Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: Zikir dan Syarat-Syarat Berzikir

Topswara.com -- Sobat, Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani (1077-1166) adalah seorang ulama Islam yang terkenal dan sufi yang dihormati secara luas dalam dunia Islam Sunni. Beliau lahir di wilayah Gilan di Iran, oleh karena itu dikenal dengan nama "Jilani". Beliau terkenal sebagai pendiri tarekat Sufi Qadiriyya, salah satu tarekat Sufi yang paling luas dan berpengaruh di dunia.

Ajarannya menekankan pentingnya penyucian batin, ketaatan pada prinsip-prinsip Islam, dan usaha mencapai kesempurnaan spiritual. Warisan Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani tercermin dalam karya-karyanya yang beragam, termasuk khutbah, surat, dan risalah, yang terus dipelajari dan dihormati oleh umat Islam di seluruh dunia.
Tarekat Qadiriyya yang Beliau dirikan menekankan cinta, kasih sayang, dan perjalanan spiritual menuju Allah. Tarekat ini memiliki jutaan pengikut di berbagai negara, terutama di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.

Makam Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani yang terletak di Baghdad, Irak adalah tempat ziarah bagi banyak Muslim yang mencari berkah dan bimbingan spiritualnya. Pengaruhnya terhadap spiritualitas Islam dan Sufisme tetap mendalam hingga saat ini.
Kitab Inti segala rahasia kehidupan karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yakni Sirrul Asrar. "Sirrul Asrar" adalah salah satu karya penting dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, judulnya sering disebut sebagai "The Secret of Secrets". Kitab ini merupakan salah satu karya tulis penting dalam tradisi Sufi dan telah menjadi sumber inspirasi dan bimbingan spiritual bagi banyak orang selama berabad-abad.

"Sirrul Asrar" menggambarkan ajaran dan pemikiran spiritual Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani tentang pencarian jalan menuju Allah, penyucian diri, dan makna hakiki kehidupan. Kitab ini menyingkapkan rahasia-rahasia kehidupan rohani serta memberikan panduan tentang bagaimana seseorang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kesempurnaan spiritual.
Dalam "Sirrul Asrar", Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani membahas berbagai aspek kehidupan spiritual, termasuk pengendalian diri, pengabdian kepada Tuhan, dan pentingnya mencari cahaya ilahi dalam diri manusia. Karya ini telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak praktisi spiritual dan pencari kebenaran di seluruh dunia Islam.

Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa interpretasi dan pemahaman terhadap karya ini dapat bervariasi di antara para pembaca dan pengikut Sufi. Tetapi secara umum, "Sirrul Asrar" tetap menjadi salah satu karya klasik yang paling dihormati dalam literatur Sufi.

Tentang Awal Penciptaan dalam Kitab Sirrul Asrar

Dalam "Sirrul Asrar" atau "The Secret of Secrets" karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, beliau membahas berbagai aspek kehidupan spiritual, termasuk asal-usul penciptaan. Dalam karya tersebut, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan pandangan dan penafsiran tentang penciptaan alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.
Meskipun detailnya mungkin berbeda-beda antara penafsiran yang berbeda, tetapi umumnya, dalam tradisi Sufi, asal-usul penciptaan dipandang sebagai proyeksi kehendak Tuhan yang maha kuasa. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin juga membahas konsep tentang hakikat penciptaan, menggambarkan bagaimana segala sesuatu dalam alam semesta ini berasal dari sumber tunggal, yaitu Allah.
Penciptaan dipandang sebagai manifestasi kekuasaan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Allah. Dalam konteks "Sirrul Asrar", Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin membahas bagaimana manusia sebagai bagian dari penciptaan ini memiliki tanggung jawab spiritual untuk menyadari dan menghargai hubungan mereka dengan penciptaannya, serta menempatkan diri mereka dalam ketaatan dan pengabdian kepada Tuhan.
Namun, untuk detail lebih lanjut tentang pandangan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani tentang awal penciptaan, disarankan untuk merujuk langsung pada teks "Sirrul Asrar" itu sendiri atau pada penafsiran dan komentar dari para cendekiawan dan ulama yang terkait dengan karya tersebut.

Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ilmu dapat dibagi menjadi beberapa kategori yang mencakup berbagai aspek pengetahuan dan pemahaman. Berikut adalah beberapa macam ilmu menurut perspektif beliau:

1. Ilmu Agama (Ilmu Tauhid): Ilmu agama adalah pengetahuan tentang keesaan Tuhan, prinsip-prinsip Islam, tata cara ibadah, dan ajaran moral serta etika Islam. Ini adalah ilmu yang mendasar bagi setiap Muslim untuk memahami dan menjalani ajaran agamanya.

2. Ilmu Tasawuf (Ilmu Spiritual): Ilmu tasawuf, atau mistisisme Islam, adalah pengetahuan tentang dimensi-dimensi spiritual, pencarian hakikat, dan penyucian jiwa. Ini termasuk pemahaman tentang hubungan antara manusia dan Allah, serta praktik-praktik untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

3. Ilmu Fiqh (Ilmu Hukum Islam): Ilmu fiqh adalah pengetahuan tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, muamalah (transaksi dan urusan dunia), akhlak, dan lain-lain. Ini mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip hukum Islam dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Ilmu Alam (Ilmu Pengetahuan Alam): Ilmu alam mencakup pengetahuan tentang alam semesta, fenomena alam, ilmu fisika, kimia, biologi, dan disiplin ilmu lainnya yang mempelajari alam secara empiris. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin memandang bahwa ilmu alam juga merupakan cara untuk memahami kebesaran Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

5. Ilmu Akhirat (Ilmu Tentang Kehidupan Setelah Mati): Ilmu akhirat adalah pengetahuan tentang kehidupan setelah mati, surga, neraka, hari kiamat, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan abadi di akhirat. Ini adalah ilmu yang mempersiapkan manusia untuk akhirat dan memberikan pemahaman tentang tujuan hidup sejati.

Ini hanya beberapa contoh macam-macam ilmu menurut perspektif Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau mungkin juga memandang bahwa semua jenis pengetahuan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat jika digunakan dengan baik untuk kepentingan agama, kebaikan, dan kesejahteraan umat manusia.

Bagaimana Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan tentang taubat dan talqin.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan penjelasan yang mendalam tentang taubat dan talqin (pengajaran atau penyampaian ajaran) dalam karyanya. Berikut adalah penjelasan umum tentang pandangan beliau tentang kedua konsep tersebut:

1. Taubat (Repentance): Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan pentingnya taubat sebagai langkah penting dalam perjalanan spiritual seorang Muslim. Taubat adalah proses introspeksi dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, diikuti dengan tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah dengan tulus.
Beliau mungkin menjelaskan bahwa taubat yang benar harus disertai dengan kesadaran akan kesalahan, penyesalan yang tulus, niat untuk tidak mengulangi dosa, dan tekad untuk memperbaiki diri. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin juga menekankan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan taubat yang ikhlas akan diterima-Nya.

2. Talqin (Teaching or Instruction): Dalam konteks ajaran spiritual, talqin merujuk pada penyampaian ajaran-ajaran agama dan petunjuk-petunjuk spiritual kepada para murid atau pengikut. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin memberikan talqin kepada murid-muridnya tentang tata cara ibadah, prinsip-prinsip moral, dan praktik-praktik spiritual yang dapat membantu mereka dalam mencapai kesempurnaan spiritual.
Beliau mungkin juga menekankan pentingnya talqin dalam membimbing para pencari kebenaran menuju jalan yang benar dan memberikan arahan tentang bagaimana memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani sangat mungkin memberikan penekanan yang kuat pada kedua konsep ini dalam karyanya, karena keduanya merupakan bagian integral dari perjalanan spiritual yang dijalani oleh individu dalam mencapai kesempurnaan dan kedekatan dengan Allah.

Dzikir dan Syarat Berdzikir Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan penekanan yang besar pada praktik dzikir (mengingat Allah) sebagai bagian integral dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Beliau mengajarkan bahwa dzikir adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, menguatkan iman, dan menyucikan jiwa. Berikut adalah beberapa poin penting yang mungkin diajarkan oleh beliau tentang dzikir dan syarat-syaratnya:

1. Tujuan Dzikir:
• Tujuan utama dzikir adalah untuk mengingat Allah dan memperkuat hubungan spiritual dengan-Nya.
• Dzikir juga dapat membantu seseorang untuk memperoleh ketenangan jiwa, kebahagiaan batin, dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Syarat-syarat Berdzikir:
• Ikhlas (Sungguh-sungguh): Dzikir harus dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas, tanpa pamrih atau keinginan dunia.
• Konsentrasi: Berdzikir membutuhkan konsentrasi penuh pada makna dan nama-nama Allah yang diingatkan.
• Kesadaran: Penting bagi seorang mukmin untuk merasa hadir secara spiritual dan menyadari kehadiran Allah saat berdzikir.
• Kekhusyukan: Dzikir harus dilakukan dengan hati yang khusyuk dan tunduk kepada Allah.
• Berulang-ulang: Dzikir sering kali dilakukan secara berulang-ulang untuk memperkuat pengingatan dan memperdalam kesadaran spiritual.

3. Macam-macam Dzikir:
• Dzikir Lisan: Mengucapkan dzikir dengan lidah, seperti mengucapkan lafazh (kata-kata) tasbih, tahmid, takbir, dan istighfar.
• Dzikir Hati: Mengingat Allah dalam hati, tanpa mengucapkannya dengan lisan, dengan fokus pada kehadiran dan kebesaran-Nya.
• Dzikir Amal: Mengingat Allah melalui amal perbuatan baik, seperti menolong sesama, berbuat kebajikan, dan mematuhi perintah-Nya.

Sobat, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mungkin mengajarkan bahwa dzikir yang dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat tersebut dapat membawa manfaat spiritual yang besar bagi seorang mukmin, membantu mereka dalam perjalanan menuju Allah dan mencapai maqam (kedudukan) yang lebih tinggi dalam kehidupan spiritual mereka.

Dr. Nasrul Syarif M.Si.  
(Penulis Buku Gizi Spiritual – Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar