Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

The Power of Ramadan (Bagian 21)


Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). 

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).

Alhamdulillah, kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power of Ramadhan hari ke duapuluh satu bulan suci Ramadhan 1445 H. Ramadhan adalah bulan dimana orang-orang beriman diuji untuk menjalankan puasa sebulan penuh dan mampu istiqomah sampai garis finish. Tidak mudah menjalankan perintah Allah, sebab akan dihadapkan kepada berbagai ujian dan godaan.

Di saat orang beriman berpuasa, maka dia akan melihat di lingkungannya banyak orang yang justri tidak berpuasa dengan berbagai alasan. Bahkan banyak diantara kaum muslimin sengaja tidak berpuasa karena memang mengabaikan perintah Allah ini. Ini menandakan bahwa muslim itu belum tentu mukmin, bisa jadi hanya muslim KTP saja. Ramadhan mestinya menumbuhkan kekuatan untuk tetap istiqomah menjadi orang asing di tengah benturan dan guyuran tantangan dan godaan.

Kelak, menjalankan perintah Allah sebagai refleksi keimanan akan terlihat aneh, janggal dan asing di tengah kehidupan yang semakin hedonis. Banyak manusia yang kemudian mempermainkan agama. Allah menyinggung orang-orang yang mempermainkan agama untuk tidak dijadikan sebagai pemimpin: Dan janganlah kamu menjadikan orang-orang yang mempermainkan agama Allah sebagai pemimpin di antara kalian. (TQS Al-An'am : 68). Dan janganlah kamu jual agama-Ku dengan harga yang murah dan janganlah kamu mempermainkan ayat-ayat-Ku. (TQS Al-Baqarah : 41).

Karena itu meskipun menjalankan perintah Allah, seperti puasa akan dianggap seperti orang asing, seorang mukmin harus tetap Istiqamah. Terkait istilah asing ini telah disabdakan oleh Rasulullah SAW : 'Islam itu asing pada saat dimulainya, dan akan kembali menjadi asing seperti pada saat dimulainya, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing itu. (HR. Muslim)

Jika Islam dianggap sebagai agama asing di tengah peradaban hedon, maka pemeluknyapun akan dianggap sebagai orang asing. Dalam konteks hadis tersebut, "orang asing" mengacu pada orang-orang yang memegang teguh nilai-nilai dan ajaran Islam meskipun masyarakat di sekitar mereka mungkin tidak memahaminya atau bahkan menolaknya. Orang asing adalah orang-orang beriman yang Istiqamah menjalankan perintah Allah di tengah peradaban yang menolak hukum Allah.

Orang asing adalah orang yang tetap pada jalan agama Allah, di tengah hegemoni ideologi sekulerisme, liberalisme, komunisme, dan pluralism. Istiqamah menjadi orang asing juga adalah sebuah sikap yang selalu memperbaiki keadaan yang tidak sejalan dengan Islam. 

Dakwah ideologis dengan tujuan manusia kembali kepada Islam dan menjauhkan semua ideologi yang ada juga akan dianggap sebagai orang asing. Istiqomahlah menjadi orang asing, sebagai refleksi kekuatan yang dilahirkan dari pelaksanaan puasa Ramadhan.  

Meskipun hidup sebagai orang asing mungkin sulit, hadis tersebut menyatakan bahwa orang-orang ini beruntung, karena mereka memegang teguh nilai-nilai kebenaran Islam dan ketulusan meskipun di tengah tantangan. Mereka dijanjikan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. 

Jadi, kesediaan seseorang untuk menjadi orang asing dalam konteks ini adalah kesediaan untuk mempertahankan kebenaran dan keyakinan Islam meskipun di tengah zaman yang rusak akibat paham dan ideologi kufur. Orang asing adalah mukmin yang istiqomah dan dakwah.

Karakter orang asing dalam konteks hadis tentang Islam yang asing adalah: pertama, mereka memiliki keteguhan iman meskipun hidup berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak beriman kepada Allah. Mereka teguh menjalankan perintah Allah di tengah masyarakat yang menolak perintah Allah.

Kedua, mereka teguh dalam menjalankan ajaran Islam tanpa terpengaruh oleh tekanan atau godaan dari lingkungan sekitar, bahkan selalu berusaha memperbaiki keadaan dengan dakwah amar makruf nahi munkar. Dia istiqamah dalam dakwah meskipun ditentang oleh orang-orang sekitar, bahkan kadang ditentang oleh keluarganya sendiri.

Tentang keteguhan, Allah berfirman : Dan hendaklah kamu sekalian memegang teguh kepada tali Allah semuanya, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (TQS. Ali Imran: 103).

Ketiga, mereka bertindak dengan ketulusan dan kejujuran dalam menjalankan ajaran Islam, tanpa memperhitungkan popularitas atau penerimaan dari masyarakat. Akan menjadi orang asing, disaat istiqamah menjalankan ajaran Islam secara ikhlas di tengah manusia yang sedang berlomba mencari popularitas dunia. Orang asing ini mungkin tidak akan dikenal di dunia, namun akan terkenal di akhirat karena ketulusannya.

Allah berfirman : Dan sesungguhnya Aku (Allah) ini adalah Allah; tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (TQS. Thaha: 14). Katakanlah (Muhammad): 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (TQS. Al-An'am: 162).

Keempat, mereka memiliki ketabahan dan keberanian untuk menjalankan ajaran Islam bahkan dalam situasi yang sulit atau penuh tantangan. Para Nabi dan Rasul telah menjadi contoh betapa mereka memiliki ketabahan dan keberanian menjalankan ajaran Islam meskipun harus menanggung kebencian dan permusuhan orang kafir, munafik dan fasik.

Allah menegaskan dalam firmanNya : Allah telah mengutus rasul-rasul dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia mendapatkannya (agama itu) menang atas segala agama, sekalipun orang-orang kafir membencinya. (TQS. At-Taubah: 33).

Kelima, mereka sabar menghadapi segala cobaan dan ujian yang mungkin mereka hadapi sebagai orang asing dalam masyarakat yang mungkin tidak memahami atau bahkan menolak ajaran Islam. Mereka juga siap untuk berkorban demi menjaga nilai-nilai dan prinsip Islam, bahkan jika itu berarti harus menghadapi kesulitan atau keterasingan dari masyarakat sekitar.

Dalam kesabaran itulah letak pertolongan Allah berada, sebagaimana firmanNya : Dan carilah pertolongan dalam kesabaran dan shalat. Dan sesungguhnya itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang yakin akan bertemu dengan Tuhannya, dan bahwa sesungguhnya kepada-Nya mereka akan kembali." (TQS. Al-Baqarah: 45-46).

Nah, semoga Ramadhan hari ke 21 ini kita senantiasa mendapatkan kekuatan lahir batin untuk tetap istiqomah dalam menjalankan perintah Allah, seperti ibadah dan dakwah. Meskipun untuk itu akan mendapatkan tuduhan dan cacian sebagai orang asing. Tetapi justru yang asing inilah yang beruntung di hadapan Allah, sementara orang-orang kafir itulah sesungguhnya yang merugi. Jadi, istiqamahlah menjadi orang asing.

(Kota Hujan, 31/03/24 M – 21 Ramadhan 1445 H, 07.00 WIB)


Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar