Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jika Kita Ingin Sehat maka Perbaiki Diri: Perbaiki Pikiran dan Perbaiki Hati

Topswara.com -- Sobat, sepertinya itu adalah pesan yang sangat bijak! Memperbaiki diri sendiri, pikiran, dan hati adalah kunci untuk mencapai kesehatan holistik. Dengan memperbaiki diri, kita dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk kesejahteraan fisik dan mental kita. Memperbaiki pikiran membawa kita untuk mengasah pola pikir yang positif dan konstruktif, yang memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik. Dan memperbaiki hati membawa kita pada penerimaan, empati, dan kedamaian batin yang penting untuk kesejahteraan kita. Terima kasih telah berbagi!

Semua penyakit di tubuh dan pikiran itu bersumber dari kebencian dan perasaan tidak mau menerima.

Pernyataan tersebut mengandung kebijaksanaan yang mendalam. Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan bahwa semua penyakit atau masalah pikiran berasal secara langsung dari kebencian atau ketidakmenerimaan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pikiran negatif, emosi berat seperti, kebencian dan ketidakmenerimaan dapat berkontribusi pada stres, kecemasan, depresi, dan bahkan masalah fisik seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Ketika kita merasa kesulitan menerima situasi atau orang lain, ini dapat menciptakan ketegangan yang memengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan. Oleh karena itu, mengembangkan sikap yang lebih terbuka, penerimaan, dan toleransi dapat menjadi langkah penting dalam merawat kesehatan mental dan fisik kita.
Tentu saja, setiap individu dan situasi unik, dan banyak faktor yang dapat memengaruhi kesehatan kita. Namun, memiliki kesadaran akan peran emosi seperti kebencian dan ketidakmenerimaan dapat membantu kita dalam mengelola kesejahteraan kita dengan lebih baik.

Louis Hay dalam Bukunya berjudul You Can Heal Your Life beliau menyatakan bahwa penyakit akan mengunjungi kita pada saat ada yang salah dengan pikiran kita.
Ya, Louise Hay adalah penulis terkenal yang memusatkan perhatiannya pada hubungan antara pikiran, perasaan, dan kesehatan. Dalam bukunya yang terkenal "You Can Heal Your Life", dia mengusulkan bahwa pemikiran dan emosi negatif dapat memengaruhi kesehatan fisik kita.

Louise Hay mengajukan gagasan bahwa pikiran dan perasaan negatif, seperti kemarahan, ketakutan, atau perasaan tidak berharga, dapat menciptakan ketegangan dalam tubuh dan merusak keseimbangan alami kita. Dia percaya bahwa dengan mengubah pemikiran dan perasaan kita, kita dapat memengaruhi penyembuhan fisik dan kebahagiaan kita.

Meskipun pendekatan Louise Hay telah menjadi subjek debat dan kritik, banyak orang merasa bahwa pemikiran positif, visualisasi, dan praktik lainnya yang dia ajarkan dapat membantu dalam perjalanan penyembuhan dan pemulihan. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua penyakit dan kondisi dapat semata-mata diatasi dengan perubahan pikiran, dan pengobatan medis yang sesuai seringkali juga diperlukan.

Setiap orang memiliki pengalaman uniknya sendiri, dan pendekatan yang tepat untuk kesehatan dan penyembuhan dapat bervariasi dari individu ke individu.

1. Penyakit Flu dan pilek. Sahabat, ini datang pada kita saat kita lari dari tanggung jawab dan kurang istirahat.
Pendapat tersebut memang sering disebutkan dalam konteks kesehatan holistik. Flu dan pilek adalah penyakit umum yang sering terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kita melemah dan tidak mampu melawan infeksi virus dengan efektif.

Tanggung jawab yang terlalu banyak atau stres yang berlebihan dapat menguras energi kita dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat kita lebih rentan terhadap infeksi. Kurang istirahat juga dapat menurunkan daya tahan tubuh kita dan memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Dalam perspektif ini, flu dan pilek mungkin bisa dipandang sebagai "peringatan" dari tubuh kita bahwa kita perlu mengambil istirahat yang cukup, mengelola stres dengan lebih baik, dan mungkin merenungkan kembali tanggung jawab yang kita emban. Menyadari pentingnya merawat diri sendiri dengan memberikan istirahat yang cukup dan menghadapi tanggung jawab dengan bijaksana dapat membantu mencegah penyakit dan memperkuat kesehatan kita secara keseluruhan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa flu dan pilek juga disebabkan oleh infeksi virus yang menyebar dari orang ke orang. Jadi, faktor-faktor lingkungan dan interaksi sosial juga dapat memainkan peran dalam penyebaran penyakit ini.

2. Jantung berdebar tak teratur. Sahabat, ini datang pada saat kita khawatir akan terjadi sesuatu atau takut kehilangan dan saat kita terlalu banyak makan makanan berlemak atau berkolesterol tinggi.
Ya, jantung berdebar tak teratur atau aritmia sering kali terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor, termasuk stres, kecemasan, dan pola makan yang tidak sehat. Khawatir akan sesuatu atau ketakutan akan kehilangan dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi detak jantung dan menyebabkan aritmia.

Selain itu, makanan berlemak atau tinggi kolesterol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memengaruhi kesehatan jantung. Diet yang tinggi lemak jenuh atau kolesterol dapat menyebabkan penumpukan plak di dinding arteri, yang dapat menyempitkan aliran darah ke jantung dan meningkatkan risiko aritmia serta penyakit jantung lainnya.

Penting untuk memperhatikan keseimbangan dalam hidup kita, termasuk mengelola stres dengan baik, menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat, serta melakukan aktivitas fisik secara teratur. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, kita dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko terjadinya aritmia dan masalah jantung lainnya. Tentu saja, jika seseorang mengalami gejala yang mengkhawatirkan, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

3. Insomnia, sulit tidur atau tidak nyenyak. Sahabat, ini datang ketika ada pikiran yang mengganjal dan belum terselesaikan atau sulit untuk mengungkapkannya.
Benar sekali, insomnia atau sulit tidur dapat sering terkait dengan masalah psikologis seperti stres, kecemasan, atau pikiran yang mengganjal yang belum terselesaikan. Ketika kita memiliki pikiran yang terus-menerus berputar atau perasaan yang belum diungkapkan dengan baik, sulit untuk meredakan pikiran tersebut saat mencoba tidur.

Pikiran yang mengganjal atau masalah yang belum terselesaikan dapat menyebabkan pikiran kita tetap aktif bahkan saat kita mencoba untuk istirahat, mengganggu proses tidur alami. Kecemasan tentang masa depan, perasaan bersalah, atau konflik interpersonal adalah contoh-contoh dari pikiran yang dapat menghambat tidur.

Untuk mengatasi insomnia yang terkait dengan masalah psikologis, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi akar penyebabnya. Ini bisa melibatkan berbagai strategi, termasuk:

1. Praktik relaksasi sebelum tidur, seperti meditasi atau pernapasan dalam.

2. Menulis jurnal untuk mengekspresikan dan memproses pikiran yang mengganggu.

3. Menyelesaikan konflik atau masalah yang belum terselesaikan dengan cara yang sehat dan produktif.

4. Membatasi paparan terhadap stimulasi yang meningkatkan, seperti layar gadget atau kafein, menjelang waktu tidur.

5. Memperhatikan kebersihan tidur dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang.
Jika insomnia berlanjut atau mengganggu fungsi sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis atau terapis untuk mendapatkan bantuan dan dukungan lebih lanjut.

4. Migrain atau sakit kepala sebelah. Sahabat, ini datang ketika kita dalam keadaan tertekan dan merasa tidak mampu menyelesaikan masalah plus kurang tidur.
Ya, migrain atau sakit kepala sebelah seringkali bisa menjadi respons tubuh terhadap stres, kelelahan, dan kurangnya tidur. Ketika kita merasa tertekan atau cemas, tubuh dapat merespons dengan meningkatkan ketegangan otot, terutama di daerah kepala dan leher, yang dapat menyebabkan migrain atau sakit kepala.

Selain itu, kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk juga dapat memengaruhi kemunculan migrain. Kurangnya istirahat yang cukup dapat meningkatkan sensitivitas terhadap rangsangan lingkungan dan menurunkan ambang toleransi terhadap nyeri, yang dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan migrain.

Kombinasi stres, kelelahan, dan kurang tidur sering kali menjadi pemicu utama migrain bagi banyak orang. Oleh karena itu, penting untuk merawat kesejahteraan mental dan fisik secara holistik, termasuk dengan mengelola stres dengan baik, memprioritaskan tidur yang cukup, dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah yang membuat kita merasa tertekan.

Apabila migrain atau sakit kepala sebelah sering terjadi atau sangat mengganggu, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi lebih lanjut dan rencana pengelolaan yang sesuai. Terapis atau dokter dapat membantu dalam mengevaluasi faktor-faktor penyebab dan memberikan saran tentang cara mengelola atau mengurangi serangan migrain.

5. Kanker. Sahabat, ini datang apabila kita dalam jangka panjang merasa sangat bersalah terhadap sesuatu atau marah dan dendam selama bertahun-tahun.
Pernyataan ini mencerminkan pandangan dalam bidang holistik dan psikosomatik terkait kesehatan. Meskipun penyebab kanker bisa sangat kompleks dan multifaktorial, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kondisi emosional seperti perasaan bersalah yang berkepanjangan, kemarahan yang tidak diungkapkan, atau dendam yang bertahun-tahun dapat memainkan peran dalam perkembangan kanker.

Studi-studi tentang psikologi kesehatan telah menunjukkan bahwa tekanan emosional yang kronis dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, memicu peradangan, dan memengaruhi proses genetik yang terkait dengan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika seseorang terus-menerus merasa bersalah, marah, atau penuh dendam, ini dapat menciptakan lingkungan dalam tubuh yang mendukung perkembangan sel-sel kanker.

Namun, penting untuk dicatat bahwa kanker adalah penyakit yang kompleks, dan faktor-faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup juga memainkan peran penting dalam perkembangan kanker. Tidak semua kasus kanker dapat langsung dihubungkan dengan masalah emosional tertentu.

Meskipun demikian, kesadaran akan keseimbangan emosional dan kesehatan mental sebagai bagian dari kesehatan secara keseluruhan tetap penting. Mengelola perasaan bersalah, marah, atau dendam dengan cara yang sehat dan konstruktif, seperti melalui terapi, meditasi, atau aktivitas kreatif, dapat membantu menjaga kesehatan mental dan mungkin juga memberikan manfaat bagi kesehatan fisik.

Ada dua obat yang paling ampuh yang bila digunakan para sahabat akan membuat penyakit tersebut pergi menjauh dan bahkan tidak pernah datang lagi, yakni BERSYUKUR Kepada-Nya dan Ikhlas bersrah diri hanya kepada-Nya.

Pendekatan tersebut menggambarkan kebijaksanaan spiritual yang dalam. Bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dan ikhlas dalam menjalani hidup merupakan prinsip-prinsip yang mendasar dalam banyak agama dan filosofi kehidupan. Sikap bersyukur memungkinkan kita untuk melihat sisi-sisi baik dalam hidup kita, bahkan di tengah-tengah kesulitan atau penderitaan. Ini membantu kita untuk menjaga sikap positif dan menghargai apa yang kita miliki, sehingga mengurangi stres dan kecemasan yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Selain itu, sikap ikhlas, atau menerima dengan lapang dada takdir dan ketentuan-Nya, juga merupakan kunci untuk kedamaian batin dan kesejahteraan mental. Ketika kita dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita dengan ikhlas, kita membebaskan diri dari beban emosional yang berat, seperti kemarahan, kesedihan, atau kecemasan, yang dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan kita.
Meskipun sikap bersyukur dan ikhlas bukanlah obat-obatan secara harfiah, mereka membawa manfaat besar bagi kesehatan kita secara keseluruhan. Sikap ini dapat membantu kita menjaga keseimbangan emosional, mental, dan spiritual, yang merupakan aspek penting dari kesehatan holistik.

Prof Masaru Emoto dalam bukunya berjudul The True Power of Water : Healing and Discovering Ourselves beliau menyimpulkan hal-hal sebagai berikut ;

Masaru Emoto dikenal karena penelitiannya tentang efek pikiran dan emosi manusia terhadap molekul air. Dalam bukunya yang terkenal "The True Power of Water: Healing and Discovering Ourselves", Emoto menyimpulkan beberapa hal yang menarik terkait dengan penelitiannya:

1. Pengaruh pikiran dan emosi terhadap air: Emoto menunjukkan bahwa air dapat merekam dan merespons energi emosional dan pikiran manusia. Dia menggunakan teknik fotografi khusus untuk menunjukkan bagaimana struktur molekul air berubah ketika terpapar kepada kata-kata, gambar, atau musik dengan energi positif atau negatif.

