga, saudara, handai taulan serta teman dan kerabat. 

Banyak keutamaan silaturahmi di antaranya seperti yang diriwayatkan Al Bukhari, Muslim dan lainnya, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahmi,” 

Dalam riwayat hadis Rasululullah SAW lainnya, beliau bersabda tentang keutamaan silaturahmi mendatangkan pahala, "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan pahala adalah berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan siksaan adalah berbuat jahat dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Ibnu Majah).

Tradisi mudik pada Hari Raya Idul Fitri sungguh sebuah kebiasaan mulia yang dapat meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, terutama dengan orang tua, keluarga, saudara serta kerabat serta menambah rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah. Benar Islam amatlah sempurna dalam memberikan tuntunan semua perilaku manusia termasuk ketika merayakan hari raya.[]



Shandi Indragiri
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar