Topswara.com -- Mudik, pulang ke kampung halaman seperti "ritual" yang dilakukan setiap tahunnya. Dan para pemudik semakin meningkat tiap tahunnya. Sehingga "horor" kemacetan saat mudik menjadi tontonan yang sudah biasa.
Seperti dilansir oleh CNBC Indonesia, (06/04/2024). Waktu tempuh perjalanan dari Jakarta dan sekitarnya ke Merak naik signifikan selama periode mudik lebaran 2024. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, hari ini waktu tempuh hingga dapat naik ke atas kapas tembus tujuh jam.
Salah satu pusat kemacetan adalah sebelum embarkasi ke kapal, di mana calon penumpang harus mengantri dalam tiga kantong berbeda sebelum dapat naik ke kapal. Antrian tersebut sendiri dapat memakan waktu hingga 4 jam.
Sebelum sampai pelabuhan Merak, kemacetan parah juga terjadi di Tol Tangerang-Merak KM 95. Dari pantauan CNBC Indonesia sekitar pukul 3:41 WIB, kendaraan yang melintas bahkan terhenti beberapa menit tak bergerak.
Kemacetan yang terjadi, setiap tahunnya terus terulang, dan negara serta pemerintah sepertinya setiap tahunnya tidak siap untuk "menyongsong" para pemudik yang terus meningkat. Seharusnya negara menjamin kenyamanan ketika masyarakat sedang mudik.
Namun tidak hanya kenyamanan saja, tetapi negara juga harus menjamin keamanan, sehingga selamat sampai tempat tujuan. Dengan begitu, masyarakat bisa mudik dan bertemu dengan keluarga besarnya dengan gembira tanpa rasa was-was.
Begitulah potret kelam yang terjadi berulangkali ketika mudik lebaran, semua tidak terlepas karena peran dari sistem yang diterapkan saat ini, sistem saat ini pemerintah hanya sebagai regulator, penyedia saja tanpa mau rugi sedikitpun.
Misalnya, ketika lebaran seperti ini harga tiket transportasi bisa berlipat ganda, kemacetan di jalur mudik yang membuat lelah belum lagi jika terjadi kecelakaan saat mudik.
Namun nyatanya, hari ini pemerintah dan masyarakat belum memahami betul bahwasanya buruknya pelayanan publik saat ini terjadi akibat salahnya memilih sistem yang diterapkan dalam kehidupan ini, besarta paradigma kepemimpinan.
Sehingga tampaklah pada kebijakan - kebijakan yang terjadi saat ini justru abai terhadap keamanan, keselamatan, kesehatan, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya. Sehingga kegagalan dalam memahami akar persoalan ini, akan menambah persoalan selama momen mudik maupun persoalan lain diluar momen tersebut.
Di sisi lain, masyarakat seolah memaklumi kelalaian negara, bahkan membuat negara justru berlindung dalam pemakluman tersebut. Sehingga negara tidak menyusun bagaimana langkah yang tepat agar ketika mudik bisa mengurai kemacetan dan meminimalisir kecelakaan.
Berbeda ketika kita mengadopsi sistem Islam secara kaffah, maka penguasa adalah sebagai raa'in wal junnah, bukan majikan bukan pula pedagang apalagi hanya regulator.
Penguasa berupaya dengan sepenuh hati untuk menyediakan dan melayani semua kebutuhan masyarakat termasuk di dalamnya adalah transportasi (infrastruktur), serta sarana dan prasarana yang layak, aman dan nyaman serta berbiaya murah dalam sehari-hari, tidak hanya ketika momen mudik saja.
Sehingga setiap saat masyarakat bisa menerima pelayanan dengan maksimal tanpa ada rasa khawatir dan takut, karena sarana dan prasarana yang memadai.
Yang mana, bisa meminimalisasi angka kecelakaan lalu lintas.
Sehingga negara benar-benar menutup celah agar masyarakat tidak tereksploitasi ataupun dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan segelintir orang saja.
Karena memang Islam bukan hanya agama saja, namun Islam juga merupakan sistem kehidupan yang paripurna yang berasal dari sang pencipta yaitu Allah SWT. Dan ketika kita menerapkannya secara kaffah maka keberkahan akan dirasakan oleh seluruh penduduk bumi ini.
Sehingga dihari-hari terakhir Ramadhan, masyarakat bisa beribadah dengan optimal penuh khusyuk sehingga buah takwa bisa diraih.
Momen lebaran merupakan momen dimana kebersamaan dengan keluarga besar untuk berkumpul dan saling memaafkan, jadi tidak akan ada lagi sandiwara kemacetan maupun harga tiket yang berlipat serta akan nyaman dan aman jika saja kita mau menerapkan sistem Islam secara kaffah.
Wallahu a'lam bi shawab.
Oleh: Endang Setyowati
Akivis Muslimah
0 Komentar