2. Pesan penting tentang kebaikan: Emoto mengajukan gagasan bahwa energi positif seperti cinta, kasih sayang, dan rasa syukur dapat membentuk struktur molekul air yang indah dan simetris, sementara energi negatif seperti kebencian atau kekerasan dapat menciptakan struktur yang tidak teratur dan tidak teratur.

3. Keterkaitan antara air dan kesehatan: Emoto mengemukakan teori bahwa konsumsi air yang dienergikan dengan energi positif dapat memiliki dampak positif pada kesehatan kita secara keseluruhan. Dia juga menyoroti pentingnya menghormati air dan lingkungan alam, mengingat air adalah unsur yang sangat penting bagi kehidupan kita.

4. Kesimpulan tentang kekuatan penyembuhan air: Dalam bukunya, Emoto menekankan potensi penyembuhan air dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita. Dia menyimpulkan bahwa dengan menyadari kekuatan pikiran dan emosi kita, kita dapat berkontribusi pada perbaikan kondisi air dan mungkin juga membawa perubahan positif dalam diri kita sendiri.

Meskipun penelitian Emoto telah menarik perhatian dan mendorong banyak diskusi, ada juga kritik terhadap metodologi dan kesimpulan yang diambilnya. Namun, konsep-konsep yang dia ajukan tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang tertarik pada hubungan antara pikiran, emosi, dan lingkungan alam.

Marah selama lima menit akan melemahkan sistem imun tubuh selama enam jam.

Pernyataan ini sering kali dikaitkan dengan teori yang menyatakan bahwa emosi negatif, seperti kemarahan, dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan kita secara keseluruhan, termasuk pada sistem kekebalan tubuh. Namun, pernyataan tersebut mungkin terlalu umum dan harus diperlakukan dengan hati-hati.
Meskipun emosi negatif seperti kemarahan dapat memicu respons stres dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, dampaknya mungkin bervariasi dari individu ke individu. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi seberapa kuat dampaknya, termasuk seberapa sering seseorang merasa marah, seberapa intensitas kemarahannya, dan seberapa baik seseorang mampu mengelola emosinya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa stres kronis atau berkepanjangan dapat memiliki dampak negatif pada sistem kekebalan tubuh, menyebabkan penurunan respons kekebalan dan meningkatkan risiko penyakit. Namun, penelitian yang spesifik tentang "lima menit kemarahan vs enam jam penurunan sistem kekebalan" mungkin belum secara khusus ada.

Yang jelas, penting untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat dan konstruktif, termasuk kemarahan, untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental kita. Hal ini dapat mencakup praktik relaksasi, meditasi, olahraga, atau berbicara dengan seseorang yang dipercaya. Jika seseorang merasa kesulitan mengelola emosi mereka sendiri, berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental bisa menjadi langkah yang baik.

Dendam dan menyimpan kepahitan akan mematikan imun tubuh.
Pernyataan tersebut mencerminkan gagasan bahwa menyimpan dendam dan kepahitan dalam pikiran dan hati dapat berdampak negatif pada kesehatan kita secara keseluruhan, termasuk pada sistem kekebalan tubuh. Meskipun belum ada penelitian khusus yang mengaitkan dendam dan kepahitan secara langsung dengan penurunan sistem kekebalan tubuh, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa emosi negatif yang berlebihan dan berkepanjangan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Dendam dan kepahitan seringkali menghasilkan perasaan stres yang kronis dan ketegangan emosional yang dapat memicu respons stres dalam tubuh. Respons stres yang berlebihan dapat menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang pada gilirannya dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan membuat kita lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.

Selain itu, menyimpan dendam dan kepahitan juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental kita, menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati yang dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting untuk mencari cara untuk mengelola dan melepaskan dendam dan kepahitan, seperti dengan berlatih penerimaan, pengampunan, dan belajar memaafkan. Mengembangkan sikap yang lebih positif dan damai batin dapat membantu kita meredakan stres, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan mendukung kesehatan sistem kekebalan tubuh kita.

Dr. Nasrul Syarif M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiral. 
Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT  Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar