Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pentingnya Dakwah Amar Makruf dan Nahi Mungkar


Topswara.com -- Sobat. Dakwah amar makruf dan nahi mungkar merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting dalam Islam. Dakwah amar makruf artinya mengajak kepada kebaikan, sedangkan nahi mungkar artinya mencegah dari kemungkaran. Keduanya merupakan bagian dari tugas umat Islam untuk berkontribusi dalam menjaga keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa dakwah amar makruf dan nahi mungkar penting dalam Islam:

1. Kewajiban dalam Islam: Dakwah Amar ma'ruf dan Nahi munkar merupakan salah satu dari banyak kewajiban yang diemban oleh umat Islam. Ini berdasarkan pada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

2. Mempertahankan Kebaikan dan Keadilan: Dengan melakukan dakwah amar makruf, umat Islam berperan aktif dalam mempertahankan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat, seperti keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang.

3. Mencegah Munculnya Kemungkaran: Dakwah Nahi munkar bertujuan untuk mencegah terjadinya kemungkaran dalam masyarakat, seperti kecurangan, kezaliman, atau perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam.

4. Menjaga Kesucian dan Kehormatan: Dakwah amar makruf dan nahi mungkar membantu menjaga kesucian dan kehormatan agama Islam serta umatnya. Dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, umat Islam dapat memelihara martabat agama dan masyarakatnya.

5. Membangun Masyarakat yang Bermoral: Dakwah ini membantu dalam membangun masyarakat yang memiliki moralitas tinggi, etika yang baik, serta sikap yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

6. Menjaga Keseimbangan Sosial: Melalui Dakwah Amar malruf dan nahi mungkar, umat Islam berkontribusi dalam menjaga keseimbangan sosial antara individu dan antaranggota masyarakat, serta antara manusia dan lingkungan sekitarnya.

7. Menyebarkan Kebenaran: Dakwah Amar ma'ruf juga merupakan upaya untuk menyebarkan kebenaran agama Islam kepada orang-orang yang belum mengenalnya atau yang tersesat dari jalan yang benar.

Dengan demikian, Dakwah Amar ma'ruf dan Nahi munkar merupakan bagian integral dari praktik keagamaan umat Islam yang bertujuan untuk memperbaiki masyarakat, menjaga nilai-nilai moral, dan menyebarkan ajaran Islam yang benar.

Hadits Rasulullah SAW: "Barang siapa menunjukkan (manusia) kepada kebaikan, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR Muslim)

Hadits Rasulullah SAW yang disebutkan tersebut adalah hadits yang sangat penting dalam konteks Dakwah Amar ma'ruf dan Nahi munkar. Hadits ini menegaskan pentingnya untuk mengajak orang lain kepada kebaikan dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar. Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang melakukan tindakan ini akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut.

Poin penting yang bisa dipahami dari hadis ini antara lain:

1. Inisiatif dalam Memperbaiki Masyarakat: Hadis ini mengajak setiap individu untuk aktif dalam memperbaiki masyarakat dengan cara mengajak orang lain kepada kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.

2. Pahala yang Besar: Rasulullah SAW menjamin pahala yang besar bagi mereka yang mengajak kepada kebaikan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran dakwah dalam Islam, serta dijamin oleh Allah SWT sebagai sesuatu yang bernilai di sisi-Nya.

3. Keterkaitan Antara Orang yang Mengajak dan yang Diajak: Hadits ini juga menunjukkan keterkaitan antara orang yang mengajak kepada kebaikan dan orang yang diajak. Orang yang mengajak akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang diajak melakukan kebaikan tersebut. Ini menunjukkan betapa pentingnya bantuan, dukungan, dan kerja sama antarindividu dalam Islam.

4. Pentingnya Mendukung Orang Lain dalam Kebaikan: Melalui hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kita tidak hanya bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri, tetapi juga bertanggung jawab untuk mendukung orang lain dalam melakukan kebaikan.

Dengan demikian, hadits ini menjadi landasan bagi umat Islam untuk aktif dalam dakwah dan mengajak kepada kebaikan, sehingga dapat meraih pahala besar di sisi Allah SWT serta berkontribusi dalam memperbaiki masyarakat secara keseluruhan.

Allah SWT menyeru hamba-Nya untuk senantiasa mengajak pada kebaikan.

Benar, dalam Al-Qur'an, Allah SWT secara berulang kali menyeru hamba-Nya untuk mengajak kepada kebaikan. Misalnya, dalam 

Surah Al-Imran ayat 104, Allah SWT berfirman:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."

Ayat ini menunjukkan pentingnya bagi umat Islam untuk senantiasa mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang ma'ruf (yang baik) dan mencegah dari yang munkar (yang buruk). Allah SWT juga menjanjikan kesuksesan bagi mereka yang melakukan hal tersebut.

Sobat. Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat). Dengan demikian umat Islam akan terpelihara dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.

Sobat. Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.

Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud persatuan yang kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung.

Selain itu, terdapat banyak ayat lain dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya dakwah dan mengajak kepada kebaikan, seperti Surah An-Nahl ayat 125:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ayat ini menunjukkan cara yang diajarkan oleh Allah SWT dalam berdakwah, yaitu dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan argumen yang baik pula. Ini menunjukkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan cara yang lemah lembut dan penuh kebijaksanaan.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Allah swt meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.

Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju rida-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.

Kedua, Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti:
a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.

Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.

Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.

Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.

Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketenteraman daripada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian, menyampaikan peringatan dan ancaman dibolehkan jika kondisinya memungkinkan dan memerlukan.

Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.

Keempat, Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka dengan cara yang baik.

Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran.

Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian menimbulkan suasana yang panas. Sebaiknya dicipta-kan suasana nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan.

Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah menemukan kebenaran kepada agama Allah swt.

Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah swt, karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dai itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula di antara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah swt.

Dengan demikian, dakwah dan mengajak kepada kebaikan merupakan salah satu tugas utama umat Islam, sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan sunah Rasulullah SAW.

Bekal apa saja untuk bisa berdakwah di jalan Allah melakukan amar makruf nahi mungkar.

Untuk bisa berdakwah di jalan Allah dan melakukan Amar makruf dan Nahi mungkar dengan efektif, dibutuhkan persiapan dan bekal yang baik. Berikut adalah beberapa bekal yang dapat membantu dalam berdakwah:

1. Ilmu Agama: Pengetahuan yang kuat tentang ajaran Islam adalah bekal utama dalam berdakwah. Memahami Al-Qur'an, Hadits, fiqh (hukum Islam), sejarah Islam, dan konsep-konsep dasar agama lainnya akan membantu dalam memberikan pemahaman yang benar kepada orang lain.

2. Kemampuan Komunikasi: Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting dalam berdakwah. Ini termasuk kemampuan menyampaikan pesan dengan jelas, secara persuasif, dan mudah dipahami oleh pendengar. Pelatihan dalam komunikasi verbal dan non-verbal bisa membantu meningkatkan keterampilan ini.

3. Kesabaran dan Kehalusan Budi: Dakwah seringkali melibatkan berinteraksi dengan berbagai tipe orang dan situasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kesabaran, kelembutan, dan kebijaksanaan sangat penting agar dakwah dapat diterima dengan baik.

4. Teladan yang Baik: Sebagai seorang dai atau penyeru, penting untuk menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Praktekkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan tunjukkan akhlak yang mulia agar orang lain tergerak untuk mengikuti contoh yang baik tersebut.

5. Kemampuan Beradaptasi: Setiap situasi dan audiens dalam dakwah bisa berbeda-beda. Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, budaya, dan kondisi sosial yang berbeda akan membantu dalam menyampaikan pesan dengan lebih efektif.

6. Doa dan Tawakal: Berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkan bimbingan, kekuatan, dan keberkahan dalam berdakwah adalah langkah yang sangat penting. Memiliki kepercayaan dan tawakal kepada Allah SWT akan membantu mengatasi segala rintangan dalam berdakwah.

7. Pemahaman tentang Audiens: Penting untuk memahami audiens atau orang yang dituju dalam dakwah. Memahami latar belakang, kebutuhan, dan kekhawatiran mereka akan membantu dalam menyampaikan pesan yang relevan dan berdaya tarik.

8. Komitmen dan Konsistensi: Dakwah bukanlah usaha yang instan dalam mengubah masyarakat. Diperlukan komitmen dan konsistensi dalam berdakwah untuk melihat hasil yang nyata. Jangan pernah menyerah meskipun menghadapi tantangan atau kegagalan.

Dengan mempersiapkan bekal tersebut, seorang penyeru akan menjadi lebih siap dan efektif dalam berdakwah di jalan Allah serta melakukan Amar ma'ruf dan Nahi munkar.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Ramadhan Maghfirah 1445 H
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar